Pemerintah harap kolaborasi masyarakat dukung transisi energi
27 September 2022 14:16 WIB
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin (dua kanan) dan Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan (dua kiri) dalam konferensi pers daring "Global Future Fellows (GFF)" yang dipantau di Jakarta, Selasa (27/9/2022). (Adimas Raditya)
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengharapkan peran serta kolaborasi seluruh lapisan masyarakat dalam mendukung program transisi energi.
"Gaya hidup masyarakat juga diharapkan turut mendukung transisi energi, mulai dari mengurangi plastik sekali pakai sampai penggunaan transportasi massal atau kendaraan listrik," kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, dalam konferensi pers daring Global Future Fellows (GFF) yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Rachmat mengatakan pemerintah terus mendorong transisi energi melalui pemanfaatan energi bersih, seiring dengan target penurunan emisi maupun Net Zero Emission (netralitas karbon) yang ditargetkan tercapai pada 2060.
Menurut dia, pemerintah berupaya mengakselerasi transisi energi salah satunya dengan peningkatan penggunaan kendaraan listrik di semua sektor. Selain insentif pajak, pemerintah juga akan mengupayakan agar harga kendaraan listrik menjadi lebih kompetitif sehingga dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. "Market itu tumbuh kalau demand-nya ada," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan menyampaikan pemerintah terus mengupayakan agar program transisi energi mendapatkan porsi pendanaan yang memadai.
Baca juga: Sri Mulyani ajak kurangi emisi karbon untuk cegah perubahan iklim
"Ada gap pembiayaan hingga Rp250 triliun per tahun, setidaknya sampai dengan tahun 2030 untuk biaya peralihan menuju energi bersih. Itu harus dicari sumber pendanaan lainnya," kata Indra.
Indra mengatakan penggunaan energi harus terus diupayakan untuk beralih dari energi fosil menjadi energi bersih dan ramah lingkungan.
Adapun sumber pembiayaan yang dilakukan untuk pendanaan transisi energi diantaranya penerbitan sukuk atau green bonds, blended finance, serta kolaborasi bersama lembaga internasional.
Selain itu Indonesia juga mengenalkan Energy Transitions Mechanism (ETM) bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) untuk mencari pendanaan atau mencari investor atas pembiayaan transisi energi di Tanah Air.
"ETM ini melakukan pensiun dini batu bara, sesuai rencana jangka panjang menuju Net Zero Emission. Itulah upaya-upaya untuk menutup gap, kita harus berinovasi dan berkolaborasi," katanya.
Baca juga: Pijar Foundation dorong transisi energi lewat sinergi lintas komunitas
"Gaya hidup masyarakat juga diharapkan turut mendukung transisi energi, mulai dari mengurangi plastik sekali pakai sampai penggunaan transportasi massal atau kendaraan listrik," kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, dalam konferensi pers daring Global Future Fellows (GFF) yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Rachmat mengatakan pemerintah terus mendorong transisi energi melalui pemanfaatan energi bersih, seiring dengan target penurunan emisi maupun Net Zero Emission (netralitas karbon) yang ditargetkan tercapai pada 2060.
Menurut dia, pemerintah berupaya mengakselerasi transisi energi salah satunya dengan peningkatan penggunaan kendaraan listrik di semua sektor. Selain insentif pajak, pemerintah juga akan mengupayakan agar harga kendaraan listrik menjadi lebih kompetitif sehingga dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. "Market itu tumbuh kalau demand-nya ada," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan menyampaikan pemerintah terus mengupayakan agar program transisi energi mendapatkan porsi pendanaan yang memadai.
Baca juga: Sri Mulyani ajak kurangi emisi karbon untuk cegah perubahan iklim
"Ada gap pembiayaan hingga Rp250 triliun per tahun, setidaknya sampai dengan tahun 2030 untuk biaya peralihan menuju energi bersih. Itu harus dicari sumber pendanaan lainnya," kata Indra.
Indra mengatakan penggunaan energi harus terus diupayakan untuk beralih dari energi fosil menjadi energi bersih dan ramah lingkungan.
Adapun sumber pembiayaan yang dilakukan untuk pendanaan transisi energi diantaranya penerbitan sukuk atau green bonds, blended finance, serta kolaborasi bersama lembaga internasional.
Selain itu Indonesia juga mengenalkan Energy Transitions Mechanism (ETM) bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) untuk mencari pendanaan atau mencari investor atas pembiayaan transisi energi di Tanah Air.
"ETM ini melakukan pensiun dini batu bara, sesuai rencana jangka panjang menuju Net Zero Emission. Itulah upaya-upaya untuk menutup gap, kita harus berinovasi dan berkolaborasi," katanya.
Baca juga: Pijar Foundation dorong transisi energi lewat sinergi lintas komunitas
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: