Tokyo (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Jepang dan Federasi Mikronesia Heri Akhmadi menyebut adanya kritik mengenai pemakaman kenegaraan terhadap mantan Perdana Menteri Shinzo Abe masih dalam koridor demokrasi.

"Setiap kebijakan pemerintahan ada yang setuju dan menolak itu saya kira wajar tapi sejauh ini tidak ada yang bersifat anarkis, semua demo dilaksanakan tertib dan dilaksanakan dalam koridor demokrasi," kata Heri Wisma Duta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Jepang, Senin.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin rencananya akan menghadiri pemakaman Shinzo Abe di Nippon Budokan pada Selasa (27/9). Pada pemakaman kenegaraan tersebut juga akan dihadiri oleh 218 negara dan organisasi internasional, termasuk Wakil Presiden Ameriksa Serikat Kamala Haris, PM India Narenda Modi, PM Australia Anthony Albanese, PM Singapura Lee Hsien Loong, Wapres Filipina Sara Duterte, PM Kamboja Hun Sen, Presiden Vietnam Nguyen Xuan Phuc.

"Ya seperti di kita lah, di Jepang juga ada yang 'pokoke', karena Jepang juga cukup demokratik," ungkap Heri.

Heri mengungkapkan jarang sekali PM Jepang dilaksanakan upacara kenegaraan.

"Ini menunjukkan betapa istimewa-nya PM Abe dalam pemerintahan di Jepang, dia tercatat sebagai PM Jepang yang paling lama dan dikenal juga dengan yang disebut Abenomics yang berhasil mempertahankan ekonomi Jepang tidak melejit sekali, tapi tidak jatuh," ungkap Heri.

Artinya, menurut Heri, Shinzo Abe bagi orang Jepang sangat penting yaitu sebagai tokoh yang dianggap berhasil untuk menstabilkan kondisi ekonomi dan politik di dalam negerinya.

Mantan PM Shinzo Abe meninggal dunia pada 8 Juli 2022 dalam usia 67 tahun setelah ditembak saat ia tengah berpidato di Kota Nara, Jepang pada hari yang sama.

Shinzo Abe ditembak pada pukul 11.30 waktu setempat dan langsung tak sadarkan diri dengan bersimbah darah.

Tidak lama setelah peristiwa penembakan, petugas berhasil menangkap pelaku di lokasi kejadian, seorang pria bersenjata bernama Tetsuya Yamagami (41) yang merupakan mantan anggota Pasukan Bela Diri Maritim Jepang.

Shinzo Abe menjabat selama hampir sembilan tahun (periode 2006-2007, 2012-2014, 2014-2017 serta 2017-2020) sebagai PM Jepang. Ia mengundurkan diri pada 2020 karena alasan kesehatan.

Pemakaman kenegaraan Shinzo Abe ini akan menjadi pemakaman kenegaraan kedua yang diadakan di Jepang untuk mantan perdana menteri setelah zaman perang. Pemakaman kenegaraan pertama adalah untuk Shigeru Yoshida pada 1967.

Namun pemakaman kenegaraan itu diproses warga Jepang karena dinilai memboroskan anggaran negara yaitu mencapai sekitar 1,65 miliar yen atau setara Rp178 miliar.

Bahkan seorang pria membakar diri sendiri di dekat kantor PM Fumio Kishida karena memprotes pemakaman kenegaraan tersebut pada 21 September 2022 lalu.