AS: Ada konsekuensi bencana jika Rusia pakai senjata nuklir di Ukraina
26 September 2022 12:44 WIB
Arsip - Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan berbicara kepada media tentang situasi di Ukraina dalam konferensi pers harian di Gedung Putih di Washington, AS, 11 Februari 2022. (ANTARA/Reuters/Leah Millis/as)
Washington (ANTARA) - Amerika Serikat akan merespons secara tegas setiap penggunaan senjata nuklir oleh Rusia di Ukraina dan telah menjelaskan "konsekuensi bencana" yang akan dihadapi Moskow, kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, Minggu (25/9).
Pernyataan Sullivan merupakan ultimatum terbaru Amerika menyusul ancaman nuklir terselubung dari Vladimir Putin dalam pidatonya Rabu lalu. Putin juga mengumumkan mobilisasi militer masa perang pertamanya sejak Perang Dunia II.
"Jika Rusia menerobos garis ini, akan ada konsekuensi bencana bagi Rusia. Amerika Serikat akan menanggapinya secara tegas," kata Sullivan dalam program "Meet the Press" NBC.
Sullivan tidak membeberkan karakteristik rencana tanggapan AS dalam pernyataan pada Minggu, namun menurutnya bahwa AS secara pribadi ke Moskow telah "menjabarkan secara rinci apa maksudnya."
Baca juga: Babak baru perang Ukraina setelah mobilisasi parsial Rusia
Ia menuturkan AS kerap berkomunikasi langsung dengan Rusia, seperti beberapa hari belakangan untuk membahas situasi di Ukraina serta tindakan dan ancaman Putin.
Presiden AS Joe Biden dalam pidato di Majelis Umum PBB di New York, Rabu, menuduh Putin membuat "ancaman nuklir terang-terangan terhadap Eropa" dengan nekat mengabaikan tanggung jawab nonproliferasi nuklir.
Rusia juga sedang mengelar referendum di empat wilayah Ukraina timur yang bertujuan mencaplok wilayah yang dikuasai pasukan Rusia selama invasi yang dimulai sejak Februari lalu.
Ukraina dan sekutunya menyebut referendum itu sebagai sebuah kepalsuan yang dirancang untuk membenarkan eskalasi perang dan upaya mobilisasi Putin setelah baru-baru ini kalah di medan perang.
Dengan menyertakan daerah Luhansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia ke dalam Rusia, Moskow dapat menggambarkan ofensif untuk merebutnya kembali sebagai serangan terhadap Rusia sendiri, sebuah peringatan untuk Ukraina dan sekutunya dari Barat.
Usai mengalami kemerosotan di medan perang, Putin mengerahkan 300.000 tentara seraya mengancam akan menggunakan "cara yang ada" untuk melindungi Rusia.
"Ini bukan sebuah gertak," ucap Putin dalam pidato yang dianggap di panggung dunia sebagai ancaman kemungkinan penggunaan senjata nuklir.
Sullivan pada Minggu mengatakan: "Putin masih berniat ... melenyapkan warga Ukraina yang diyakini olehnya tidak memiliki hak untuk hidup. Jadi dia akan terus datang dan kami harus terus datang dengan senjata, amunisi, intelijen dan semua dukungan yang bisa kami berikan."
Sumber: Reuters
Baca juga: Jika Putin nekat gunakan senjata nuklir
Baca juga: Sekutu Putin keluhkan mobilisasi wajib militer yang "berlebihan"
Pernyataan Sullivan merupakan ultimatum terbaru Amerika menyusul ancaman nuklir terselubung dari Vladimir Putin dalam pidatonya Rabu lalu. Putin juga mengumumkan mobilisasi militer masa perang pertamanya sejak Perang Dunia II.
"Jika Rusia menerobos garis ini, akan ada konsekuensi bencana bagi Rusia. Amerika Serikat akan menanggapinya secara tegas," kata Sullivan dalam program "Meet the Press" NBC.
Sullivan tidak membeberkan karakteristik rencana tanggapan AS dalam pernyataan pada Minggu, namun menurutnya bahwa AS secara pribadi ke Moskow telah "menjabarkan secara rinci apa maksudnya."
Baca juga: Babak baru perang Ukraina setelah mobilisasi parsial Rusia
Ia menuturkan AS kerap berkomunikasi langsung dengan Rusia, seperti beberapa hari belakangan untuk membahas situasi di Ukraina serta tindakan dan ancaman Putin.
Presiden AS Joe Biden dalam pidato di Majelis Umum PBB di New York, Rabu, menuduh Putin membuat "ancaman nuklir terang-terangan terhadap Eropa" dengan nekat mengabaikan tanggung jawab nonproliferasi nuklir.
Rusia juga sedang mengelar referendum di empat wilayah Ukraina timur yang bertujuan mencaplok wilayah yang dikuasai pasukan Rusia selama invasi yang dimulai sejak Februari lalu.
Ukraina dan sekutunya menyebut referendum itu sebagai sebuah kepalsuan yang dirancang untuk membenarkan eskalasi perang dan upaya mobilisasi Putin setelah baru-baru ini kalah di medan perang.
Dengan menyertakan daerah Luhansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia ke dalam Rusia, Moskow dapat menggambarkan ofensif untuk merebutnya kembali sebagai serangan terhadap Rusia sendiri, sebuah peringatan untuk Ukraina dan sekutunya dari Barat.
Usai mengalami kemerosotan di medan perang, Putin mengerahkan 300.000 tentara seraya mengancam akan menggunakan "cara yang ada" untuk melindungi Rusia.
"Ini bukan sebuah gertak," ucap Putin dalam pidato yang dianggap di panggung dunia sebagai ancaman kemungkinan penggunaan senjata nuklir.
Sullivan pada Minggu mengatakan: "Putin masih berniat ... melenyapkan warga Ukraina yang diyakini olehnya tidak memiliki hak untuk hidup. Jadi dia akan terus datang dan kami harus terus datang dengan senjata, amunisi, intelijen dan semua dukungan yang bisa kami berikan."
Sumber: Reuters
Baca juga: Jika Putin nekat gunakan senjata nuklir
Baca juga: Sekutu Putin keluhkan mobilisasi wajib militer yang "berlebihan"
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: