Jakarta (ANTARA) - Atlet cilik berusia 10 tahun itu terlihat bersemangat saat memamerkan keahliannya dalam panjat tebing saat dijumpai di SDN Mampang Prapatan 02 Pagi pada Rabu (14/9).

Senyum Ghazi tampak ceria saat berada di depan menaiki dinding yang menjadi arena panjat tebing. Ia tampak sudah terlatih saat menaiki langkah demi langkah menuju puncaknya dengan berbagai teknik.

Diceritakan ibu Ghazi, Itha, panjat tebing sudah menjadi ranah sang anak sejak berusia tujuh tahun, bahkan setiap perlombaan sempat dimenanginya. Salah satunya pada 2019, ia memenangkan juara kedua lomba panjat tebing di Playfield Jakarta kategori umur 7-9 tahun.

Sampai pada tahun 2022 ini, Ghazi berhasil memenangi juara dua kategori Speed Classic Youth D (10-11 tahun) Sirkuit Panjat Tebing Anak DKI Jakarta 2022, pada Agustus lalu.

Kecintaan Ghazi dengan dunia olahraga tumbuh dari ajaran sang ayah. Ayah Ghazi seorang pelatih bela diri di Tarung Derajat Jakarta. Ghazi pun sempat mencoba beragam olahraga yang diarahkan oleh sang ayah.

Namun ternyata bukan panjat tebing, dulunya anak kelas empat yang dikenal lincah ini menyukai sepak bola.

Sayangnya, saat akan memasuki sekolah sepak bola (SSB), waktu itu umur Ghazi masih berusia tujuh tahun, sedangkan persyaratan minimal delapan tahun. Pada akhirnya Ghazi mencari beragam olahraga yang sesuai dengan umurnya.

Minggu berikutnya ada renang, pulang lewat wall climbing dan dia mencoba lagi. Nah barulah esoknya mau panjat lagi. Akhirnya Ghazi latihan rutin di Plaza Festival itu.


Atlet cilik

Menjadi seorang atlet cilik nyatanya tak mengganggu nilai Ghazi di sekolah. Bahkan mata pelajaran yang disukai Ghazi, yakni Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) selalu mendapat nilai hampir sempurna.
Salah satu atlet cilik panjat tebing, Ghazi saat latihan di sport climbing wall, Jakarta, Kamis. (22/9/2022) ANTARA/Dokumentasi Pribadi

Latihan Ghazi dilakukannya seminggu tiga kali, yakni latihan fisik yang dibimbing sang ayah.

Kala itu Ghazi latihan Speed Classic. Kalau Speed harus mencari waktu yang cepat pas latihan. Kalau untuk Lead, menjelang lomba latihannya ya Lead yang lebih ditekan lagi.

Selain di rumah, Ghazi biasanya melakukan latihan rutin di Sanggar Manjat Ceria yang berada di kawasan Jagakarsa, sedangkan untuk dinding panjat tebing, Ghazi memilih di Gelanggang Olahraga (GOR) Ragunan atau Universitas Pancasila.

Melihat ketekunannya inilah yang membuat Ghazi bercita-cita menjadi seorang atlet profesional di masa depan.

Itha pun turut mengenang perjuangan sang anak selama kurang lebih tiga tahun di dunia panjat tebing. Ibu Ghazi itu mengungkap momen yang tak terlupakan selama menemani anak lelakinya.

Saat itu Ghazi mengikuti lomba panjat tebing di Gelanggang Remaja Jakarta Utara (GRJU) pada 14 Desember 2019. Ia menjadi peserta termuda lantaran masih di bawah 10 tahun, namun hal itu malah membuatnya semangat untuk bersaing dalam perlombaan.

Walaupun waktu itu Ghazi tidak juara pertama, namun dia benar-benar pantang menyerah. Terlihat sekali daya juang anak itu besar. Pada akhirnya Ghazi bisa masuk peringkat empat se-Jabodetabek.

Itha menaruh harapan besar melihat kegigihan sang anak di dunia panjat tebing. Ke depannya ia akan terus mendukung Ghazi di setiap perlombaan.

Ghazi akan mengikuti lomba sirkuit DKI di bulan Oktober, tapi belum diketahui tanggalnya. Tapi yang sudah pasti adalah tanggal 13-15 Oktober 2022 akan ada lomba di Palaseta Bekasi.


Pembinaan DKI

Sub Koordinator Kerjasama Keolahragaan Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta, Tomi Ari Sudewo mengatakan pemerintah DKI rutin melakukan pembinaan para atlet sejak usia dini dibawah 15 tahun.

"Pembinaan di bawah 15 tahun ini masuk ke dalam Program Pembinaan Olahraga Berkelanjutan (PPOB), selanjutnya masuk pembinaan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPOP), lalu lanjut ke pembinaan Mahasiswa Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLM), kemudian ke Pembinaan atlet Pelatda,” jelas Tomi.

Dengan adanya pola pembinaan yang terarah ini, maka seluruh cabang olahraga dapat terbina dengan baik, terutama bidang panjat tebing.

Di sisi lain, Kepala Suku Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Administrasi Jakarta Selatan, Eko Puji Hariyanto turut menyorot cabang panjat tebing yang memang kurang diminati masyarakat.

Banyak hal yang membuat panjat tebing sedikit peminatnya, seperti kurangnya pemahaman, tempat latihan yang tidak banyak serta kurangnya pengawasan karena panjat tebing butuh keahlian khusus.

Padahal, tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi seorang atlet panjat tebing. Lantaran memupuk keahlian menjadi seorang atlet panjat tebing hanya dibutuhkan keberanian.

Memahami hal tersebut, Suku Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Administrasi Jakarta Selatan melakukan pembinaan melalui kerja sama dengan Pengurus Cabang Federasi Panjat Tebing Indonesia di wilayahnya.

Suku dinas itu rutin melakukan sosialisasi yang bekerja sama dengan suku dinas pendidikan. Pada sosialisasi itu dijelaskan mengenai regulasi baru, seperti adanya Speed, dan merekrut para mantan atlet dan masih banyak lagi.


Ekstrakurikuler

Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) menargetkan olahraga panjat tebing (sport climbing) menjadi kegiatan ekstrakurikuler di setiap sekolah daerah itu.
Salah satu atlet cilik panjat tebing, Ghazi saat latihan di sport climbing wall, Jakarta, Kamis. (22/9/2022) ANTARA/Dokumentasi Pribadi

Panjat tebing adalah sesuatu yang baru, khususnya bagi anak-anak sekolah. Karena itu perlu dimasukkan ke dalam ekstrakurikuler di sekolah-sekolah.

Olahraga panjat tebing terbilang keamanannya cukup terjamin dan memiliki tujuan positif, yaitu untuk mengurangi anak-anak terus menerus bermain telepon genggam (handphone).

Selain itu, dengan adanya kegiatan olahraga yang positif di sekolah bisa mencetak atlet muda panjat tebing.

Terlebih, tanpa disadari di Jakarta Selatan sudah banyak sekali atlet-atlet yang berprestasi di bidang panjat tebing, baik di tingkat Provinsi DKI Jakarta, maupun nasional.

Ia pun bersama dengan Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan akan terus keliling menyosialisasikan ekstrakurikuler panjat tebing pada setiap sekolah di daerah itu.

Senada dengan Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan Munjirin, Kepala Sekolah SDN Mampang Prapatan 02 Pagi Yeyet Husnawati juga menginginkan panjat tebing menjadi kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Meski banyak yang pro kontra lantaran olahraga tersebut terbilang ekstrem, namun Yeyet yakin panjat tebing terbilang aman lantaran akan diawasi oleh pelatih.

"Sebenarnya ini olahraga yang aman dan juga mendapatkan apresiasi dari Wali Kota Jakarta Selatan dan jajarannya," kata Yeyet.