Manfaatkan medsos untuk kembangkan komunitas
23 September 2022 15:43 WIB
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan mitra jejaring nya meluncurkan sebanyak 58 buku kolaborasi terkait literasi digital di Bali, beberapa waktu lalu. (ANTARA/HO- Dokumentasi Pribadi)
Jakarta (ANTARA) - Dosen Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali Gde Sastrawangsa menyarankan masyarakat untuk memanfaatkan media sosial secara positif di antaranya pengembangan komunitas.
Dalam webinar literasi digital dihelat Kementerian Komunikasi dan Informatika itu, anggota Dewan Pembina Relawan TIK Provinsi Bali itu mengatakan di banyaknya media sosial, pengelola komunitas bisa memilih yang paling tepat agar komunitasnya berkembang.
”Misalnya WhatsApp, efektif untuk komunikasi kelompok; Facebook untuk edukasi dan informasi publik; Instagram untuk informasi dan edukasi publik; Telegram untuk komunikasi kelompok dan informasi publik," kata Sastra dalam webinar yang bertajuk "Indonesia Makin Cakap Digital" di Bali, Jumat.
Baca juga: Akademisi ingatkan pentingnya hormati keberagaman di dunia digital
Sastra menyebutkan terlepas dari semua manfaat tersebut, komunitas yang tergabung di ruang siber juga harus menjaga keamanan digital yang menjadi kemampuan dasar penting sebagai insan talenta digital.
”Dibandingkan dengan dua pilar lain (digital culture dan digital ethics), indeks literasi digital kita pada pilar digital skill dan digital safety masih tergolong rendah,” katanya.
Dari perspektif etika digital (digital ethics), Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan SDM Relawan TIK Provinsi Bali Ni Kadek Sintya menyampaikan pentingnya media sosial untuk pengembangan komunitas.
Beberapa di antaranya untuk menyampaikan visi, misi organisasi dengan mudah dan murah, membangun dukungan publik, dan mendorong traffic.
Bagi Sintya, promosi komunitas di media sosial dapat dilakukan dengan cara interaksi, partisipasi, dan kolaborasi.
Baca juga: Kemkominfo ajak pemuda jadi penggiat literasi digital
”Manfaatkan fitur yang ada di media sosial seperti caption, hashtag, feeds, follow, comment, dan engagement,” ujar Sintya.
Dalam kesempatan itu, Sintya juga membagikan kiat membangun relasi sosial dengan menerapkan netiket.
Netiket terdiri dari menggunakan media sosial dan surel untuk hal yang bermanfaat, internet untuk berbagi informasi mendidik dan menghibur, menghindari isu SARA dan berbau pornografi, serta menggunakan media sosial untuk berbagi foto dan video inspiratif.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) ini diselenggarakan oleh Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi dan mitra jejaring lainnya.
Kegiatan yang ditargetkan hingga awal Desember itu diharapkan mampu memberikan panduan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.
Sejak diselenggarakan di 2017, GNLD telah menjangkau 12,6 juta warga masyarakat.
Di 2022, diharapkan ada 5,5 juta masyarakat di Indonesia yang teredukasi lewat GNLD.
Baca juga: Aktivis: Pentingnya literasi digital untuk penggunaan medsos
Baca juga: Akademisi minta remaja ikut aktif sosialisasikan literasi digital
Baca juga: Masyarakat perlu hati-hati terhadap permintaan informasi pribadi
Dalam webinar literasi digital dihelat Kementerian Komunikasi dan Informatika itu, anggota Dewan Pembina Relawan TIK Provinsi Bali itu mengatakan di banyaknya media sosial, pengelola komunitas bisa memilih yang paling tepat agar komunitasnya berkembang.
”Misalnya WhatsApp, efektif untuk komunikasi kelompok; Facebook untuk edukasi dan informasi publik; Instagram untuk informasi dan edukasi publik; Telegram untuk komunikasi kelompok dan informasi publik," kata Sastra dalam webinar yang bertajuk "Indonesia Makin Cakap Digital" di Bali, Jumat.
Baca juga: Akademisi ingatkan pentingnya hormati keberagaman di dunia digital
Sastra menyebutkan terlepas dari semua manfaat tersebut, komunitas yang tergabung di ruang siber juga harus menjaga keamanan digital yang menjadi kemampuan dasar penting sebagai insan talenta digital.
”Dibandingkan dengan dua pilar lain (digital culture dan digital ethics), indeks literasi digital kita pada pilar digital skill dan digital safety masih tergolong rendah,” katanya.
Dari perspektif etika digital (digital ethics), Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan SDM Relawan TIK Provinsi Bali Ni Kadek Sintya menyampaikan pentingnya media sosial untuk pengembangan komunitas.
Beberapa di antaranya untuk menyampaikan visi, misi organisasi dengan mudah dan murah, membangun dukungan publik, dan mendorong traffic.
Bagi Sintya, promosi komunitas di media sosial dapat dilakukan dengan cara interaksi, partisipasi, dan kolaborasi.
Baca juga: Kemkominfo ajak pemuda jadi penggiat literasi digital
”Manfaatkan fitur yang ada di media sosial seperti caption, hashtag, feeds, follow, comment, dan engagement,” ujar Sintya.
Dalam kesempatan itu, Sintya juga membagikan kiat membangun relasi sosial dengan menerapkan netiket.
Netiket terdiri dari menggunakan media sosial dan surel untuk hal yang bermanfaat, internet untuk berbagi informasi mendidik dan menghibur, menghindari isu SARA dan berbau pornografi, serta menggunakan media sosial untuk berbagi foto dan video inspiratif.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) ini diselenggarakan oleh Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi dan mitra jejaring lainnya.
Kegiatan yang ditargetkan hingga awal Desember itu diharapkan mampu memberikan panduan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.
Sejak diselenggarakan di 2017, GNLD telah menjangkau 12,6 juta warga masyarakat.
Di 2022, diharapkan ada 5,5 juta masyarakat di Indonesia yang teredukasi lewat GNLD.
Baca juga: Aktivis: Pentingnya literasi digital untuk penggunaan medsos
Baca juga: Akademisi minta remaja ikut aktif sosialisasikan literasi digital
Baca juga: Masyarakat perlu hati-hati terhadap permintaan informasi pribadi
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: