Pemprov Sumsel selaraskan pembinaan olahraga dengan DBON
23 September 2022 06:30 WIB
Atlet anggar Sumatera Selatan Irfandi Nurkamil (kanan) dan Diko Arfandi (kiri) berlatih tanding di GOR Dempo, Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (3/9/2021). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyelaraskan pembinaan olahraga dengan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang telah diluncurkan Kemenpora pada 2021.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Selatan Rudi Irawan di Palembang, Kamis, mengatakan, perlu adanya penyelarasan mengingat terdapat sejumlah cabang olahraga andalan Sumsel di PON diketahui tak masuk dalam DBON.
“Seperti anggar, itu selalu sumbang emas di PON tapi faktanya tak masuk dalam DBON. Ini yang harus diselaraskan,” kata dia.
Ia mengatakan meski Kemenpora sudah memberikan arahan agar daerah lebih fokus pada cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan pada Olimpiade, namun Sumsel juta tak dapat mengesampingkan potensi lokal.
Tak disangkal, kini Sumsel juga berada dalam dilema jika harus menghapuskan cabang olahraga andalan dalam prioritas pembinaan.
“Di Pemusatan Pelatihan dan Latihan Pelajar, anggar itu masuk. Tapi karena tidak masuk DBON, ada kemungkinan akan dihapus,” kata dia.
Desain Besar Olahraga Nasional ini lahir sebagai bentuk kerisauan Presiden Joko Widodo atas mandeknya prestasi olahraga Indonesia lantaran buruknya tata kelola sehingga menilai perlu langkah 'out of the box'. Target dari DBON ini yakni pada pelaksanaan Olimpiade 2024 yakni Indonesia mampu masuk dalam jajaran 5 besar.
Ia mengatakan pihaknya akan mencari ‘win-win solution’ terkait persoalan tersebut, karena sejatinya Sumsel selalu bertumpu pada cabang olahraga anggar di setiap PON.
Artinya, jika pembinaan secara intensif dihentikan maka dikhawatirkan terjadi penurunan prestasi.
Bukan hanya untuk cabang olahraga anggar, pihaknya juga mempertimbangkan mengenai loncat indah yang juga berprestasi di PON.
Terus terang, kami sedang berusaha menyelaraskannya. Jangan sampai pembinaan terhenti untuk cabang olahraga andalan daerah, tapi sembari mencari potensi untuk cabang olahraga Olimpiade, kata dia.
Sejauh ini, Provinsi Sumatera Selatan terpilih menjadi pusat pembinaan olahraga di wilayah Sumatera bersama Provinsi Sumatera Utara karena dinilai Kemenpora memiliki kemampuan dalam mengelola sistemnya dari hulu hingga hilir.
Sumsel menjadi pusat pembinaan atlet dari provinsi terdekat, semisal Jambi, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung.
Potensi itu dapat diamati dari kemampuan menghasilkan atlet nasional, keberadaan Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya (SONS) Palembang dan Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sriwijaya (Unsri), hingga fasilitas olahraga bertaraf internasional di Jakabaring Sport City Palembang.
Sumsel diharapkan menjadi percontohan bagi daerah lain karena provinsi dinilai sudah memiliki sistem keolahragaan cukup baik, mulai dari mencetak atlet hingga melahirkan atlet berprestasi.
Baca juga: Pembinaan DBON jangan terburu-buru mengejar prestasi
Baca juga: Haornas 2022, bersama cetak juara, dan implementasi DBON
Baca juga: Jalan masih panjang menuju kejayaan prestasi olahraga Indonesia
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Selatan Rudi Irawan di Palembang, Kamis, mengatakan, perlu adanya penyelarasan mengingat terdapat sejumlah cabang olahraga andalan Sumsel di PON diketahui tak masuk dalam DBON.
“Seperti anggar, itu selalu sumbang emas di PON tapi faktanya tak masuk dalam DBON. Ini yang harus diselaraskan,” kata dia.
Ia mengatakan meski Kemenpora sudah memberikan arahan agar daerah lebih fokus pada cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan pada Olimpiade, namun Sumsel juta tak dapat mengesampingkan potensi lokal.
Tak disangkal, kini Sumsel juga berada dalam dilema jika harus menghapuskan cabang olahraga andalan dalam prioritas pembinaan.
“Di Pemusatan Pelatihan dan Latihan Pelajar, anggar itu masuk. Tapi karena tidak masuk DBON, ada kemungkinan akan dihapus,” kata dia.
Desain Besar Olahraga Nasional ini lahir sebagai bentuk kerisauan Presiden Joko Widodo atas mandeknya prestasi olahraga Indonesia lantaran buruknya tata kelola sehingga menilai perlu langkah 'out of the box'. Target dari DBON ini yakni pada pelaksanaan Olimpiade 2024 yakni Indonesia mampu masuk dalam jajaran 5 besar.
Ia mengatakan pihaknya akan mencari ‘win-win solution’ terkait persoalan tersebut, karena sejatinya Sumsel selalu bertumpu pada cabang olahraga anggar di setiap PON.
Artinya, jika pembinaan secara intensif dihentikan maka dikhawatirkan terjadi penurunan prestasi.
Bukan hanya untuk cabang olahraga anggar, pihaknya juga mempertimbangkan mengenai loncat indah yang juga berprestasi di PON.
Terus terang, kami sedang berusaha menyelaraskannya. Jangan sampai pembinaan terhenti untuk cabang olahraga andalan daerah, tapi sembari mencari potensi untuk cabang olahraga Olimpiade, kata dia.
Sejauh ini, Provinsi Sumatera Selatan terpilih menjadi pusat pembinaan olahraga di wilayah Sumatera bersama Provinsi Sumatera Utara karena dinilai Kemenpora memiliki kemampuan dalam mengelola sistemnya dari hulu hingga hilir.
Sumsel menjadi pusat pembinaan atlet dari provinsi terdekat, semisal Jambi, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung.
Potensi itu dapat diamati dari kemampuan menghasilkan atlet nasional, keberadaan Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya (SONS) Palembang dan Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sriwijaya (Unsri), hingga fasilitas olahraga bertaraf internasional di Jakabaring Sport City Palembang.
Sumsel diharapkan menjadi percontohan bagi daerah lain karena provinsi dinilai sudah memiliki sistem keolahragaan cukup baik, mulai dari mencetak atlet hingga melahirkan atlet berprestasi.
Baca juga: Pembinaan DBON jangan terburu-buru mengejar prestasi
Baca juga: Haornas 2022, bersama cetak juara, dan implementasi DBON
Baca juga: Jalan masih panjang menuju kejayaan prestasi olahraga Indonesia
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2022
Tags: