Jakarta (ANTARA) - Francesco Bagnaia tak menginginkan Ducati menerapkan "team order" untuk membantunya dalam perburuan gelar juara dunia MotoGP yang menyisakan lima balapan lagi.

Bagnaia kehilangan lima poin berharga saat ia dikalahkan Enea Bastianini di Grand Prix Aragon pekan lalu, meskipun ia kini mendekatkan diri ke Fabio Quartararo yang memegang puncak klasemen pebalap dengan margin 10 poin.

Dengan lima balapan hingga akhir musim dan 17 poin memisahkan tiga pebalap teratas di klasemen, setiap poin akan sangat berharga bagi sang pebalap Ducati.

Praktik "team order" sendiri tak asing di dunia balap, di mana tim memprioritaskan salah satu pebalapnya di balapan, atau menginstruksikan salah satu pebalap mengalah dan mengizinkan rekan satu timnya menyalip demi posisi yang lebih menguntungkan. Biasanya dilakukan ketika salah satu pebalap tertinggal di balapan tertentu, namun secara umum unggul di klasemen.

Baca juga: Kalah di lap terakhir Aragon, Bagnaia: Saya sudah banyak ambil risiko

Ketika ditanya soal "team order" Ducati, Bagnaia mengatakan," Sejujurnya saya tidak membutuhkan bantuan untuk berada di depan. Saya lebih memilih menang di trek dan bukan karena seseorang membiarkan saya lewat."

"Saya bukan bagian dari keputusan ini... Saya telah mengutarakan keinginan saya, yaitu biarkan saya melakukan apa yang ingin saya lakukan.

"Apabila mereka melakukan sesuatu yang berbeda, itu bukan soal saya. Saya akan membalap, saya akan mencoba berada di depan dan mencoba menang. Seperti yang saya lakukan di Aragon dan Misano," kata Bagnaia di sesi jumpa pers jelang GP Jepang di Motegi, Kamis.

Bagnaia baru satu kali tampil di Motegi sebagai rookie pada 2019 sebelum balapan di Jepang itu absen dua tahun dari kalender MotoGP karena pandemi COVID-19.

Motegi disebut cocok dengan karakteristik mesin GP-22 karena memiliki zona pengereman keras, yang sesuai dengan gaya membalap Bagnaia.

Baca juga: Bagnaia berpeluang samai rekor Marquez

"Ini salah satu trek favorit saya dan yang terbaik... Pastinya kondisi dan situasinya sama sekali berbeda dari 2019 ketika saya sebagai rookie dan saya kesulitan dengan motor saya.

"Jadi tahun ini bisa baik, saya sangat suka layoutnya dan itu sangat cocok dengan motor kami. Saya sangat menyukai pengereman jadi dengan rem ini kami bisa kompetitif," kata dia.

Sementara itu, Quartararo tiba di Motegi dengan luka di bagian dadanya imbas kecelakaan dengan motor Marc Marquez di Aragon.

Sang pebalap Yamaha akan berupaya menemukan kebugarannya untuk merebut poin berharga di Jepang.

"Ini hanya lecet-lecet, jadi akan sedikit sakit tapi saya rasa di atas motor ini tidak akan jadi masalah besar," kata Quartararo.

"Hanya 17 poin memisahkan tiga teratas yang berarti kami akan mendorong sekuat tenaga dan pada akhirnya saya rasa itu baik," kata dia.

Baca juga: Quartararo: Saya akan berusaha fit sepenuhnya untuk balapan di Jepang