Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat modal asing keluar bersih alias net outflow di pasar keuangan Indonesia dalam bentuk investasi portofolio sejak awal hingga menuju akhir triwulan III-2022, yakni tepatnya pada 1 Juli hingga 20 September 2022.

"Tekanan dari sisi arus modal asing, terutama dalam bentuk investasi portofolio, masih terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan September di Jakarta, Kamis.

Keluarnya modal asing tersebut menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah, meski stabilitas kurs Garuda tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Perry menyampaikan nilai tukar rupiah pada 21 September 2022 terdepresiasi 1,03 persen dibandingkan dengan akhir Agustus 2022 (point-to-point/ptp).

Perkembangan nilai tukar yang tetap terjaga tersebut ditopang oleh pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, serta langkah-langkah stabilisasi BI.

Dengan demikian, mata uang Garuda sampai dengan 21 September 2022 terdepresiasi 4,97 persen dibandingkan dengan level akhir 2021 (year-to-date/ytd).

Penurunan rupiah dibanding akhir tahun lalu tersebut, menurutnya, relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India sebesar 7,05 persen, Malaysia 8,51 persen, dan Thailand 10,07 persen.

"Ke depan, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," tuturnya.

Baca juga: Sri Mulyani: RI alami "capital outflow" hingga Rp126,85 triliun
Baca juga: BI catat modal asing keluar Rp1,64 triliun selama satu pekan
Baca juga: Menkeu: Dana asing 50 miliar dolar kabur dari obligasi emerging market