G20 Indonesia
Menperin sebut pembahasan industri di TIIMM G20 jadi momen bersejarah
22 September 2022 11:31 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat menyalami delegasi Trade, Investment, and Industry, Ministrial Meeting G20 di Nusa Dua, Bali, Kamis (22/9/2022). ANTARA/Sella Panduarsa Gareta/aa.
Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut pembahasan sektor industri pada gelaran Trade, Investment, and Industry Ministerial Meeting (TIIMM) G20 menjadi momen bersejarah bagi Indonesia.
"Hari ini merupakan momen bersejarah bagi Indonesia, karena untuk pertama kalinya dalam sejarah G20, kita berkesempatan untuk berkumpul dan saling berbagi pandangan, tidak hanya membahas isu-isu terkait dengan perdagangan dan investasi, tetapi juga bersama-sama dengan isu industri secara lebih komprehensif, dalam satu kesatuan G20 Trade, Investment, and Industry Working Group di bawah Presidensi Indonesia," kata Menperin di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Untuk itu Menperin menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta pada pembukaan TIIMM G20, karena perhelatan tersebut yang tidak hanya membahas isu perdagangan dan investasi, tetapi juga isu industri.
"Saya berharap pembahasan isu industri dapat terus dilakukan pada presidensi berikutnya," kata Menperin Agus Gumiwang.
Menperin memaparkan forum G20 lahir sebagai respons terhadap krisis ekonomi global pada 1997–1998, yang mendesak pemerintah menemukan solusi bersama agar dunia dapat keluar dari krisis yang berkepanjangan dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.
Baca juga: Pertemuan tingkat menteri G20 resmi digelar di Nusa Dua
Kini, lanjutnya, dunia kembali dilanda krisis multidimensi akibat pandemi COVID-19. Pembatasan sosial telah mengakibatkan penurunan atas permintaan barang dan jasa, mendisrupsi rantai pasok global dan mengakibatkan resesi secara keseluruhan.
"Tidak seperti krisis-krisis dunia sebelumnya, kita mengenal sebuah istilah yang disebut dengan 'konektivitas digital' pada krisis kali ini, yang kemudian mengakselerasi digitalisasi di berbagai aktivitas ekonomi," ujar Menperin.
Menurutnya, karakteristik dari digitalisasi yang tidak tatap muka itu kini menjadi semakin relevan, khususnya pada saat pandemi.
Karakteristik yang dibawa oleh era Revolusi Industri Ke-empat itu, kata dia, memungkinkan industri terus beroperasi dari jarak jauh meskipun dalam periode lockdown, membuat industri yang maju secara digital lebih mampu menghadapi dampak pandemi dan menyesuaikan dengan normalitas baru.
"Tantangan bagi kita sekarang adalah mengembangkan kebijakan yang lebih strategis untuk dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut," kata Menperin.
Baca juga: Bahlil paparkan 4 tantangan investasi berkelanjutan di Forum TIIMM G20
Termasuk dengan memastikan terciptanya lingkungan kebijakan yang kondusif bagi industri manufaktur, salah satunya melalui dukungan kebijakan perdagangan dan investasi yang terbuka dan tanpa hambatan.
Sehingga ke depannya, kata dia, muncul rasa percaya diri dalam menghadapi peristiwa tak terduga di masa mendatang, dan tentunya tanpa melupakan mereka yang paling rentan terkena dampak krisis, dan memastikan tidak ada satu pun negara yang tertinggal.
"Kita tidak akan pernah dapat mencapai tujuan tersebut sendirian, melainkan dibutuhkan sinergi, dialog, dan kerja sama internasional, dengan melibatkan semua negara untuk bertindak sesuai dengan kapabilitas masing-masing," kata Menperin.
Pada kesempatan itu, Menperin juga menegaskan kembali peran penting Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai fondasi untuk pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, khususnya SDGs 9 yang mendorong pembangunan infrastruktur yang tangguh, meningkatkan Industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi.
"Saya percaya, perlunya penekanan solidaritas yang merupakan kunci untuk membuka kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan yang lebih baik dan lebih adil. Melalui semangat kolaborasi G20, bersama-sama kita dapat mencapai cita-cita untuk 'Recover Together, Recover Stronger'," pungkas Menperin.
Baca juga: Memunculkan peran industri dalam pemulihan ekonomi pada perhelatan G20
"Hari ini merupakan momen bersejarah bagi Indonesia, karena untuk pertama kalinya dalam sejarah G20, kita berkesempatan untuk berkumpul dan saling berbagi pandangan, tidak hanya membahas isu-isu terkait dengan perdagangan dan investasi, tetapi juga bersama-sama dengan isu industri secara lebih komprehensif, dalam satu kesatuan G20 Trade, Investment, and Industry Working Group di bawah Presidensi Indonesia," kata Menperin di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Untuk itu Menperin menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta pada pembukaan TIIMM G20, karena perhelatan tersebut yang tidak hanya membahas isu perdagangan dan investasi, tetapi juga isu industri.
"Saya berharap pembahasan isu industri dapat terus dilakukan pada presidensi berikutnya," kata Menperin Agus Gumiwang.
Menperin memaparkan forum G20 lahir sebagai respons terhadap krisis ekonomi global pada 1997–1998, yang mendesak pemerintah menemukan solusi bersama agar dunia dapat keluar dari krisis yang berkepanjangan dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.
Baca juga: Pertemuan tingkat menteri G20 resmi digelar di Nusa Dua
Kini, lanjutnya, dunia kembali dilanda krisis multidimensi akibat pandemi COVID-19. Pembatasan sosial telah mengakibatkan penurunan atas permintaan barang dan jasa, mendisrupsi rantai pasok global dan mengakibatkan resesi secara keseluruhan.
"Tidak seperti krisis-krisis dunia sebelumnya, kita mengenal sebuah istilah yang disebut dengan 'konektivitas digital' pada krisis kali ini, yang kemudian mengakselerasi digitalisasi di berbagai aktivitas ekonomi," ujar Menperin.
Menurutnya, karakteristik dari digitalisasi yang tidak tatap muka itu kini menjadi semakin relevan, khususnya pada saat pandemi.
Karakteristik yang dibawa oleh era Revolusi Industri Ke-empat itu, kata dia, memungkinkan industri terus beroperasi dari jarak jauh meskipun dalam periode lockdown, membuat industri yang maju secara digital lebih mampu menghadapi dampak pandemi dan menyesuaikan dengan normalitas baru.
"Tantangan bagi kita sekarang adalah mengembangkan kebijakan yang lebih strategis untuk dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut," kata Menperin.
Baca juga: Bahlil paparkan 4 tantangan investasi berkelanjutan di Forum TIIMM G20
Termasuk dengan memastikan terciptanya lingkungan kebijakan yang kondusif bagi industri manufaktur, salah satunya melalui dukungan kebijakan perdagangan dan investasi yang terbuka dan tanpa hambatan.
Sehingga ke depannya, kata dia, muncul rasa percaya diri dalam menghadapi peristiwa tak terduga di masa mendatang, dan tentunya tanpa melupakan mereka yang paling rentan terkena dampak krisis, dan memastikan tidak ada satu pun negara yang tertinggal.
"Kita tidak akan pernah dapat mencapai tujuan tersebut sendirian, melainkan dibutuhkan sinergi, dialog, dan kerja sama internasional, dengan melibatkan semua negara untuk bertindak sesuai dengan kapabilitas masing-masing," kata Menperin.
Pada kesempatan itu, Menperin juga menegaskan kembali peran penting Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai fondasi untuk pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, khususnya SDGs 9 yang mendorong pembangunan infrastruktur yang tangguh, meningkatkan Industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi.
"Saya percaya, perlunya penekanan solidaritas yang merupakan kunci untuk membuka kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan yang lebih baik dan lebih adil. Melalui semangat kolaborasi G20, bersama-sama kita dapat mencapai cita-cita untuk 'Recover Together, Recover Stronger'," pungkas Menperin.
Baca juga: Memunculkan peran industri dalam pemulihan ekonomi pada perhelatan G20
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: