Legislator DKI ingin Jakarta contoh keberhasilan Semarang menata kota
21 September 2022 22:40 WIB
Anggota Komisi Bidang Pemerintahan (Komisi A) DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono (tengah berbatik) bersalaman bersama Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (tengah berbaju putih), didampingi jajaran Pemerintah Kota Semarang serta beberapa anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan di Balai Kota Semarang, Rabu (21-9-2022). ANTARA/Dokumentasi Pribadi/Gembong Warsono
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono ingin Jakarta bisa mencontoh keberhasilan Ibu Kota Jawa Tengah dalam menata kota.
Di sela-sela kunjungan kerja bersama anggota Dewan lainnya ke Kantor Wali Kota Semarang, Gembong Warsono menilai Kota Semarang tersebut memiliki masalah yang sama dengan Jakarta. Namun, masalah-masalah mendasar di Semarang dapat terselesaikan dengan baik.
"Kami melihat Kota Semarang memiliki karakteristik masalah yang hampir serupa dengan DKI Jakarta. Namun, ternyata kota ini mampu membangun kotanya menjadi kota yang maju dan berbudaya," kata Gembong Warsono dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut pria kelahiran Wonogiri ini, Semarang di bawah kepemimpinan Hendrar mampu memadukan pengelolaan antara alam, manusia, dan budayanya karena yang bersangkutan paham betul permasalahan kotanya dan mampu mengeksekusi kebijakan dengan kacamata pembangunan sekaligus kemanusiaan.
Anggota Komisi Bidang Pemerintahan DPRD DKI Jakarta itu lantas mencontohkan hal konkret yang bisa dicontoh oleh Jakarta seperti, penanganan banjir. Kota Semarang yang semula sekitar 41,3 persen terendam banjir, saat ini tinggal 3,6 persen saja.
Hal ini bisa terwujud, lanjut dia, dengan dengan menggandeng ahli tata kota dari Universitas Diponegoro (Undip). Selain itu, juga diperkuat dengan antisipasi air hujan dengan embung dan waduk, kemudian normalisasi sungai dan memperlebar semua saluran air serta menahan air laut dengan tanggul laut.
"Selain itu, tentunya mempercepat pembangunan budaya hidup bersih bagi masyarakatnya," ujarnya.
Hal yang bisa dicontoh lainnya adalah program Pengelolaan Kota Lama Semarang yang mengedepankan pelestarian budaya sekaligus menjadikan destinasi wisata unggulan, termasuk berbagai macam fasilitas insentif, seperti low tax dan zero IMB.
"Hal yang menonjol dari Semarang dan ingin kami adaptasi di Jakarta adalah langkah Pemkot Semarang memperbanyak jumlah taman, pengelolaan sampah dengan sistem terpadu. Maka, tidak heran Kota Semarang mendapatkan penghargaan dari Asean Clean Tourist City sebagai Kota Terbersih tingkat Asia Tenggara periode 2020—2022," ucapnya.
Hal-hal tersebut, kata Gembong, menunjukkan bahwa pengelolaan pembangunan daerah, seperti Kota Semarang sebagai kawah candradimuka penempaan seseorang menjadi pemimpin dengan tingkatan yang lebih tinggi.
Ia menilai sosok Hendrar Prihadi telah melewati proses itu. Dengan keberhasilannya memimpin Semarang, menjadikannya salah satu pemimpin daerah yang mempunyai karakteristik yang cocok sebagai pemimpin dengan tanggung jawab lebih besar, mungkin seperti Jakarta.
"Namun, jika ada pemimpin yang tidak berhasil di suatu daerah, jangan diberikan tanggung jawab yang lebih besar," ucap Gembong Warsono.
Baca juga: Perubahan iklim dan penurunan muka tanah picu banjir di Jawa Tengah
Baca juga: Pembangunan tanggul darurat di kawasan pelabuhan Semarang dikebut
Di sela-sela kunjungan kerja bersama anggota Dewan lainnya ke Kantor Wali Kota Semarang, Gembong Warsono menilai Kota Semarang tersebut memiliki masalah yang sama dengan Jakarta. Namun, masalah-masalah mendasar di Semarang dapat terselesaikan dengan baik.
"Kami melihat Kota Semarang memiliki karakteristik masalah yang hampir serupa dengan DKI Jakarta. Namun, ternyata kota ini mampu membangun kotanya menjadi kota yang maju dan berbudaya," kata Gembong Warsono dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut pria kelahiran Wonogiri ini, Semarang di bawah kepemimpinan Hendrar mampu memadukan pengelolaan antara alam, manusia, dan budayanya karena yang bersangkutan paham betul permasalahan kotanya dan mampu mengeksekusi kebijakan dengan kacamata pembangunan sekaligus kemanusiaan.
Anggota Komisi Bidang Pemerintahan DPRD DKI Jakarta itu lantas mencontohkan hal konkret yang bisa dicontoh oleh Jakarta seperti, penanganan banjir. Kota Semarang yang semula sekitar 41,3 persen terendam banjir, saat ini tinggal 3,6 persen saja.
Hal ini bisa terwujud, lanjut dia, dengan dengan menggandeng ahli tata kota dari Universitas Diponegoro (Undip). Selain itu, juga diperkuat dengan antisipasi air hujan dengan embung dan waduk, kemudian normalisasi sungai dan memperlebar semua saluran air serta menahan air laut dengan tanggul laut.
"Selain itu, tentunya mempercepat pembangunan budaya hidup bersih bagi masyarakatnya," ujarnya.
Hal yang bisa dicontoh lainnya adalah program Pengelolaan Kota Lama Semarang yang mengedepankan pelestarian budaya sekaligus menjadikan destinasi wisata unggulan, termasuk berbagai macam fasilitas insentif, seperti low tax dan zero IMB.
"Hal yang menonjol dari Semarang dan ingin kami adaptasi di Jakarta adalah langkah Pemkot Semarang memperbanyak jumlah taman, pengelolaan sampah dengan sistem terpadu. Maka, tidak heran Kota Semarang mendapatkan penghargaan dari Asean Clean Tourist City sebagai Kota Terbersih tingkat Asia Tenggara periode 2020—2022," ucapnya.
Hal-hal tersebut, kata Gembong, menunjukkan bahwa pengelolaan pembangunan daerah, seperti Kota Semarang sebagai kawah candradimuka penempaan seseorang menjadi pemimpin dengan tingkatan yang lebih tinggi.
Ia menilai sosok Hendrar Prihadi telah melewati proses itu. Dengan keberhasilannya memimpin Semarang, menjadikannya salah satu pemimpin daerah yang mempunyai karakteristik yang cocok sebagai pemimpin dengan tanggung jawab lebih besar, mungkin seperti Jakarta.
"Namun, jika ada pemimpin yang tidak berhasil di suatu daerah, jangan diberikan tanggung jawab yang lebih besar," ucap Gembong Warsono.
Baca juga: Perubahan iklim dan penurunan muka tanah picu banjir di Jawa Tengah
Baca juga: Pembangunan tanggul darurat di kawasan pelabuhan Semarang dikebut
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: