Hampir sejuta orang hadapi kelaparan karena krisis pangan memburuk
21 September 2022 20:37 WIB
Arsip - Sejumlah perempuan antre di klinik kesehatan keliling yang didukung UNICEF di desa Rubkuai, Unity State, Sudan Selatan. Kelaparan telah diumumkan secara resmi di beberapa bagian Sudan Selatan, yang telah terperosok dalam perang saudara sejak 2013. (ANTARA/Reuters/Siegfried Modola/as)
London (ANTARA) - Hampir satu juta orang di Afghanistan, Ethiopia, Sudan Selatan, Somalia, dan Yaman kelaparan atau akan menghadapi kelaparan tahun ini tanpa adanya bantuan, seiring memburuknya krisis pangan global, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Konflik lokal dan cuaca ekstrem tetap menjadi pendorong utama kelaparan akut, yang tahun ini diperparah dengan ketidakstabilan ekonomi terkait dengan efek dari pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.
"Kekeringan parah di Tanduk Afrika telah mendorong orang-orang ke jurang kelaparan. Kerawanan pangan akut meningkat dengan cepat dan menyebar ke seluruh dunia. Tanpa respons kemanusiaan yang ditingkatkan secara besar-besaran, situasinya kemungkinan akan memburuk dalam beberapa bulan mendatang," kata kepala Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada Rabu.
Meskipun harga komoditas pertanian global telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, harga pangan lokal di beberapa negara tetap tinggi dan berisiko naik kembali jika kesepakatan yang ditengahi PBB untuk meningkatkan pengiriman gandum dan pupuk Rusia dan Ukraina gagal.
Baca juga: Rusia-Ukraina akan teken ekspor biji-bijian, redakan ancaman kelaparan
Ukraina adalah eksportir biji-bijian terbesar keempat di dunia, sementara Rusia menempati urutan ketiga untuk ekspor biji-bijian dan pertama untuk ekspor pupuk.
Menurut laporan FAO yang ditulis bersama dengan Program Pangan Dunia PBB (WFP), harga makanan, bahan bakar, dan pupuk yang tinggi telah memaksa negara-negara maju untuk memperketat kebijakan moneter.
Hal ini telah meningkatkan biaya kredit untuk negara-negara berpenghasilan rendah, membatasi impor mereka, dan memaksa mereka untuk menerapkan langkah-langkah penghematan.
"Tren ini diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, dengan kemiskinan dan kerawanan pangan akut meningkat lebih lanjut, serta risiko kerusuhan sipil didorong oleh meningkatnya keluhan sosial-ekonomi," kata laporan itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: PBB peringatkan ancaman kelaparan di Somalia
Baca juga: Paus Fransiskus: Perang Ukraina alihkan perhatian dunia dari kelaparan
Konflik lokal dan cuaca ekstrem tetap menjadi pendorong utama kelaparan akut, yang tahun ini diperparah dengan ketidakstabilan ekonomi terkait dengan efek dari pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.
"Kekeringan parah di Tanduk Afrika telah mendorong orang-orang ke jurang kelaparan. Kerawanan pangan akut meningkat dengan cepat dan menyebar ke seluruh dunia. Tanpa respons kemanusiaan yang ditingkatkan secara besar-besaran, situasinya kemungkinan akan memburuk dalam beberapa bulan mendatang," kata kepala Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada Rabu.
Meskipun harga komoditas pertanian global telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, harga pangan lokal di beberapa negara tetap tinggi dan berisiko naik kembali jika kesepakatan yang ditengahi PBB untuk meningkatkan pengiriman gandum dan pupuk Rusia dan Ukraina gagal.
Baca juga: Rusia-Ukraina akan teken ekspor biji-bijian, redakan ancaman kelaparan
Ukraina adalah eksportir biji-bijian terbesar keempat di dunia, sementara Rusia menempati urutan ketiga untuk ekspor biji-bijian dan pertama untuk ekspor pupuk.
Menurut laporan FAO yang ditulis bersama dengan Program Pangan Dunia PBB (WFP), harga makanan, bahan bakar, dan pupuk yang tinggi telah memaksa negara-negara maju untuk memperketat kebijakan moneter.
Hal ini telah meningkatkan biaya kredit untuk negara-negara berpenghasilan rendah, membatasi impor mereka, dan memaksa mereka untuk menerapkan langkah-langkah penghematan.
"Tren ini diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, dengan kemiskinan dan kerawanan pangan akut meningkat lebih lanjut, serta risiko kerusuhan sipil didorong oleh meningkatnya keluhan sosial-ekonomi," kata laporan itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: PBB peringatkan ancaman kelaparan di Somalia
Baca juga: Paus Fransiskus: Perang Ukraina alihkan perhatian dunia dari kelaparan
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: