PLN NTB inisiasi hutan sebagai sumber substitusi bahan bakar PLTU
21 September 2022 19:44 WIB
Seorang petugas PLN menunjukkan bubuk serbuk kayu yang bisa dijadikan sebagai campuran bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jeranjang di Kabupaten Lombok Barat, NTB. ANTARA/HO-PLN
Mataram, NTB (ANTARA) - PT PLN (Persero) menginisiasi hutan yang dipadukan dengan pertanian terintegrasi, bisa menghasilkan kayu untuk campuran bahan bakar (co firing) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dan dedaunannya sebagai pakan ternak.
"Tak hanya itu, kotoran dari ternak juga dapat diproses sebagai pupuk yang dapat dimanfaatkan kembali oleh para petani," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Sudjarwo di Mataram, NTB, Rabu.
Menurut dia, keberadaan hutan energi yang dipadukan dengan pertanian terintegrasi tersebut akan mampu menciptakan sirkular ekonomi di daerah dan dampaknya akan dirasakan oleh seluruh bidang.
"Kami sangat senang. Respons Ibu Wakil Gubernur NTB luar biasa. PLTU sudah ada, hutan juga sudah ada, kita siap berkolaborasi," ujarnya.
Sudjarwo mengatakan untuk program co firing di NTB, PLN telah melaksanakan di dua lokasi, yakni PLTU Jeranjang dan PLTU Sumbawa Barat dengan menggunakan empat jenis biomassa, yaitu pelet yang merupakan produk olahan sampah organik, sekam pagi, serbuk kayu, dan bonggol jagung.
Ia menambahkan pemanfaatan berbagai jenis biomassa sebagai salah satu cara untuk menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan dari energi baru terbarukan (EBT).
Potensi pengembangan EBT saat ini adalah sebesar 254,6 mega watt (MW), dengan pembangkit listrik tenaga bayu memiliki kapasitas terbesar 145 MW, disusul panas bumi 40 MW, arus laut 20 MW, biomassa 20 MW, dan air 18 MW.
"Di NTB, rasio EBT berada 7,1 persen yang didominasi pembangkit listrik tenaga surya yang tersebar di Pulau Lombok hingga Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air di Kabupaten Lombok Utara," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah menegaskan tekad NTB untuk merealisasikan nol emisi karbon (net zero emission) pada 2050 semakin kuat.
Untuk itu, ia mengapresiasi langkah yang telah dilakukan PLN untuk mewujudkan hal tersebut.
"Kita sudah punya modalnya. Kita tidak mulai dari nol. Hutan produksinya ada, sampah juga ada. Tinggal bagaimana kita mengoordinasikan semuanya supaya langsung jalan," katanya.
Baca juga: Pemprov NTB dukung Co-Firing Biomass PLN
Baca juga: Pemprov NTB-PLN bersinergi manfaatkan limbah batu bara PLTU
Baca juga: PLN sudah manfaatkan 1.124 ton FABA untuk pembangunan di NTB
"Tak hanya itu, kotoran dari ternak juga dapat diproses sebagai pupuk yang dapat dimanfaatkan kembali oleh para petani," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Sudjarwo di Mataram, NTB, Rabu.
Menurut dia, keberadaan hutan energi yang dipadukan dengan pertanian terintegrasi tersebut akan mampu menciptakan sirkular ekonomi di daerah dan dampaknya akan dirasakan oleh seluruh bidang.
"Kami sangat senang. Respons Ibu Wakil Gubernur NTB luar biasa. PLTU sudah ada, hutan juga sudah ada, kita siap berkolaborasi," ujarnya.
Sudjarwo mengatakan untuk program co firing di NTB, PLN telah melaksanakan di dua lokasi, yakni PLTU Jeranjang dan PLTU Sumbawa Barat dengan menggunakan empat jenis biomassa, yaitu pelet yang merupakan produk olahan sampah organik, sekam pagi, serbuk kayu, dan bonggol jagung.
Ia menambahkan pemanfaatan berbagai jenis biomassa sebagai salah satu cara untuk menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan dari energi baru terbarukan (EBT).
Potensi pengembangan EBT saat ini adalah sebesar 254,6 mega watt (MW), dengan pembangkit listrik tenaga bayu memiliki kapasitas terbesar 145 MW, disusul panas bumi 40 MW, arus laut 20 MW, biomassa 20 MW, dan air 18 MW.
"Di NTB, rasio EBT berada 7,1 persen yang didominasi pembangkit listrik tenaga surya yang tersebar di Pulau Lombok hingga Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air di Kabupaten Lombok Utara," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah menegaskan tekad NTB untuk merealisasikan nol emisi karbon (net zero emission) pada 2050 semakin kuat.
Untuk itu, ia mengapresiasi langkah yang telah dilakukan PLN untuk mewujudkan hal tersebut.
"Kita sudah punya modalnya. Kita tidak mulai dari nol. Hutan produksinya ada, sampah juga ada. Tinggal bagaimana kita mengoordinasikan semuanya supaya langsung jalan," katanya.
Baca juga: Pemprov NTB dukung Co-Firing Biomass PLN
Baca juga: Pemprov NTB-PLN bersinergi manfaatkan limbah batu bara PLTU
Baca juga: PLN sudah manfaatkan 1.124 ton FABA untuk pembangunan di NTB
Pewarta: Awaludin
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: