Jakarta (ANTARA) - Deputi Perencanaan dan Evaluasi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Satyawan Pudyatmoko menjelaskan bahwa ekosistem mangrove tidak hanya mampu menyimpan karbon secara masif tapi juga melakukannya dalam waktu ribuan tahun.

"Fungsi mangrove tidak hanya sekedar jumlahnya, tidak sekedar tonase, tapi juga mangrove mampu menyimpan karbon dalam waktu yang sangat lama," kata Deputi Perencanaan dan Evaluasi BRGM Satyawan dalam diskusi virtual Pojok Iklim diikuti dari Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan bahwa ekosistem mangrove memiliki kemampuan menyimpan karbon 4-5 kali lebih besar dibandingkan ekosistem lain. Tidak hanya itu, studi terbaru memperlihatkan jangka waktu penyimpanan karbon bisa lebih dari ribuan tahun.

"Jangka waktu perlindungannya bisa sampai lebih 5.000 tahun terutama yang berada di soil karbon," katanya merujuk kepada karbon yang tersimpan dalam lapisan tanah.

Baca juga: BRGM ingatkan konversi mangrove dapat lepaskan stok karbon

Baca juga: KLHK: Restorasi mangrove bukti komitmen RI pada G20


Layaknya dua sisi mata koin, Satyawan mengingatkan kemampuan mangrove untuk menyimpan karbon secara masif dalam waktu lama itu juga dapat berbalik memiliki dampak buruk ketika terjadi kerusakan di ekosistemnya yang dapat melepas emisi sangat besar.

"Menghindari konversi mangrove ini akan mengurangi hingga 30 persen emisi nasional dari sektor tata guna lahan," jelasnya.

Karena itu, langkah konservasi dan proteksi ekosistem mangrove juga perlu tetap dilakukan selain melakukan rehabilitasi yang sudah dicanangkan oleh pemerintah.

BRGM sendiri ditargetkan melakukan rehabilitasi mangrove di lahan seluas 600.000 hektare sampai dengan 20204. Rehabilitasi dilakukan di sembilan provinsi yaitu Riau, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Papua dan Papua Barat.*

Baca juga: KLHK harapkan kontribusi sektor kehutanan kurangi emisi gas rumah kaca

Baca juga: Kemenparekraf dukung pengurangan emisi karbon lewat penanaman mangrove