Kepala BMKG Padang Panjang, Suaidi Ahadi mengatakan BMKG memiliki tupoksi untuk penyesuaian standar waktu nasional termasuk penyesuaian waktu Jam Gadang yang menjadi rujukan di kota wisata.
Baca juga: Wapres: Jam Gadang inspirasi hasilkan produk unggulan di pasar global
Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar mengapresiasi perhatian BMKG yang telah melakukan penyesuaian waktu Jam Gadang dengan standar nasional.
Sehingga waktu yang dilihat masyarakat melalui Jam Gadang, merupakan waktu yang benar dan sesuai standar nasional.
“Terima kasih kami ucapkan pada BMKG, Jam Gadang ini adalah generator kota, semua orang memperhatikan Jam Gadang sebagai magnet dan juga tentunya penanda waktu terbesar di Sumbar," katanya.
Ia mengatakan penyinkronan tanda waktu Jam Gadang akan diikuti oleh masyarakat khususnya SKPD agar tidak terjadi kesalahan dalam operasi kerja.
Baca juga: Dengan prokes ketat, wisata Jam Gadang Bukittinggi kembali dibuka
Monumen Jam Gadang, yang tingginya 26 meter, dirancang oleh arsitek berdarah Minang bernama Jazid Sutan Maruhun bersama Rasid Sutan Gigi Ameh dan selesai dibangun tahun 1926.
Ketika itu Sekretaris Kota Rook Maker mendapat hadiah berupa jam berukuran besar dari Ratu Belanda dan kemudian memerintahkan pembuatan bangunan untuk menopangnya.
Meski didatangkan dari Belanda, jam itu dibuat di Jerman. Baja penopang mesinnya bertuliskan "Recklinghausen-1926". Recklinghausen adalah nama satu distrik di Jerman.
Mesin Jam Gadang terdiri atas roda bergerigi yang saling terhubung dan disangga oleh plat besi. Mesin jam, yang terlindung dalam lemari kaca, terhubung dengan lonceng besar menggunakan kawat baja
Baca juga: Bukittinggi tawarkan 10 pilihan destinasi wisata liburan Lebaran