Menkop: Koperasi di Indonesia masih banyak tantangan
20 September 2022 18:14 WIB
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki (tengah) dan Dekan FEB UI Teguh Dartanto (kiri). ANTARA/HO-Humas UI/pri.
Depok (ANTARA) - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki mengatakan praktik koperasi masih memiliki banyak tantangan, seperti kepengurusan yang tidak berganti-ganti sehingga tidak sesuai dengan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi yang merupakan identitas koperasi.
Oleh karena itu, kata Teten dalam siaran pers dari Universitas Indonesia (UI), Selasa, koperasi yang disebut sebagai sokoguru ekonomi nasional ini masih sebatas cita-cita karena pada praktiknya koperasi belum menjadi kekuatan ekonomi nasional.
Saat ini, kata Teten, koperasi di Indonesia masih didominasi sektor usaha jasa keuangan dan asuransi, sedangkan sektor produksi, seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan hanya berkontribusi sekitar 7 persen.
Pernyataan Teten tersebut disampaikan dalam kuliah umum “Peluang dan Tantangan Koperasi Menghadapi Ancaman Ekonomi Global” yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI), secara hybrid dari Gedung Dekanat FEB UI dan Zoom Meeting.
Tantangan lain dalam pengembangan koperasi ialah lemahnya sumber daya manusia, tata kelola koperasi yang belum menerapkan Good Cooperative Governance, serta ekosistem bisnis yang belum efektif.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) pada 2020, penduduk Indonesia yang terdaftar menjadi anggota koperasi hanya sekitar 8 persen dari total penduduk Indonesia.
Terdapat 127 ribu unit koperasi di Indonesia dengan total aset sekitar Rp250 triliun. Angka tersebut merupakan nilai yang cukup rendah jika dibandingkan dengan korporasi-korporasi besar.
Koperasi memiliki keunggulan, yaitu daya tahan cukup kuat. Ketika terjadi krisis moneter pada 1998, koperasi merupakan salah satu unit usaha yang mampu bertahan. Asas kekeluargaan yang dimilikinya membuat para anggota lebih mempercayakan asetnya disimpan di koperasi daripada bank.
Sementara itu Dekan FEB UI Teguh Dartanto mengatakan koperasi bisa menjadi solusi dari ketimpangan sosial melalui skema pembiayaan partisipasi dari anggotanya.
“Seharusnya koperasi menjadi alat untuk bersama-sama saling berkolaborasi demi kemajuan bersama. FEB UI terus berkomitmen untuk membuat Mata Kuliah Koperasi menjadi mata kuliah yang kekinian, relevan, dan merupakan solusi atas permasalahan bangsa Indonesia,” ujar Teguh.
Koperasi di Indonesia masih memiliki berbagai tantangan untuk pengembangannya. Salah satunya ialah rendahnya produktivitas dan nilai tambah koperasi di Indonesia.
Baca juga: Teten: Koperasi belum pernah jadi kekuatan ekonomi di Indonesia
Baca juga: Ketinggalan zaman, Anggota DPR sebut perlu perubahan UU Perkoperasian
Baca juga: Kemenkop: KUMKM hanya punya dua pilihan, beradaptasi atau mati
Oleh karena itu, kata Teten dalam siaran pers dari Universitas Indonesia (UI), Selasa, koperasi yang disebut sebagai sokoguru ekonomi nasional ini masih sebatas cita-cita karena pada praktiknya koperasi belum menjadi kekuatan ekonomi nasional.
Saat ini, kata Teten, koperasi di Indonesia masih didominasi sektor usaha jasa keuangan dan asuransi, sedangkan sektor produksi, seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan hanya berkontribusi sekitar 7 persen.
Pernyataan Teten tersebut disampaikan dalam kuliah umum “Peluang dan Tantangan Koperasi Menghadapi Ancaman Ekonomi Global” yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI), secara hybrid dari Gedung Dekanat FEB UI dan Zoom Meeting.
Tantangan lain dalam pengembangan koperasi ialah lemahnya sumber daya manusia, tata kelola koperasi yang belum menerapkan Good Cooperative Governance, serta ekosistem bisnis yang belum efektif.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) pada 2020, penduduk Indonesia yang terdaftar menjadi anggota koperasi hanya sekitar 8 persen dari total penduduk Indonesia.
Terdapat 127 ribu unit koperasi di Indonesia dengan total aset sekitar Rp250 triliun. Angka tersebut merupakan nilai yang cukup rendah jika dibandingkan dengan korporasi-korporasi besar.
Koperasi memiliki keunggulan, yaitu daya tahan cukup kuat. Ketika terjadi krisis moneter pada 1998, koperasi merupakan salah satu unit usaha yang mampu bertahan. Asas kekeluargaan yang dimilikinya membuat para anggota lebih mempercayakan asetnya disimpan di koperasi daripada bank.
Sementara itu Dekan FEB UI Teguh Dartanto mengatakan koperasi bisa menjadi solusi dari ketimpangan sosial melalui skema pembiayaan partisipasi dari anggotanya.
“Seharusnya koperasi menjadi alat untuk bersama-sama saling berkolaborasi demi kemajuan bersama. FEB UI terus berkomitmen untuk membuat Mata Kuliah Koperasi menjadi mata kuliah yang kekinian, relevan, dan merupakan solusi atas permasalahan bangsa Indonesia,” ujar Teguh.
Koperasi di Indonesia masih memiliki berbagai tantangan untuk pengembangannya. Salah satunya ialah rendahnya produktivitas dan nilai tambah koperasi di Indonesia.
Baca juga: Teten: Koperasi belum pernah jadi kekuatan ekonomi di Indonesia
Baca juga: Ketinggalan zaman, Anggota DPR sebut perlu perubahan UU Perkoperasian
Baca juga: Kemenkop: KUMKM hanya punya dua pilihan, beradaptasi atau mati
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022
Tags: