UGM luncurkan "Kibar" berdayakan masyarakat sekitar kampus
20 September 2022 12:37 WIB
Peluncurkan program pemberdayaan masyarakat sekitar kampus yang diberi nama Komunitas Belajar dan Berdaya (Kibar) UGM di tepi Kali Code, Gemawang, Kelurahan Sinduadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (ANTARA/Luqman Hakim)
Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan program pemberdayaan masyarakat sekitar kampus yang diberi nama Komunitas Belajar dan Berdaya (Kibar) di tepi Kali Code, Gemawang, Kelurahan Sinduadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa.
"Ini upaya luar biasa menjalin kebersamaan membangun wilayah di sekitar UGM, sehingga universitas tidak lagi menjadi sebuah entitas terpisah, tetapi menyatu untuk bersama-sama meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar Rektor UGM, Prof Ova Emilia.
Ova menuturkan program Kibar UGM sebenarnya merupakan diversifikasi dari program Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) yang selama ini terlaksana.
Baca juga: Mendikbud lepas 4.504 mahasiswa KKN PPM UGM secara daring
Jika biasanya mahasiswa peserta KKN-PPM diterjunkan ke berbagai wilayah Nusantara, lanjutnya, kali ini difokuskan untuk mengoptimalkan pengabdian serta pemberdayaan kepada masyarakat Yogyakarta, khususnya di sekitar kampus UGM.
"KKN itu tentunya tidak identik dengan harus keluar Yogyakarta. Aneh kalau yang di luar-luar diurusin, ternyata yang di sekitarnya tertinggal," ujar dia.
Ia menjelaskan program pemberdayaan itu didesain dengan skema berkelanjutan, bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, yaitu pemerintah daerah, swasta, organisasi non-profit, serta komunitas.
Menurut Rektor UGM, penguatan keterlibatan dan interaksi aktif antara komunitas akademik UGM dengan pemerintah desa serta kelurahan menjadi fokus utama untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar.
Ia menambahkan prinsip saling belajar, inklusivitas, dan penghargaan terhadap kearifan lokal juga menjadi prinsip pelaksanaan program Kibar UGM, sehingga selain memberi dampak bagi masyarakat, juga menjadi sarana pembelajaran yang penting bagi mahasiswa UGM.
"Mendidik generasi muda bukan hanya memberikan ilmu terkini, tetapi memberikan peluang bagi mereka untuk bergabung langsung dengan konteks yang dihadapi masyarakat," ucap Ova Emilia.
Pelaksanaan program Kibar UGM, kata dia, dimulai pada akhir September 2022 di tiga kelurahan, yaitu Sinduadi, Caturtunggal, dan Condongcatur, Kabupaten Sleman.
Tahap pertama program itu akan berlangsung selama lima bulan, diawali pengembangan pangkalan data spasial, sosial, maupun sektoral sebagai basis perencanaan program pemberdayaan berkelanjutan.
Baca juga: 354 mahasiswa UGM ikuti KKN Peduli COVID-19 secara daring
Baca juga: 4.504 mahasiswa UGM ikuti KKN-PPM secara daring
Wakil Rektor UGM bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni Arie Sujito berharap melalui program itu problem yang dihadapi masyarakat di sekitar kampus, mulai persoalan lingkungan, sampah, kemacetan, hingga hubungan antarkelompok mampu dipecahkan.
"UGM mau ikut menjadi bagian 'problem solver' (penyelesai masalah) dengan pendekatan yang multi-bidang melalui pendekatan KKN ini," ujar Arie.
Dengan mengintegrasikan komunitas kampus dan komunitas masyarakat, ia berharap kedua entitas tersebut bisa saling belajar dan menguatkan.
"Banyak kasus, dimana banyak orang datang ke Yogyakarta entah untuk sekolah atau lainnya, tetapi ketika ada masalah bentrok atau konflik kita kesannya (menganggap) itu hanya urusan kepolisian. Nah, kita mau melakukan pencegahan itu," tutur Sosiolog UGM ini.
"Ini upaya luar biasa menjalin kebersamaan membangun wilayah di sekitar UGM, sehingga universitas tidak lagi menjadi sebuah entitas terpisah, tetapi menyatu untuk bersama-sama meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar Rektor UGM, Prof Ova Emilia.
Ova menuturkan program Kibar UGM sebenarnya merupakan diversifikasi dari program Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) yang selama ini terlaksana.
Baca juga: Mendikbud lepas 4.504 mahasiswa KKN PPM UGM secara daring
Jika biasanya mahasiswa peserta KKN-PPM diterjunkan ke berbagai wilayah Nusantara, lanjutnya, kali ini difokuskan untuk mengoptimalkan pengabdian serta pemberdayaan kepada masyarakat Yogyakarta, khususnya di sekitar kampus UGM.
"KKN itu tentunya tidak identik dengan harus keluar Yogyakarta. Aneh kalau yang di luar-luar diurusin, ternyata yang di sekitarnya tertinggal," ujar dia.
Ia menjelaskan program pemberdayaan itu didesain dengan skema berkelanjutan, bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, yaitu pemerintah daerah, swasta, organisasi non-profit, serta komunitas.
Menurut Rektor UGM, penguatan keterlibatan dan interaksi aktif antara komunitas akademik UGM dengan pemerintah desa serta kelurahan menjadi fokus utama untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar.
Ia menambahkan prinsip saling belajar, inklusivitas, dan penghargaan terhadap kearifan lokal juga menjadi prinsip pelaksanaan program Kibar UGM, sehingga selain memberi dampak bagi masyarakat, juga menjadi sarana pembelajaran yang penting bagi mahasiswa UGM.
"Mendidik generasi muda bukan hanya memberikan ilmu terkini, tetapi memberikan peluang bagi mereka untuk bergabung langsung dengan konteks yang dihadapi masyarakat," ucap Ova Emilia.
Pelaksanaan program Kibar UGM, kata dia, dimulai pada akhir September 2022 di tiga kelurahan, yaitu Sinduadi, Caturtunggal, dan Condongcatur, Kabupaten Sleman.
Tahap pertama program itu akan berlangsung selama lima bulan, diawali pengembangan pangkalan data spasial, sosial, maupun sektoral sebagai basis perencanaan program pemberdayaan berkelanjutan.
Baca juga: 354 mahasiswa UGM ikuti KKN Peduli COVID-19 secara daring
Baca juga: 4.504 mahasiswa UGM ikuti KKN-PPM secara daring
Wakil Rektor UGM bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni Arie Sujito berharap melalui program itu problem yang dihadapi masyarakat di sekitar kampus, mulai persoalan lingkungan, sampah, kemacetan, hingga hubungan antarkelompok mampu dipecahkan.
"UGM mau ikut menjadi bagian 'problem solver' (penyelesai masalah) dengan pendekatan yang multi-bidang melalui pendekatan KKN ini," ujar Arie.
Dengan mengintegrasikan komunitas kampus dan komunitas masyarakat, ia berharap kedua entitas tersebut bisa saling belajar dan menguatkan.
"Banyak kasus, dimana banyak orang datang ke Yogyakarta entah untuk sekolah atau lainnya, tetapi ketika ada masalah bentrok atau konflik kita kesannya (menganggap) itu hanya urusan kepolisian. Nah, kita mau melakukan pencegahan itu," tutur Sosiolog UGM ini.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: