Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan diperlukan olahan modern dari bahan pangan ubi jalar agar lebih diminati oleh masyarakat sehingga dapat digunakan sebagai subtitusi atau makanan pengganti tepung terigu.

Peneliti Ahli Utama Organisasi Riset (OR) Pangan dan Pertanian BRIN Erliana Ginting dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, mengatakan pengolahan ubi jalar menjadi produk olahan masih banyak dalam bentuk makanan tradisional, sehingga kurang diminati generasi muda.

“Oleh karena itu citra produknya sering dianggap rendah atau inferior. Apalagi sering disebut dengan “telo”, sehingga kurang menarik apalagi bagi generasi muda,” katanya.

Baca juga: Praktisi sarankan gunakan bibit unggul ubi jalar agar tembus ekspor

Menurutnya, untuk menarik minat generasi muda mengonsumsi ubi jalar yang kaya manfaat baik bagi tubuh dibutuhkan diversifikasi produk olahan, seperti diolah menjadi makanan kekinian layaknya pasta, produk bakery, biskuit, es krim, dan makanan ringan lainnya.

“Oleh karena itu perlu dilakukan diversifikasi penggunaan bahan baku ubi segar, tepung, maupun pati. Tentunya dengan teknologi sederhana untuk meningkatkan konsumsi, kemudian citra, sekaligus nilai tambah olahan ubi jalar,” katanya.

Erliana mengungkapkan gizi ubi jalar tidak kalah jika dibandingkan dengan pangan sumber karbohidrat lainnya, seperti beras, jagung, dan terigu.

Baca juga: Komisi VII: Pagu anggaran BRIN 2023 capai Rp6,38 triliun

Karbohidrat yang terkandung dalam ubi jalar memiliki indeks glikemik rendah hingga sedang dalam menaikkan kadar gula darah dalam tubuh. “Sehingga baik untuk pencegahan dan terapi bagi penderita diabetes maupun obesitas,” kata dia.

Selain karbohidrat, ubi jalar mengandung vitamin seperti vitamin A, C, dan E, serta mineral yang memadai bagi tubuh. Selain itu juga mengandung fenol yang bermanfaat sebagai antioksidan dan serat pangan yang dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh. Kadar nutrisi ini berbeda jumlahnya di tiap jenis ubi jalar.

“Ubi jalar memang sangat baik untuk kesehatan dalam kaitannya untuk serat pangan dan pati resistennya, karena dapat berfungsi sebagai prebiotik dan dapat menurunkan kadar kolesterol dan gula darah,” kata Erliana.