Festival Sawah Noasih Probolinggo lestarikan nilai budaya lokal
18 September 2022 17:07 WIB
Salah satu tarian yang ditampilkan dalam Festival Sawah Noasih Sae Ongguh di Kota Probolinggo, Minggu (18/9/2022). ANTARA/HO-Diskominfo Kota Probolinggo/am.
Kota Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Festival Sawah Noasih Sae Ongguh yang digelar di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, untuk melestarikan nilai budaya lokal yang digelar dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Probolinggo, Minggu.
"Festival sawah itu juga merupakan wujud dari suatu komitmen untuk melestarikan dan mengenalkan kearifan dan kesenian lokal yang ada di Kecamatan Wonoasih," kata Plt Sekretaris Camat Wonoasih Yudo Pratomo di Kota Probolinggo.
Menurut dia, budaya lokal yang dimaksud seperti tarian Pajhar Laggu, Layangan Naga, dan Angklung Soaka D’galeng, sehingga kegiatan tersebut juga ditujukan sebagai ajang mengkampanyekan program We Love Cities, mendukung Kota Probolinggo sebagai Kota Layak Anak serta melestarikan olahraga tradisional.
Baca juga: Festival Tepi Sawah kemas seni dengan konsep ramah lingkungan
"Kegiatan itu salah satu bentuk dukungan masyarakat pada Pemkot Probolinggo yang pada tahun ini meraih predikat sebagai Kota Layak Anak, kategori Utama," tuturnya.
Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin menyampaikan apresiasinya atas kemeriahan yang ditampilkan masyarakat di Kecamatan Wonoasih yang ikut mendukung kegiatan Festival Sawah Noasih tersebut.
"Ide kreatif untuk menampilkan segala potensi yang ada di kecamatan setempat dapat membangkitkan perputaran ekonomi masyarakat. Saya melihat adanya event Festival Sawah itu luar biasa," katanya.
Baca juga: Festival Jathilan Bromo diharapkan tarik minat wisatawan asing
Menurut dia, ide kreatif yang dimunculkan mengembangkan potensi yang ada di masing-masing kelurahan itu begitu luar biasa, sehingga diharapkan bisa membangkitkan perputaran ekonomi masyarakat setempat.
Pelestarian budaya menjadi suatu hal yang sangat penting karena sebagian masyarakat mulai memandang bahwa budaya bangsa lain lebih menarik dan lebih hebat dari budaya sendiri.
"Memudarnya kecintaan terhadap budaya lokal menjadi tantangan bagi kita untuk mencari cara bagaimana mengembalikan rasa hormat pada budaya sendiri," ujarnya.
Baca juga: Festival Eksotika Bromo di Probolinggo libatkan ratusan seniman
Ia berharap ke depan kegiatan semacam itu bisa dilaksanakan oleh masing-masing kelurahan dengan menampilkan potensi dan keunikan di tiap wilayahnya, sehingga dapat mendongkrak perekonomian.
"Festival sawah itu juga merupakan wujud dari suatu komitmen untuk melestarikan dan mengenalkan kearifan dan kesenian lokal yang ada di Kecamatan Wonoasih," kata Plt Sekretaris Camat Wonoasih Yudo Pratomo di Kota Probolinggo.
Menurut dia, budaya lokal yang dimaksud seperti tarian Pajhar Laggu, Layangan Naga, dan Angklung Soaka D’galeng, sehingga kegiatan tersebut juga ditujukan sebagai ajang mengkampanyekan program We Love Cities, mendukung Kota Probolinggo sebagai Kota Layak Anak serta melestarikan olahraga tradisional.
Baca juga: Festival Tepi Sawah kemas seni dengan konsep ramah lingkungan
"Kegiatan itu salah satu bentuk dukungan masyarakat pada Pemkot Probolinggo yang pada tahun ini meraih predikat sebagai Kota Layak Anak, kategori Utama," tuturnya.
Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin menyampaikan apresiasinya atas kemeriahan yang ditampilkan masyarakat di Kecamatan Wonoasih yang ikut mendukung kegiatan Festival Sawah Noasih tersebut.
"Ide kreatif untuk menampilkan segala potensi yang ada di kecamatan setempat dapat membangkitkan perputaran ekonomi masyarakat. Saya melihat adanya event Festival Sawah itu luar biasa," katanya.
Baca juga: Festival Jathilan Bromo diharapkan tarik minat wisatawan asing
Menurut dia, ide kreatif yang dimunculkan mengembangkan potensi yang ada di masing-masing kelurahan itu begitu luar biasa, sehingga diharapkan bisa membangkitkan perputaran ekonomi masyarakat setempat.
Pelestarian budaya menjadi suatu hal yang sangat penting karena sebagian masyarakat mulai memandang bahwa budaya bangsa lain lebih menarik dan lebih hebat dari budaya sendiri.
"Memudarnya kecintaan terhadap budaya lokal menjadi tantangan bagi kita untuk mencari cara bagaimana mengembalikan rasa hormat pada budaya sendiri," ujarnya.
Baca juga: Festival Eksotika Bromo di Probolinggo libatkan ratusan seniman
Ia berharap ke depan kegiatan semacam itu bisa dilaksanakan oleh masing-masing kelurahan dengan menampilkan potensi dan keunikan di tiap wilayahnya, sehingga dapat mendongkrak perekonomian.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: