Praktisi sarankan gunakan bibit unggul ubi jalar agar tembus ekspor
16 September 2022 20:34 WIB
Peneliti tanaman ubi jalar Febria Cahya Indriani melihat bibit ubi jalar varietas unggul hasil inovasinya yang diberi nama Antin 3 di Balai Penelitian Aneka Kacang dan Biji-Bijian (Balitkabi) -Kementerian Pertanian, Malang, Jawa Timur, Rabu (3/8/2022). Ubi jalar varietas unggul tersebut memiliki ketahanan terhadap penyakit kudis, memiliki kadar senyawa antioksidan berupa antosianin sebesar 150 miligram per 100 gram serta mempunyai potensi panen hingga 30,6 ton per hektare. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/wsj.
Jakarta (ANTARA) - CEO Reputed Agriculture for Development Stichting and Foundation Putri Ernawati Abidin menyarankan para petani untuk menggunakan bibit unggul ubi jalar agar bisa menghasilkan produk pangan berkualitas dan menembus pasar ekspor.
“Berdasarkan pengalaman, yang harus diperhatikan adalah dimulai dari pertanamannya bahwa pengetahuan untuk menggunakan bibit unggul itu penting sekali,” kata Putri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Putri berbagi pengalaman pada acara diskusi daring yang digelar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Baca juga: PTPN V lanjutkan program penyediaan bibit sawit unggul untuk petani
Menurut dia, penggunaan bibit unggul ubi jalar akan membuat hasil panen bebas penyakit tanaman, seperti serangan virus dan hama.
Umbi hasil panen, kata dia, bukan hanya memiliki ukuran yang baik, tapi juga berkualitas. “Ini sangat perlu diperhatikan. Good Agricultural Practices, gunakan pathogen free planting materials,” kata dia.
Selain penggunaan bibit unggul ubi jalar, dia menyarankan para pelaku usaha lebih berhati-hati dalam menyeleksi umbi hasil panen sebelum dikemas. Ketika hendak mengemas, perlu dipastikan apakah umbi-umbi itu mulus atau tidak.
“Kadang-kadang ada tanda bulat-bulat lingkaran. Itu adalah serangan dari millipedes (kaki seribu/luing) atau nematodes (nematoda, sejenis cacing parasit),” katanya.
Berdasarkan pengalaman kerjanya di Afrika, Putri menjelaskan banyak umbi asal Afrika tidak layak ekspor karena rusak dalam perjalanan dan tidak layak dikomersialkan di pasar Eropa. Hal itu terjadi karena budidaya ubi jalar tersebut tidak menggunakan bibit unggul.
“Tidak hanya ukuran, tapi benar-benar good quality of the roots. Itu sangat penting. Itu yang harus kita perhatikan bila akan ekspor,” kata dia.
Baca juga: 6.000 bibit pisang unggul diberikan bagi poktan di Kabupaten Manokwari
Sebelumnya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan ubi jalar adalah komoditas pangan lokal yang memiliki potensi untuk dikembangkan dari aspek budidaya maupun hilirisasi. Ubi jalar bisa menjadi salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia.
Ditjen Tanaman Pangan Kementan melalui stimulan bantuan pemerintah mengalokasikan pengembangan budidaya ubi jalar di lahan seluas 2.000 hektare di beberapa lokasi di Indonesia pada tahun ini.
“Berdasarkan pengalaman, yang harus diperhatikan adalah dimulai dari pertanamannya bahwa pengetahuan untuk menggunakan bibit unggul itu penting sekali,” kata Putri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Putri berbagi pengalaman pada acara diskusi daring yang digelar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Baca juga: PTPN V lanjutkan program penyediaan bibit sawit unggul untuk petani
Menurut dia, penggunaan bibit unggul ubi jalar akan membuat hasil panen bebas penyakit tanaman, seperti serangan virus dan hama.
Umbi hasil panen, kata dia, bukan hanya memiliki ukuran yang baik, tapi juga berkualitas. “Ini sangat perlu diperhatikan. Good Agricultural Practices, gunakan pathogen free planting materials,” kata dia.
Selain penggunaan bibit unggul ubi jalar, dia menyarankan para pelaku usaha lebih berhati-hati dalam menyeleksi umbi hasil panen sebelum dikemas. Ketika hendak mengemas, perlu dipastikan apakah umbi-umbi itu mulus atau tidak.
“Kadang-kadang ada tanda bulat-bulat lingkaran. Itu adalah serangan dari millipedes (kaki seribu/luing) atau nematodes (nematoda, sejenis cacing parasit),” katanya.
Berdasarkan pengalaman kerjanya di Afrika, Putri menjelaskan banyak umbi asal Afrika tidak layak ekspor karena rusak dalam perjalanan dan tidak layak dikomersialkan di pasar Eropa. Hal itu terjadi karena budidaya ubi jalar tersebut tidak menggunakan bibit unggul.
“Tidak hanya ukuran, tapi benar-benar good quality of the roots. Itu sangat penting. Itu yang harus kita perhatikan bila akan ekspor,” kata dia.
Baca juga: 6.000 bibit pisang unggul diberikan bagi poktan di Kabupaten Manokwari
Sebelumnya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan ubi jalar adalah komoditas pangan lokal yang memiliki potensi untuk dikembangkan dari aspek budidaya maupun hilirisasi. Ubi jalar bisa menjadi salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia.
Ditjen Tanaman Pangan Kementan melalui stimulan bantuan pemerintah mengalokasikan pengembangan budidaya ubi jalar di lahan seluas 2.000 hektare di beberapa lokasi di Indonesia pada tahun ini.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022
Tags: