Kota Palu (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah (Dinkes Sulteng) menyampaikan hasil studi prevalensi penularan penyakit Tuberkulosis (TBC) dalam tiga tahun terakhir mencapai 10.207 jiwa.

"Seluruh wilayah Sulteng sudah menjadi daerah penularan tuberkulosis atau TBC dan dalam rentan waktu tiga tahun terakhir sejak 2019 sudah mencapai 10.207 jiwa," kata Kepala Dinkes Sulteng dr. I Komang Adi Sujandera di Palu, Jumat.

Dia menjelaskan secara umum penyebaran penyakit TBC di Sulteng sama dengan wilayah lain yang ada di Indonesia, rata-rata penyebab awal adalah kondisi lingkungan yang tidak sehat dan padat.

Selain itu adalah kekurangan gizi dalam masa pertumbuhan anak, serta temuan komorbid lain seperti human immunodeficiency virus (HIV) yang memperparah kondisi penderita TBC.

Baca juga: Pemerintah berupaya mendeteksi 90 persen kasus TBC pada 2024

Baca juga: Kemenko PMK dorong percepatan penanggulangan tuberkulosis
"Kemudian yang menjadi penyebab tingginya kasus adalah pasien yang belum ditemukan sehingga menjadi sentra penularan TBC di lingkungan masing-masing, karena penularan dapat melalui udara," ujarnya.

Adapun hingga September 2022, daerah yang memiliki jumlah kasus TBC tertinggi yakni Kota Palu sebanyak 718 kasus, disusul dengan Kabupaten Banggai sebanyak 579 kasus dan Kabupaten Parigi Moutong 421 kasus.

"Tetapi secara menyeluruh sampai dengan September 2022 total penularan TBC di Sulteng mencapai 3.359 kasus," ujarnya.

Meskipun begitu, sepanjang masa pandemi COVID-19 telah terjadi penurunan kasus dari 2019 sebanyak 6.713 kasus menjadi 4.243 kasus pada 2020 serta pada 2021 tersisa 3.965.

"Kami harapkan jumlah tersebut akan semakin menurun dari tahun ke tahun," demikian dr. Komang.*

Baca juga: WHO - Kemenkes apresiasi pelayanan TBC di faskes Kota Tangerang

Baca juga: Bersama tim WHO-Kemenkes, Tangerang evaluasi penanganan TBC di faskes