Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan industri pembiayaan atau multifinance akan mampu beradaptasi terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Kita akan menyesuaikan. Penyesuaian ini akan terjadi secara alamiah, bahwa tantangan ini kita hadapi dari waktu ke waktu, dari situasi ke situasi,” kata Suwandi dalam webinar bertajuk Tantangan dan Masa Depan Perusahaan Pembiayaan yang diselenggarakan oleh InfoBank di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan industri pembiayaan pasti akan terdampak ke sisi demand maupun supply, namun, berbagai adaptasi yang dilakukan akan membuat industri ini terus tumbuh dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional ke depan.

Dia mengatakan perusahaan pembiayaan harus mulai mengencangkan Debt Service Ratio (DSR), dengan menghitung kembali kemampuan setiap debitur yang berdasarkan pada pendapatan mereka saat ini.

“Kita sebagai yang memberi kredit, harus melihat kemampuan dari debitur yang kita kenal dengan sustainable debt,” kata Suwandi.

Dia melanjutkan perusahaan pembiayaan juga harus menghitung kembali penyaluran pembiayaan yang disesuaikan dengan suku bunga acuan saat ini.

“Harganya akan menjadi tinggi, perhitungan kembali bagi para nasabah yang ingin mendapatkan pinjaman dengan penyesuaian suku bunga,” kata Suwandi.,

Dia menjelaskan penyesuaian harga BBM maupun kenaikan suku bunga merupakan situasi yang pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, dan perusahaan pembiayaan selalu bisa melewati situasi ini dengan positif.

“Kalau kilas balik, suku bunga tinggi juga pernah kita alami juga. Dimana pernah di angka 15-16 persen, kita akan menyesuaikan,” kata Suwandi.

Dalam kesempatan sama, Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B OJK Bambang W. Budiawan optimistis industri pembiayaan dapat tumbuh positif di tengah adanya penyesuaian harga BBM.

Dia berkaca dari pengalaman tahun 2005 dan 2015 yang juga ada penyesuaian harga BBM, namun, industri pembiayaan saat itu justru tumbuh positif.

“Mungkin saja dengan adanya penyesuaian harga BBM, akan terkoreksi. Tapi saya masih feeling positif di tahun 2022,” kata Bambang

Dia juga melihat adanya pola pertumbuhan industri pembiayaan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tercatat, piutang perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 7,12 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp384,63 triliun pada Juli 2022, atau sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang tumbuh sebesar 5,44 persen (yoy).


Baca juga: OJK: Krisis dan suku bunga jadi tantangan industri pembiayaan ke depan
Baca juga: Danamon, Adira Finance & MUFG dorong pertumbuhan industri otomotif
Baca juga: BSI sinergi dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dorong ekspor