Pelajar di Kabupaten Bekasi ikut sumbang sampah lewat Gradasi
14 September 2022 17:24 WIB
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Rosa Vivien Ratnawati menimbang sampah ekonomis saat menghadiri Gerakan Sedekah Sampah Indonesia di Masjid Baitul Makmur, Desa Telagamurni, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu. (ANTARA/Pradita Kurniawan Syah)
Bekasi (ANTARA) - Para pelajar di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, ikut menyumbangkan sampah yang bisa didaur ulang dalam Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (Gradasi) Akbar di Masjid Baitul Makmur, Desa Telagamurni, Kecamatan Cikarang Barat, Rabu.
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati mengemukakan bahwa keikutsertaan para pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Kabupaten Bekasi dalam gerakan sedekah sampah menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan.
"Memang untuk kesadaran mengenai kebersihan harus ditanamkan dari kecil sehingga sampah-sampah bisa diolah dengan baik. Sampah disedekahkan kemudian hasilnya bisa dikelola untuk lain-lain," kata Vivien, yang menghadiri kegiatan Gradasi di Bekasi.
"Kegiatan mengolah dan mengelola sampah ini baik sekali karena membantu pemerintah mengatasi penumpukan sampah sekaligus mewujudkan Indonesia Bersih 2025," katanya.
Vivien menjelaskan bahwa Gradasi merupakan upaya untuk menggerakkan masyarakat dan komunitas agama mengurangi sampah serta menanamkan perilaku baik dalam menangani sampah.
Menurut dia, sampai saat ini sudah lebih dari 7,53 ton sampah dengan nilai ekonomi Rp25.902.300 yang terkumpul melalui Gradasi.
Jenis sampah paling banyak yang disedekahkan adalah sampah plastik, kertas, dan kardus. Selain itu, ada sampah jenis kaca, logam, elektronik, serta minyak jelantah.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Rahmat Atong menjelaskan bahwa Kabupaten Bekasi sudah lebih dulu menjalankan pengelolaan daur ulang sampah dengan membuat bank sampah di desa, kelurahan, maupun kecamatan.
"Di Kabupaten Bekasi sudah ada lebih dari 300 bank sampah yang tersebar di 23 kecamatan yang dibuat untuk mengubah pola pikir masyarakat, di mana mereka bisa memilah mana yang bisa dimanfaatkan untuk daur ulang sehingga bernilai ekonomis," katanya.
Ia mengatakan, upaya menggerakkan warga memilah dan mengolah sampah ditujukan untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Burangkeng di Kecamatan Setu.
Menurut data pemerintah, timbulan sampah di Kabupaten Bekasi mencapai 2.800 ton sehari, tetapi pemerintah daerah hanya mampu mengangkut 800 ton sampah per hari ke TPA Burangkeng.
Apabila diasumsikan setiap rumah ibadah yang menjalankan Gradasi mampu mengelola satu ton sampah setiap bulan, maka sampah yang bisa dikelola oleh 500 rumah ibadah dalam setahun mencapai 6.000 ton.
"Tentunya ini bagian dari kegiatan positif yang harus kami tularkan ke masyarakat luas, terutama di Kabupaten Bekasi, di mana sampah merupakan tantangan terberat," demikian Rahmat Atong.
Baca juga:
Kali Jambe Bekasi bebas tumpukan sampah usai bersih-bersih maraton
TP2D rekomendasikan Kabupaten Bekasi tetapkan status darurat sampah
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati mengemukakan bahwa keikutsertaan para pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Kabupaten Bekasi dalam gerakan sedekah sampah menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan.
"Memang untuk kesadaran mengenai kebersihan harus ditanamkan dari kecil sehingga sampah-sampah bisa diolah dengan baik. Sampah disedekahkan kemudian hasilnya bisa dikelola untuk lain-lain," kata Vivien, yang menghadiri kegiatan Gradasi di Bekasi.
"Kegiatan mengolah dan mengelola sampah ini baik sekali karena membantu pemerintah mengatasi penumpukan sampah sekaligus mewujudkan Indonesia Bersih 2025," katanya.
Vivien menjelaskan bahwa Gradasi merupakan upaya untuk menggerakkan masyarakat dan komunitas agama mengurangi sampah serta menanamkan perilaku baik dalam menangani sampah.
Menurut dia, sampai saat ini sudah lebih dari 7,53 ton sampah dengan nilai ekonomi Rp25.902.300 yang terkumpul melalui Gradasi.
Jenis sampah paling banyak yang disedekahkan adalah sampah plastik, kertas, dan kardus. Selain itu, ada sampah jenis kaca, logam, elektronik, serta minyak jelantah.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Rahmat Atong menjelaskan bahwa Kabupaten Bekasi sudah lebih dulu menjalankan pengelolaan daur ulang sampah dengan membuat bank sampah di desa, kelurahan, maupun kecamatan.
"Di Kabupaten Bekasi sudah ada lebih dari 300 bank sampah yang tersebar di 23 kecamatan yang dibuat untuk mengubah pola pikir masyarakat, di mana mereka bisa memilah mana yang bisa dimanfaatkan untuk daur ulang sehingga bernilai ekonomis," katanya.
Ia mengatakan, upaya menggerakkan warga memilah dan mengolah sampah ditujukan untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Burangkeng di Kecamatan Setu.
Menurut data pemerintah, timbulan sampah di Kabupaten Bekasi mencapai 2.800 ton sehari, tetapi pemerintah daerah hanya mampu mengangkut 800 ton sampah per hari ke TPA Burangkeng.
Apabila diasumsikan setiap rumah ibadah yang menjalankan Gradasi mampu mengelola satu ton sampah setiap bulan, maka sampah yang bisa dikelola oleh 500 rumah ibadah dalam setahun mencapai 6.000 ton.
"Tentunya ini bagian dari kegiatan positif yang harus kami tularkan ke masyarakat luas, terutama di Kabupaten Bekasi, di mana sampah merupakan tantangan terberat," demikian Rahmat Atong.
Baca juga:
Kali Jambe Bekasi bebas tumpukan sampah usai bersih-bersih maraton
TP2D rekomendasikan Kabupaten Bekasi tetapkan status darurat sampah
Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: