Minyak turun tipis di Asia di tengah prospek kenaikan suku bunga AS
14 September 2022 14:40 WIB
Arsip Foto - Bryan Mound Strategic Petroleum Reserve, fasilitas penyimpanan minyak, terlihat dalam foto udara di atas Freeport, Texas, AS, Senin (27/4/2020). ANTARA/REUTERS/Adrees Latif/am.
Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun tipis di sesi Asia pada Rabu sore, di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga Federal Reserve AS lainnya minggu depan setelah harga konsumen secara tak terduga naik pada Agustus, melebihi dukungan dari perkiraan pertumbuhan permintaan minyak OPEC yang kuat.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 17 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 93,00 dolar AS per barel pada pukul 06.33 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 11 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 87,20 dolar AS per barel,
Harga tertekan laporan inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan pada Selasa (13/9/2022) yang menghancurkan harapan The Fed dapat mengurangi pengetatan kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Pejabat Fed akan bertemu Selasa (20/9/2022) dan Rabu (21/9/2022), dengan inflasi tetap jauh di atas target bank sentral AS 2,0 persen.
"Dolar AS yang kuat dan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga besar lainnya oleh The Fed membebani sentimen," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
Di China, pembatasan ketat COVID-19 yang sedang berlangsung menekan permintaan bahan bakar di importir minyak terbesar dunia tersebut.
"Kebijakan nol-COVID China tetap utuh dan itu akan membuat rebound yang muncul selama beberapa minggu mendatang dibatasi," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.
"AS adalah wildcard besar dan jika prospek permintaan itu melemah, minyak dapat melanjutkan lintasan penurunannya yang telah ada sejak awal musim panas."
Di sisi pasokan, stok minyak mentah AS naik sekitar 6 juta barel untuk pekan yang berakhir 9 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Rabu.
Pemerintah AS akan merilis data persediaan minyak pada Rabu pukul 14.30 GMT.
Memberikan beberapa dukungan untuk harga minyak, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Selasa (13/9/2022) mengulangi perkiraan untuk pertumbuhan permintaan minyak global pada 2022 dan 2023, mengutip tanda-tanda bahwa ekonomi-ekonomi utama bernasib lebih baik dari yang diharapkan meskipun ada hambatan seperti lonjakan inflasi.
Permintaan minyak akan meningkat sebesar 3,1 juta barel per hari (bph) pada 2022 dan 2,7 juta barel per hari pada 2023, OPEC mengatakan dalam laporan bulanan, membiarkan perkiraannya tidak berubah dari bulan lalu.
Baca juga: Venezuela catat produksi minyak yang lebih tinggi pada Agustus 2022
Baca juga: Harga minyak naik tipis di Asia, ditopang prospek permintaan global
Baca juga: Harga minyak jatuh, setelah inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 17 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 93,00 dolar AS per barel pada pukul 06.33 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 11 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 87,20 dolar AS per barel,
Harga tertekan laporan inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan pada Selasa (13/9/2022) yang menghancurkan harapan The Fed dapat mengurangi pengetatan kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Pejabat Fed akan bertemu Selasa (20/9/2022) dan Rabu (21/9/2022), dengan inflasi tetap jauh di atas target bank sentral AS 2,0 persen.
"Dolar AS yang kuat dan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga besar lainnya oleh The Fed membebani sentimen," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
Di China, pembatasan ketat COVID-19 yang sedang berlangsung menekan permintaan bahan bakar di importir minyak terbesar dunia tersebut.
"Kebijakan nol-COVID China tetap utuh dan itu akan membuat rebound yang muncul selama beberapa minggu mendatang dibatasi," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.
"AS adalah wildcard besar dan jika prospek permintaan itu melemah, minyak dapat melanjutkan lintasan penurunannya yang telah ada sejak awal musim panas."
Di sisi pasokan, stok minyak mentah AS naik sekitar 6 juta barel untuk pekan yang berakhir 9 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Rabu.
Pemerintah AS akan merilis data persediaan minyak pada Rabu pukul 14.30 GMT.
Memberikan beberapa dukungan untuk harga minyak, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Selasa (13/9/2022) mengulangi perkiraan untuk pertumbuhan permintaan minyak global pada 2022 dan 2023, mengutip tanda-tanda bahwa ekonomi-ekonomi utama bernasib lebih baik dari yang diharapkan meskipun ada hambatan seperti lonjakan inflasi.
Permintaan minyak akan meningkat sebesar 3,1 juta barel per hari (bph) pada 2022 dan 2,7 juta barel per hari pada 2023, OPEC mengatakan dalam laporan bulanan, membiarkan perkiraannya tidak berubah dari bulan lalu.
Baca juga: Venezuela catat produksi minyak yang lebih tinggi pada Agustus 2022
Baca juga: Harga minyak naik tipis di Asia, ditopang prospek permintaan global
Baca juga: Harga minyak jatuh, setelah inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: