Jakarta (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) Kamboja Samdech Techo Hun Sen, pada Senin (12/9) di Phnom Penh mengatakan bahwa Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) telah berkontribusi bagi pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19 yang inklusif dan berkelanjutan.

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) harus "memanfaatkan sepenuhnya perjanjian-perjanjian perdagangan bebas, khususnya perjanjian RCEP, yang merupakan perjanjian perdagangan bebas terbesar dalam sejarah global," ungkapnya dalam sebuah pidato pada upacara pembukaan Forum Kemitraan dan Kepemimpinan ASEAN (ASEAN Leadership and Partnership Forum) 2022.

Hun Sen, yang juga menjabat sebagai ketua ASEAN pada 2022, mengatakan bahwa ASEAN harus terus mempromosikan integrasi ekonomi dan mengubah blok itu sebuah menjadi pusat perdagangan dan investasi yang menarik serta dinamis dengan mengurangi hambatan pajak dan nonpajak.

Ia juga secara resmi mengumumkan pembukaan Klub Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Club).

"Klub tersebut akan memainkan sebuah peran penting dalam mempromosikan integrasi ekonomi ASEAN yang lebih kohesif melalui kontribusi dalam memantau, mengevaluasi, dan memberi saran ... terhadap implementasi kesepakatan yang telah dicapai oleh para pemimpin ASEAN, khususnya mengenai perjanjian perdagangan bebas, perjanjian RCEP, dan perjanjian lain yang berkaitan dengan pilar ekonomi," katanya.

Juru Bicara sekaligus Wakil Sekretaris Negeri Kementerian Perdagangan Kamboja Penn Sovicheat mengatakan bahwa RCEP telah sangat memfasilitasi arus perdagangan dan investasi lintas perbatasan, serta menciptakan sebuah pasar yang besar.

"RCEP bersifat komprehensif, antara lain meliputi perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, kerja sama ekonomi dan teknis, penyelesaian sengketa, e-commerce, persaingan, dan kekayaan intelektual," ujarnya kepada Xinhua. "Pakta perdagangan ini telah mempromosikan multilateralisme dan perdagangan bebas serta semua negara yang berpartisipasi akan mendapat manfaat dari RCEP dalam jangka panjang."
RCEP merupakan kerja sama perdagangan multilateral dan strukturnya benar-benar dimaksudkan untuk menguntungkan semua negara yang berpartisipasi


Direktur Jenderal Institut Hubungan Internasional di Akademi Kerajaan Kamboja Kin Phea mengatakan bahwa RCEP merupakan kerja sama perdagangan multilateral dan strukturnya benar-benar dimaksudkan untuk menguntungkan semua negara yang berpartisipasi.

Menurut Phea, RCEP penting untuk menumbangkan unilateralisme yang menjalar, karena menarik semua perjanjian perdagangan bebas bilateral ke dalam satu lingkup ekonomi, di bawah satu aturan perdagangan yang menyeluruh.

Seorang profesor senior di BELTEI International University di Phnom Penh, Joseph Matthews mengatakan bahwa RCEP telah memberikan dorongan besar bagi pemulihan ekonomi regional dan global di era pascapandemi COVID-19.

"Kesepakatan mega perdagangan ini memiliki potensi besar bagi semua negara yang berpartisipasi untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi mereka serta untuk mempercepat pemulihan ekonomi mereka dari pandemi," sebutnya kepada Xinhua.

"Di bawah RCEP, semua negara anggota akan menuai manfaat jangka panjang dengan lebih mengintegrasikan ke dalam rantai pasokan regional dan global serta menciptakan lapangan kerja baru bagi rakyat mereka masing-masing," kata Matthews.

Mulai berlaku pada Januari 2022, pakta perdagangan megaregional itu terdiri dari 15 negara Asia-Pasifik termasuk 10 negara anggota ASEAN, Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta lima mitra perdagangan mereka, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.