Makassar (ANTARA) - Balai Karantina Pertanian Makassar memastikan ekspor komoditi porang (sejenis umbi) dari Sulawesi Selatan terus berkelanjutan dengan melakukan supervisi ke sejumlah pabrik, usai dibukanya kembali ekspor porang ke Cina.

Sebagai bentuk upaya percepatan ekspor porang (amorphophallus muelleri), Kepala Karantina Pertanian Makassar Lutfie Natsir mengunjungi pabrik milik PT IAS di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Senin.

"Kami terus melakukan monitoring terhadap keberlangsungan ekspor porang ini, sehingga dapat kita pantau bagaimana ekspor porang, seperti yang dilakukan PT IAS. Dari hasil monitoring kita pada hari ini, porangnya cukup untuk kesinambungan ekspor di Sulsel," ujar Lutfie.

Monitoring dilakukan Lutfie bersama dengan para pejabat lingkup Karantina Pertanian Makassar di IKT PT IAS sebelum diberangkatkan ke Cina.

PT IAS merupakan salah satu perusahaan yang mendapatkan rekomendasi tahap pertama yang diajukan Badan Karantina Pertanian kepada General Administration of Customs of The People’s Republic of China (GACC).

"Begitupun dengan harga, saat ini harga porang di Sulsel relatif cukup signifikan dan representatif mengalami peningkatan semenjak dibukanya keran ekspor porang ke Cina," tambahnya.

Pada tahun 2018, ekspor porang tercatat mencapai 254 ton dengan nilai ekspor sebesar Rp 11,3 miliar ke negara Jepang, Vietnam, China, Australia, dan negara lainnya.

Dibukanya ekspor porang melahirkan asa agar dapat membangkitkan kembali geliat ekspor di Sulsel. Dengan kembalinya geliat ekspor ini juga diharapkan dapat membantu ekonomi petani porang.
Baca juga: Subtitusi impor, porang jadi bahan baku kertas berharga dan sigaret
Baca juga: Sulsel targetkan ekspor porang ke China 3.000 ton pada 2022
Baca juga: Dua perusahaan asal Sulsel kembali bisa ekspor porang ke China