Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah akan menuntaskan permasalahan gangguan rantai pasokan yang berpotensi semakin menaikkan tingkat inflasi.

“Kita akan merespons inflasi yang terutama berasal dari gangguan pasokan,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam acara Bloomberg Recovery and Resilience di Jakarta, Senin.

Salah satu upaya menyelesaikan permasalahan gangguan rantai pasokan ini diantaranya Presiden Joko Widodo meminta gubernur dan walikota agar menelusuri secara detail penyebab tekanan harga komoditas, terutama pangan.

Sementara pada harga energi, kata dia, upaya yang ditempuh pemerintah adalah dengan menyesuaikan harga bahan bakar bersubsidi yaitu naik rata-rata sebesar 30 persen.

Sri Mulyani tak memungkiri keputusan menaikkan harga BBM bersubsidi pasti akan meningkatkan inflasi administered price, namun tetap harus dilakukan untuk melepaskan tekanan pada anggaran.

“Jadi kita coba pastikan dulu, kalau isunya dari sisi supply ya kita akan bahas dari sisi supply,” ujarnya.

Baca juga: BI : COVID-19 hingga gangguan rantai pasok sebabkan stagflasi dunia

Bank Indonesia sebagai otoritas dari sisi moneter pun turut menetapkan kebijakan untuk mengelola ekspektasi inflasi serta stabilitas rupiah mengingat saat ini Indonesia dan banyak negara sedang menghadapi dolar yang sangat kuat.

Sri Mulyani menuturkan depresiasi rupiah sekitar 4,5 persen tahun ini masih relatif moderat dibandingkan banyak negara lain seiring kinerja neraca pembayaran yang cukup baik.

“Neraca perdagangan mengalami surplus selama 27 bulan,” tegas Menkeu Sri Mulyani.

Meski Indonesia memiliki lebih banyak ketahanan dari sisi eksternal, kata dia, namun situasi global tidak akan mudah dan menjadi jauh lebih rumit dengan potensi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.

“Ini akan diikuti oleh potensi resesi dan juga harga energi tetap sangat fluktuatif karena geopolitik,” tegas Sri Mulyani.

Oleh sebab itu ia memastikan inflasi akan dikendalikan oleh pemerintah bersama Bank Indonesia dengan melihat detail baik dari sisi kebijakan makro, moneter maupun mengontrol secara langsung di setiap daerah.

“Kerangka kebijakan makroprudensial masih terus dipertahankan, namun tidak akan memadai jadi kita harus turun secara detail ke daerah, komoditas serta ke sumber tekanan harga,” ujar Menkeu Sri Mulyani.

Baca juga: Harga minyak turun, tertekan pembatasan COVID China dan naiknya bunga