Yogyakarta (ANTARA) - Festival Indonesia Bertutur, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan G20 bidang kebudayaan, menyampaikan pesan bahwa kemampuan masyarakat dalam mengelola kekayaan budaya dengan cara kreatif adalah kunci pertumbuhan.

Acara Indonesia Bertutur, yang diselenggarakan di Kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah itu diikuti oleh 900 orang seniman dan pelaku budaya dan mengusung tema "Mengalami Masa Lalu, Menumbuhkan Masa Depan".

Baca juga: Kemendikbudristek gelar dialog budaya bersama 100 tokoh adat Indonesia

"Dari segi tema ini menarik dimana kita melihat praktik kebudayaan masa lalu, tapi dengan pandangan terkini yang relevan. Intinya interpretasi masa kini terhadap tradisi masa lalu," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid di Yogyakarta pada Minggu.

Hilmar mengatakan bahwa melalui Indonesia Bertutur, Kemendikbudristek mengajak masyarakat, terutama kalangan muda, untuk memaknai kembali pengetahuan dari masa lalu dan sejarah dengan cara-cara baru yang relevan untuk masa kini.

Tujuan utama dari Festival Indonesia Bertutur itu adalah untuk menjaga budaya yang berkelanjutan, melalui kegiatan yang memberikan edukasi, pengalaman, dan inspirasi.

Melalui edukasi pada Indonesia Bertutur, Kemendikbudristek ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya cagar budaya sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan di masa kini dan masa mendatang.

Kemendikbudristek juga berupaya memberikan pengalaman melalui Indonesia Bertutur dengan memaparkan berbagai macam bentuk karya seni - film, tari, dan media baru - yang merupakan hasil narasi dari cagar budaya yang disesuaikan dengan konteks kekinian.

Selain itu, Indonesia Bertutur juga dimaksudkan untuk memberikan inspirasi kepada masyarakat tentang bagaimana cagar budaya diinterpretasikan dalam konteks kekinian oleh para seniman.

Oleh karena itu, Festival Indonesia Bertutur dipenuhi dengan rangkaian kegiatan, antara lain menggali 20 mahakarya nusantara berupa cagar budaya era klasik hingga era Majapahit dan Fajar Prasejarah Nusantara, dan menghadirkan para seniman dari dalam dan luar negeri untuk memaknai dan menarasikan kembali cagar budaya dalam konteks yang baru.

Para seniman itu bertutur melalui beragam karya dan rupa, seperti film, tari, musik, video mapping, seni kontemporer, dan ritual.

Baca juga: Kemendikbudristek: Budaya Indonesia modal besar pemulihan dunia

Baca juga: Masyarakat Borobudur siap ramaikan G20 dengan kirab budaya


Selanjutnya, menurut Hilmar, Festival Indonesia Bertutur itu diharapkan ke depannya dapat menjadi acara tahunan atau dua tahunan, dengan tujuan jangka panjang untuk membuka peluang bagi industri seni dan ekonomi kreatif Indonesia.

"Untuk tahu apakah kegiatan ini bisa dilakukan berkala tiap tahunan, kami harus membahas itu dengan pihak pengelola kawasan Candi Borobudur," ujarnya.