Yogyakarta (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan rata-rata tingkat hunian kamar hotel di provinsi ini mengalami penurunan menyusul kenaikan harga BBM.

"Yang biasanya tingkat hunian 60 sampai 70 persen, sekarang baru mencapai 50 persen setelah harga BBM naik," kata Ketua PHRI DIY, Deddy P Eryana, saat dihubungi di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, penurunan tingkat hunian hotel paling parah dirasakan hotel bintang dua ke bawah.

Baca juga: Tingkat hunian kamar hotel di Kaltim masih rendah

Meski tidak signifikan, hotel bintang tiga sampai lima masih tertolong meeting, Incentive, convention, exhibition (MICE) dari instansi pemerintah maupun swasta.

Ia menuturkan penurunan tingkat hunian itu disebabkan penundaan maupun pembatalan pemesanan kamar hotel dengan persentase mencapai 30 persen. "Pembatalan 30 persen itu banyak ya meskipun lebih rendah dibandingkan saat pandemi," kata dia.

Naiknya biaya transportasi, menurut dia, memicu para tamu hotel terpaksa menunda atau membatalkan agenda ke Yogyakarta.

Baca juga: Tingkat hunian hotel di DIY merosot, hanya 7 persen saat Lebaran

"Karena biaya transportasinya naik otomatis yang pakai bus, rombongan kecil maupun besar menunda atau membatalkan, karena saat tarif (transportasi) mau dinaikkan mereka tidak mau," ujar dia.

Kondisi itu, membuat para pelaku usaha perhotelan gamang untuk menaikkan tarif layanan di saat daya beli masyarakat sedang menurun. "Ini menjadi dilema bagi kami. Daya beli masyarakat turun, tetapi di sisi lain biaya operasional kami naik," kata dia.

Baca juga: Hunian kamar hotel untuk Lebaran di Medan turun

Para pelaku usaha hotel anggota PHRI DIY, kata dia, saat ini tengah merumuskan langkah yang tepat untuk meringankan beban operasional. "Menaikkan tarif dilematis bagi kami, tapi mau tidak mau kalau nanti kiami berat ya kami sepakati naik dengan konsekuensi menggaet wisatawan dengan pangsa pasar yang selektif," ujar dia.