Jakarta (ANTARA) - Ahli Neurologi Anak Hardiono D. Pusponegoro mengatakan orang tua dapat mengetahui gejala autisme pada anak sejak usia anak kurang dari satu tahun.

“Sebetulnya gejalanya sudah mulai terlihat sejak kurang dari satu tahun. Bisa juga tadinya normal, tiba-tiba usia setengah tahun sampai satu tahun hilang. Yang normal itu anaknya menjadi diam, anaknya menjadi cuek,” kata Hardiono dalam Webinar Deteksi Dini dan Terapi Autisme yang diikuti di Jakarta, Kamis.

Hardiono menuturkan gejala autisme yang dapat dilihat sejak anak kurang dari satu tahun tersebut, adalah terjadinya gangguan komunikasi seperti hanya mengulang apa yang didengar atau berbicara seperti bergumam tidak jelas.

Gejala lain yang dapat terlihat adalah adanya gangguan interaksi di mana anak cenderung cuek dan tidak berniat melakukan interaksi, tidak mau berbagi dan tidak adanya respon ekspresi timbal balik ataupun tidak adanya pretended play (bermain peran).

Baca juga: Dokter tak sarankan anak dengan autisme langsung dimasukkan PAUD

Baca juga: Diagnosis autisme bisa dimulai sejak usia anak setahun


“Yang penting, kalau dipanggil namanya dari belakang atau dari samping, dia tidak menoleh pada usia enam bulan. Ini harus periksa ke dokter, karena bisa gangguan pendengaran atau bisa juga ada gejala autis yaitu tidak menoleh bila dipanggil namanya,” katanya.

Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menambahkan, gejala lain yang dapat terlihat jelas adalah adanya perilaku berulang yakni seperti berputar mengelilingi ruangan atau menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Bahkan anak menunjukkan sikap kurang memiliki minat untuk melakukan sesuatu atau fokus yang abnormal. Adapun gejala lain berupa reaksi yang berlebihan atau kurang terhadap rangsangan sensoris.

Sayangnya, Hardiono mengaku masih banyak menemukan orang tua yang telah merasakan beberapa gejala tersebut, namun memilih untuk menunda pemeriksaan ataupun konsultasi kepada ahlinya.

“Kalau anak kecil ada gejala autis tunggu saja tiga tahun baru bisa didiagnosis, itu sangat salah. Bahkan sekarang kita mulai lari ke arah diagnosis umur satu tahun, nanti kita akan kasih lihat,” ujarnya.

Oleh karenanya, Hardiono meminta agar setiap orang tua dapat lebih peka dan memahami gejala-gejala autisme pada anak. Diharapkan agar orang tua tidak menunda skrining pemeriksaan sampai anak mencapai usia tertentu.

Hardiono menyebutkan saat ini terdapat dua jenis skrining untuk menentukan diagnosa lebih lanjut pada anak autis. Kedua skrining itu adalah Early Screening Autistic Trait (ESAT) bagi anak usia 10-14 bulan dan M-Chat untuk anak usia 18-40 bulan.

“Terapinya jauh lebih mudah dan hasilnya jauh lebih bagus. Dulu saya bilang harus diagnosis dulu baru terapi. Tapi belakangan ini pendapat saya berubah, jadi diingat begitu ada gejala harus segera intervensi,” kata Hardiono.*

Baca juga: Sandiaga dukung penuh pameran lukisan anak autis di MRT Bundaran HI

Baca juga: Dukung pelaku ekraf autis, Sandiaga borong jaket hingga tas