Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat banjir dan cuaca ekstrem mendominasi kejadian bencana selama sepekan mulai 29 Agustus-4 September 2022.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing daring di Jakarta, Senin, mengatakan sebanyak 98 bencana terjadi selama sepekan didominasi hidrometeorologi basah.

"Dalam satu minggu untuk banjir saja kita punya 25 kali, cuaca ekstrem 13 kali. Artinya memang 98 persennya nya ini kan soal hidrometeorologi, khususnya hidrometeorologi basah," ujar Abdul.

Abdul melaporkan terjadi peningkatan frekuensi bencana pada minggu lalu sebanyak 37 kejadian, menjadi 46 kejadian pada minggu tersebut.

Jika dua minggu lalu sejak awal Agustus 2022 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mendominasi, pada pekan ini hanya sekitar dua kejadian yang dilaporkan.

Baca juga: BNPB catat 2.552 bencana terjadi di Indonesia

Baca juga: Riset sejarah dan mitigasi bencana dipaparkan ahli Indonesia


Sementara, kejadian cuaca ekstrem seperti angin puting beliung atau angin kencang disertai hujan dan banjir mendominasi.

Abdul mengatakan meskipun saat ini belum benar-benar memasuki musim hujan, BMKG telah menyampaikan bahwa sejumlah zona musim mengalami musim hujan lebih cepat.

Dia menjelaskan pada umumnya, peralihan musim terjadi pada bulan Desember-Januari- Februari. Namun saat ini peralihan musim terjadi pada September-Oktober-November.

Sedangkan secara spasial, Abdul menunjukkan seluruh wilayah Indonesia, kecuali Papua, hampir semua kawasan secara merata merasakan bencana banjir.

"Jadi ini kita lihat kalau dari distribusi seperti ini memang awal musim hujan itu tidak terjadi seragam. Ini kalau misalkan kita bilang, Indonesia awal musim musim hujan nya agak maju, itu enggak semua tempatnya sama, zona-zona musim yang sudah mulai dengan intensitas hujan cukup tetapi tentu saja di tempat lain masih dalam fase peralihan," ujar Abdul.

Sehingga Abdul meminta kewaspadaan dan kesiapsiagaan seluruh lapisan masyarakat, terutama pada pemerintah daerah, yang daerahnya mengalami musim hujan lebih cepat.

Baca juga: BNPB catat 1.686 bencana terjadi di Indonesia sejak Januari-Mei 2022

Baca juga: BNPB: Rumah Resiliensi Indonesia dukung pengurangan risiko bencana