Tujuh polisi Kolombia tewas terkena ledakan
3 September 2022 12:59 WIB
Arsip - Polisi bersiap untuk menyerang tambang emas ilegal di dekat Tumaco, menghadapi kelompok bersenjata dan penjahat lainnya, di Kolombia pasca-FARC. (ANTARA/Reuters/Jaime Saldarriaga/as)
Bogota (ANTARA) - Tujuh orang polisi tewas dan satu lagi terluka setelah kendaraan yang mereka tumpangi terkena ledakan di Kolombia barat pada Jumat, kata pemerintah.
Insiden itu menjadi serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan di Kolombia sejak Presiden Gustavo Petro menjabat pada 7 Agustus lalu dan berjanji akan mengakhiri konflik yang telah berlangsung 60 tahun.
"Saya menolak dengan tegas serangan dengan peledak di San Luis, Huila," kata Petro di Twitter, seraya mengatakan ada delapan orang tewas, tetapi kemudian dikoreksi.
"Tindakan ini jelas-jelas menyabotase perdamaian total," katanya.
Baca juga: Kelompok bersenjata Kolombia tangkap 8 tentara Venezuela
Petro, mantan pemberontak M-19, telah menjanjikan "perdamaian total" dengan melanjutkan perundingan bersama pemberontak sayap kiri ELN dan mengajukan kembali kesepakatan damai 2006 yang ditolak oleh bekas gerilyawan FARC yang membangkang.
FARC atau Angkatan Bersenjata Revolusi Kolombia adalah kelompok pemberontak yang membubarkan diri pada 2017.
Petro juga berunding dengan geng-geng kriminal agar mereka menyerahkan diri dengan imbalan pengurangan hukuman.
Kepolisian nasional dan kejaksaan agung mengatakan pada Jumat malam bahwa tujuh polisi, tiga di antaranya berusia 20 tahun ke bawah, tewas dan satu terluka.
Kendaraan yang mereka tumpangi terkena ledakan, menurut kepolisian.
Petro berangkat ke Kota Neiva dengan menteri pertahanan dan pejabat lainnya untuk menggelar pertemuan keamanan setelah serangan terjadi.
Dia tidak menyebut siapa pelaku serangan itu, tetapi para pembangkang FARC masih beroperasi di daerah tersebut, menurut sumber-sumber keamanan.
Mereka mengaku memiliki 2.400 orang petempur dan menolak kesepakatan damai yang dinegosiasikan oleh pemimpin mereka sebelumnya, menurut pemerintah.
Beberapa pemimpin pemberontak telah terbunuh baru-baru ini.
Konflik di Kolombia yang melibatkan pemerintah, pemberontak sayap kiri, paramiliter sayap kanan dan penyelundup narkoba telah menewaskan sedikitnya 450.000 orang pada 1985-2018 saja.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kolombia kerahkan 14.000 personel militer dekat perbatasan Venezuela
Baca juga: Operasi militer Kolombia tewaskan 10 anggota FARC
Insiden itu menjadi serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan di Kolombia sejak Presiden Gustavo Petro menjabat pada 7 Agustus lalu dan berjanji akan mengakhiri konflik yang telah berlangsung 60 tahun.
"Saya menolak dengan tegas serangan dengan peledak di San Luis, Huila," kata Petro di Twitter, seraya mengatakan ada delapan orang tewas, tetapi kemudian dikoreksi.
"Tindakan ini jelas-jelas menyabotase perdamaian total," katanya.
Baca juga: Kelompok bersenjata Kolombia tangkap 8 tentara Venezuela
Petro, mantan pemberontak M-19, telah menjanjikan "perdamaian total" dengan melanjutkan perundingan bersama pemberontak sayap kiri ELN dan mengajukan kembali kesepakatan damai 2006 yang ditolak oleh bekas gerilyawan FARC yang membangkang.
FARC atau Angkatan Bersenjata Revolusi Kolombia adalah kelompok pemberontak yang membubarkan diri pada 2017.
Petro juga berunding dengan geng-geng kriminal agar mereka menyerahkan diri dengan imbalan pengurangan hukuman.
Kepolisian nasional dan kejaksaan agung mengatakan pada Jumat malam bahwa tujuh polisi, tiga di antaranya berusia 20 tahun ke bawah, tewas dan satu terluka.
Kendaraan yang mereka tumpangi terkena ledakan, menurut kepolisian.
Petro berangkat ke Kota Neiva dengan menteri pertahanan dan pejabat lainnya untuk menggelar pertemuan keamanan setelah serangan terjadi.
Dia tidak menyebut siapa pelaku serangan itu, tetapi para pembangkang FARC masih beroperasi di daerah tersebut, menurut sumber-sumber keamanan.
Mereka mengaku memiliki 2.400 orang petempur dan menolak kesepakatan damai yang dinegosiasikan oleh pemimpin mereka sebelumnya, menurut pemerintah.
Beberapa pemimpin pemberontak telah terbunuh baru-baru ini.
Konflik di Kolombia yang melibatkan pemerintah, pemberontak sayap kiri, paramiliter sayap kanan dan penyelundup narkoba telah menewaskan sedikitnya 450.000 orang pada 1985-2018 saja.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kolombia kerahkan 14.000 personel militer dekat perbatasan Venezuela
Baca juga: Operasi militer Kolombia tewaskan 10 anggota FARC
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: