Medan (ANTARA) - Harga karet ekspor jenis TSR20 terus anjlok menjadi 1,333 dolar AS per kg karena terdampak krisis global.

"Pada 3 Januari, harga karet TSR20 di bursa Singapura masih 1,751 dolar AS dan turun menjadi 1,333 dolar AS per kg," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara Edy Irwansyah di Medan, Jumat.

Penurunan harga khususnya didorong kondisi perekonomian Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang terganggu dampak krisis global.

Baca juga: Eksportir karet Sumatera Utara tahan ekspor, karena harga sedang turun

Pengaruh RRT, ujar Edy, memang cukup besar pada karet karena negara itu merupakan konsumen/pembeli utama komoditas tersebut.

Pada 2021, ekspor karet dunia ke RRT mencapai 41,2 persen, India 8,7 persen, dan Amerika Serikat 6,7 persen.

"Harga ekspor karet yang 1,333 dolar AS per kg itu juga sudah tidak menguntungkan petani," katanya.

Harga pokok produksi karet di tingkat petani harusnya berkisar 2 - 2,5 dolar AS per kg.

Akibat harga jual turun, petani tidak menderes getah karetnya.

Harga di tingkat produsen dari perusahaan perkebunan berkisar 1,1 - 1,6 dolar AS atau tergantung besar kecilnya luas lahan kebun.

"Penurunan harga karet itu membuat pabrik pengolahan karet di Sumut mengalami tekanan berat," katanya.

Apalagi bahan baku juga semakin berkurang karena sebagian besar petani karet tidak menderes getah.

Baca juga: Harga ekspor karet melemah dampak RRT melakukan "lockdown"

Tercatat selama 2019-2022, sudah ada tiga pabrik karet tutup dan dua perusahaan lainnya berhenti sementara.

Gapkindo berharap International Tripartite Rubber Council (ITRC) sebagai stabilisator harga karet alam dapat mengambil langkah-langkah untuk menahan penurunan harga karet di pasar internasional.

"Gapkindo juga berharap pemerintah mencarikan solusi untuk mengatasi dampak penurunan harga karet ekspor itu," katanya.