Ternate (ANTARA) - Gunung Gamalama dari kejauhan tampak membentang kokoh. Gunung yang termasuk dalam stratovolcano, mengerucut, dengan ketinggian 1.715 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu pada sebagian permukaannya terlihat tertutupi berbagai tanaman hutan.

Gunung Gamalama konon sudah lebih dari 60 kali meletus. Berdasarkan catatan, pertama kali meletus pada tahun 1538, dan pada tahun 1673 Gunung Gamalama kembali meletus cukup dahsyat hingga menyebabkan perubahan kontur wilayah Ternate. Sisa-sisa letusan itu kini masih dapat dilihat jejaknya melalui Geopark Batu Angus.

Geopark atau Taman Geologi Batu Angus di Ternate ini, menurut literatur, terbentuk dari tumpukan bebatuan yang berasal dari lahar beku yang mengarah ke laut akibat letusan Gunung Gamalama pada 1673.

Oleh karena itu, jika berkunjung ke kawasan Geopark Batu Angus di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), pengunjung akan disuguhi pemandangan hamparan gumpalan batu hitam, yang membentang dari kaki Gunung Gamalama hingga ke tepi Pantai Ternate.

Hamparan gumpalan batu hitam dengan beragam ukuran dan bentuk yang unik itu merupakan aliran lahar panas yang membatu dari kawah Gunung Gamalama, ketika gunung setinggi 1.715 mdpl tersebut meletus.

Wali Kota Ternate Tauhid Soleman mengupayakan kawasan Geopark Batu Angus yang terletak sekitar sembilan kilometer sebelah utara dari pusat Kota Ternate itu, menjadi destinasi geopark nasional. Geopark, taman geologi atau kadang disebut taman bumi adalah sebuah wilayah yang difungsikan sebagai kawasan lindung dan digunakan untuk mengelola warisan geologi secara berkelanjutan.

Kawasan Geopark Batu Angus dinilai memenuhi syarat menjadi destinasi geopark nasional karena di dalamnya terdapat fenomena alam bekas letusan gunung api berusia lebih dari 200 tahun dan tetap terpelihara. Fenomena alam serupa, tidak ditemukan di gunung api lainnya di Indonesia.

Selain itu, Pemkot Ternate telah mengembangkan kawasan Geopark Batu Angus menjadi salah satu objek wisata unggulan Ternate yang selama ini banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing.

Jika pengembangan kawasan Geopark Batu Angus terealisasi, maka diharapkan akan memberi kontribusi besar terhadap sektor pariwisata di daerah kelahiran Pahlawan Nasional Sultan Baabullah ini.

Wisatawan akan semakin tertarik datang ke Ternate. Apalagi di daerah yang sejak zaman dahulu dikenal sebagai daerah penghasil rempah ini, juga terdapat objek wisata menarik lainnya, terutama wisata sejarah, wisata bahari dan wisata alam.

Khusus wisata sejarah yang menarik di Ternate di antaranya tujuh benteng peninggalan kolonial dan beragam benda pusaka di Keraton Kesultanan Ternate, seperti mahkota emas berambut yang diklaim sebagai mahkota terunik di dunia karena rambut di mahkota itu tumbuh memanjang seperti layaknya rambut di kepala manusia.

Pengembangan kawasan Geopark Batu Angus menjadi destinasi geopark nasional diharapkan akan memberi kontribusi pula terhadap sektor pariwisata di kabupaten/kota di Maluku Utara yang berdekatan dengan Ternate, seperti Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat.

Wisatawan yang datang ke Ternate setelah mengunjungi kawasan Geopark Batu Angus dan objek wisata lainnya di daerah ini, akan melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Halmahera Barat atau Kota Tidore Kepulauan, karena kedua daerah itu juga memiliki objek wisata menarik.

Di Kabupaten Halmahera Barat misalnya, terdapat wisata bawah laut di Teluk Jailolo yang keindahannya dikenal hingga ke mancanegara. Sedangkan Kota Tidore Kepulauan ada pulau wisata Maitara yang diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp1.000.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Uno sangat mendukung pengembangan kawasan geopark batu angus menjadi destinasi geopark nasional (Abdul Fatah)

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Uno sangat mendukung pengembangan kawasan geopark batu angus menjadi destinasi geopark nasional (Abdul Fatah)


Menparekraf mendukung

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno sangat mendukung pengembangan kawasan Geopark Batu Angus menjadi destinasi geopark nasional, karena sasarannya sama dengan yang diupayakan Kemenparekraf selama ini yakni peningkatan kunjungan wisatawan.

Peningkatan wisatawan ke suatu daerah, selain menghasilkan Pendapatan Asli Daerah, juga akan mendorong tumbuhnya berbagai aktivitas usaha di masyarakat, terutama yang bergerak di bidang usaha akomodasi, transportasi, kuliner dan cendera mata.

Tumbuhnya berbagai aktivitas usaha itu, otomatis akan membuka banyak lapangan kerja, sehingga bisa menjadi solusi atas semakin meningkatnya jumlah pencari kerja, khusus di Kota Ternate saat ini mencapai ribuan orang.

Namun demikian, pengembangan kawasan Geopark Batu Angus menjadi kawasan geopark nasional, menurut Menparekraf membutuhkan dana besar, sehingga harus ada kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dana itu.

Pengembangan kawasan Geopark Batu Angus ini harus didukung. Pengembangan kekuatan pariwisata nasional mengedepankan budaya setempat, seperti tarian lokal, harus dilestarikan, termasuk flora dan fauna setempat yang dikembangkan secara inovatif, kata Menparekraf Sandiaga Uno saat mengunjungi objek wisata geopark batu angus Ternate, Kamis (1/9).

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Geopark Sebagai Destinasi Pariwisata juga telah memberikan arahan yang jelas untuk pengembangan geopark.

Selain itu, pengembangan Geopark Batu Angus, tidak perlu mengeluarkan biaya besar karena Sang Pencipta telah menghadirkan fenomena alam yang sangat luar biasa, sehingga mendukung untuk menjadikan Batu Angus Ternate sebagai destinasi geopark nasional. Geopark ini bisa memberi dampak bagi pelestarian lingkungan, konservasi, edukasi dan melahirkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan wisata harus melibatkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan prinsip pemberdayaan masyarakat setempat, agar tidak terpinggirkan.

Sedangkan, dana untuk pengembangan kawasan Geopark Batu Angus menjadi destinasi geopark nasional, untuk saat ini, tidak dapat dibebankan seluruhnya ke APBN, karena APBN masih dikonsentrasikan untuk pemulihan ekonomi usai pandemi COVID-19, serta penanganan dampak krisis ekonomi global akibat adanya perang Rusia dan Ukraina.

Keberadaan perusahaan tambang di Maluku Utara, dapat dilibatkan dalam pengembangan kawasan destinasi geopark nasional sebagai bentuk partisipasi mereka terhadap pembangunan sektor pariwisata di daerah ini. Perusahaan tambang dinilai telah menikmati keuntungan besar dari pengolahan potensi tambang di Maluku Utara, sehingga mereka harus memiliki komitmen moral untuk membantu memajukan pembangunan ekonomi di daerah ini.

Jika ekonomi Maluku Utara maju, maka yang akan merasakan bukan hanya pemerintah daerah dan masyarakat setempat, tetapi juga perusahaan tambang. Mereka akan semakin mudah memperoleh berbagai kebutuhan untuk operasional tambang.

Kesultanan Ternate, yang sejak tahun 2021 dipimpin Sultan Hidayatullah Sjah, sebagai pemilik hak ulayat kawasan Geopark Batu Angus, juga sangat mendukung pengembangan kawasan tersebut menjadi kawasan destinasi nasional. Dengan catatan, tidak menghilangkan kearifan lokal masyarakat di sekitar kawasan itu.

Selain itu, dalam pengembangan kawasan Geopark Batu Angus harus melibatkan peran masyarakat setempat seluas-luasnya sehingga keberadaannya dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan kawasan Geopark Batu Angus kini terus didorong untuk menjadi destinasi wisata geologi yang menarik. Dengan terwujudkan upaya tersebut diharapkan bisa mengungkit perekonomian masyarakat setempat agar ke depan semakin sejahtera.