Saham Asia merosot jelang laporan data pekerjaan AS
2 September 2022 15:35 WIB
Dokumentasi - Seorang pria berdiri di jembatan penyeberangan dengan papan elektronik yang menunjukkan indeks saham Shanghai dan Shenzhen, di distrik keuangan Lujiazui di Shanghai, Cina (6/1/2021). ANTARA/REUTERS/Aly Song/am.
Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia berjuang untuk mendapatkan arah pada perdagangan Jumat sore, menjelang laporan data pekerjaan utama AS karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve, sementara penguncian baru di China memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan global.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,5 persen, menuju kinerja mingguan terburuk sejak pertengahan Juni dengan penurunan 3,6 persen, karena meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga global yang hawkish menghantam aset-asert berisiko.
Indeks Nikkei Jepang berakhir melemah 0,1 persen, indeks saham unggulan China CSI300 ditutup tergelincir 0,5 persen, indeks Hang Seng Hong Kong menetap 0,7 persen lebih rendah dan KOSPI Korea Selatan berakhir melemah 0,3 persen.
"Pasar secara luas terus menyerap bahwa 'apa pun yang diperlukan' dari bank sentral untuk menurunkan pesan inflasi berarti pertumbuhan ekonomi global jauh lebih lambat," kata Tobin Gorey, direktur strategi pertanian di Commonwealth Bank dalam sebuah catatan.
"Dan ekonomi China yang melemah merupakan faktor khusus yang memperkuat dalam skenario itu."
Pada Kamis (1/9/2022), kota metropolitan China barat daya Chengdu mengumumkan penguncian 21,2 juta penduduknya, sementara pusat teknologi Shenzhen juga meluncurkan aturan jarak sosial baru ketika lebih banyak kota di China mencoba memerangi wabah COVID-19 yang berulang.
Analis di Nomura mengatakan yang menjadi lebih memprihatinkan adalah bahwa titik panas COVID-19 di China bergeser dari daerah dan kota terpencil ke provinsi yang jauh lebih penting bagi ekonomi nasional China.
"Kami mempertahankan pandangan bahwa China akan mempertahankan kebijakan nol-COVID-nya hingga Maret 2023, ketika perombakan (kepemimpinan) selesai sepenuhnya, tetapi kami sekarang memperkirakan langkah pelonggaran kebijakan nol-COVID yang lebih lambat setelah Maret 2023," kata Nomura.
Namun, di pasar Eropa terlihat lebih cerah, dengan pan-region Euro Stoxx 50 berjangka menguat 1,2 persen, DAX berjangka Jerman terangkat 1,3 persen dan FTSE berjangka diperdagangkan 0,75 persen lebih tinggi.
Semua mata sekarang tertuju pada data penggajian non-pertanian (nonfarm payroll/NFP) AS Agustus yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat.
Analis memperkirakan 300.000 pekerjaan ditambahkan bulan lalu, sementara pengangguran melayang di 3,5 persen. Investor mungkin tidak menyukai angka yang kuat karena mendukung kelanjutan kenaikan suku bunga agresif dari Fed, yang selanjutnya dapat mendorong dolar AS dan memacu aksi jual obligasi.
Pasar berjangka telah memperkirakan sebanyak 75 persen kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan kebijakan September, dibandingkan dengan probabilitas 69 persen sehari sebelumnya.
Harga minyak jatuh 3,0 persen semalam sebelum pulih pada Jumat, tetapi berada di jalur untuk membukukan kerugian mingguan yang tajam di tengah kekhawatiran pembatasan COVID-19 di China dan pertumbuhan global yang lemah akan memukul permintaan.
Minyak mentah berjangka Brent naik 2,0 persen menjadi diperdagangkan di 94,15 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik dengan margin yang sama menjadi diperdagangkan di 88,34 dolar AS per barel.
Di pasar mata uang, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang, melayang di dekat level tertinggi 20-tahun di 109,49 pada Jumat. Dolar juga mencapai tertinggi baru 24 tahun terhadap yen Jepang yang sensitif terhadap suku bunga dan berdiri kembali di atas 140 yen per dolar.
Emas sedikit lebih tinggi, dengan emas spot diperdagangkan pada 1.699,19 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga minyak naik di perdagangan Asia jelang pertemuan OPEC+
Baca juga: Pasar saham di Eropa menguat setelah minggu berfluktuasi
Baca juga: Saham London menguat ditopang keuntungan sektor perbankan dan energi
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,5 persen, menuju kinerja mingguan terburuk sejak pertengahan Juni dengan penurunan 3,6 persen, karena meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga global yang hawkish menghantam aset-asert berisiko.
Indeks Nikkei Jepang berakhir melemah 0,1 persen, indeks saham unggulan China CSI300 ditutup tergelincir 0,5 persen, indeks Hang Seng Hong Kong menetap 0,7 persen lebih rendah dan KOSPI Korea Selatan berakhir melemah 0,3 persen.
"Pasar secara luas terus menyerap bahwa 'apa pun yang diperlukan' dari bank sentral untuk menurunkan pesan inflasi berarti pertumbuhan ekonomi global jauh lebih lambat," kata Tobin Gorey, direktur strategi pertanian di Commonwealth Bank dalam sebuah catatan.
"Dan ekonomi China yang melemah merupakan faktor khusus yang memperkuat dalam skenario itu."
Pada Kamis (1/9/2022), kota metropolitan China barat daya Chengdu mengumumkan penguncian 21,2 juta penduduknya, sementara pusat teknologi Shenzhen juga meluncurkan aturan jarak sosial baru ketika lebih banyak kota di China mencoba memerangi wabah COVID-19 yang berulang.
Analis di Nomura mengatakan yang menjadi lebih memprihatinkan adalah bahwa titik panas COVID-19 di China bergeser dari daerah dan kota terpencil ke provinsi yang jauh lebih penting bagi ekonomi nasional China.
"Kami mempertahankan pandangan bahwa China akan mempertahankan kebijakan nol-COVID-nya hingga Maret 2023, ketika perombakan (kepemimpinan) selesai sepenuhnya, tetapi kami sekarang memperkirakan langkah pelonggaran kebijakan nol-COVID yang lebih lambat setelah Maret 2023," kata Nomura.
Namun, di pasar Eropa terlihat lebih cerah, dengan pan-region Euro Stoxx 50 berjangka menguat 1,2 persen, DAX berjangka Jerman terangkat 1,3 persen dan FTSE berjangka diperdagangkan 0,75 persen lebih tinggi.
Semua mata sekarang tertuju pada data penggajian non-pertanian (nonfarm payroll/NFP) AS Agustus yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat.
Analis memperkirakan 300.000 pekerjaan ditambahkan bulan lalu, sementara pengangguran melayang di 3,5 persen. Investor mungkin tidak menyukai angka yang kuat karena mendukung kelanjutan kenaikan suku bunga agresif dari Fed, yang selanjutnya dapat mendorong dolar AS dan memacu aksi jual obligasi.
Pasar berjangka telah memperkirakan sebanyak 75 persen kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan kebijakan September, dibandingkan dengan probabilitas 69 persen sehari sebelumnya.
Harga minyak jatuh 3,0 persen semalam sebelum pulih pada Jumat, tetapi berada di jalur untuk membukukan kerugian mingguan yang tajam di tengah kekhawatiran pembatasan COVID-19 di China dan pertumbuhan global yang lemah akan memukul permintaan.
Minyak mentah berjangka Brent naik 2,0 persen menjadi diperdagangkan di 94,15 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik dengan margin yang sama menjadi diperdagangkan di 88,34 dolar AS per barel.
Di pasar mata uang, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang, melayang di dekat level tertinggi 20-tahun di 109,49 pada Jumat. Dolar juga mencapai tertinggi baru 24 tahun terhadap yen Jepang yang sensitif terhadap suku bunga dan berdiri kembali di atas 140 yen per dolar.
Emas sedikit lebih tinggi, dengan emas spot diperdagangkan pada 1.699,19 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga minyak naik di perdagangan Asia jelang pertemuan OPEC+
Baca juga: Pasar saham di Eropa menguat setelah minggu berfluktuasi
Baca juga: Saham London menguat ditopang keuntungan sektor perbankan dan energi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: