Kenaikan harga energi dinilai bisa picu kerusuhan di Eropa
2 September 2022 06:49 WIB
Demonstran memblokir jalan di Canary Wharf selama protes di luar markas Ofgem, menyusul pengumuman batas harga energi, di London, Inggris, 26 Agustus 2022. ANTARA/REUTERS/Maja Smiejkowska
London (ANTARA) - Negara-negara terkaya di Eropa menghadapi peningkatan risiko kerusuhan sipil selama musim dingin, termasuk protes jalanan dan demonstrasi, karena harga-harga energi yang tinggi dan meningkatnya biaya hidup, menurut sebuah perusahaan konsultan risiko.
Jerman dan Norwegia adalah beberapa negara maju yang mengalami gangguan pada kehidupan sehari-hari karena tindakan buruh, sebuah tren yang sudah terlihat di Inggris, kata analis utama Verisk Maplecroft, Torbjorn Soltvedt kepada Reuters.
Laporan terbaru Verisk tentang indeks kerusuhan sipil menemukan lebih dari 50 persen dari hampir 200 negara yang dicakup mengalami peningkatan risiko mobilisasi massa antara kuartal kedua dan ketiga 2022, jumlah terbesar negara sejak perusahaan merilis indeks pada 2016.
Daftar negara dengan proyeksi peningkatan risiko terbesar termasuk Bosnia dan Herzegovina, Swiss dan Belanda, menurut laporan yang dirilis pada Jumat.
"Selama musim dingin, tidak akan mengejutkan jika beberapa negara maju di Eropa mulai melihat bentuk kerusuhan sipil yang lebih serius," kata Soltvedt.
Perang Rusia di Ukraina sejak 24 Februari telah mempercepat kenaikan harga-harga pangan, yang mencapai rekor sepanjang masa pada Februari dan lagi pada Maret. Harga-harga energi juga naik tajam dengan Eropa menemukan dirinya di pusat kejatuhan. Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".
"Dan kami masih memiliki beberapa dampak dari pandemi COVID yang berperan dalam hal ini, dengan gangguan rantai pasokan yang ada," tambah kepala analis Jimena Blanco.
Kekeringan yang menghancurkan dan tingkat air yang rendah terkait dengan perubahan iklim di banyak bagian dunia telah memperburuk harga pangan dan energi yang tinggi.
Dari gerakan damai hingga protes kekerasan, kenaikan harga makanan pokok juga menjelaskan peningkatan ketidakpuasan sosial yang mencakup pasar negara maju dan berkembang, menurut laporan tersebut.
Mauritius, Siprus dan Ukraina telah mengalami peningkatan terbesar dalam kerusuhan sosial di kuartal ketiga dibandingkan kuartal kedua, dengan Rusia di tempat ketujuh dan Norwegia di tempat ketiga belas dari daftar.
Baca juga: Negara-negara EU berjuang temukan cara hadapi lonjakan harga energi
Baca juga: Saham Eropa perpanjang aksi jual, dipicu lonjakan harga energi-resesi
Baca juga: Peritel Jerman berencana kembali naikkan harga pangan
Jerman dan Norwegia adalah beberapa negara maju yang mengalami gangguan pada kehidupan sehari-hari karena tindakan buruh, sebuah tren yang sudah terlihat di Inggris, kata analis utama Verisk Maplecroft, Torbjorn Soltvedt kepada Reuters.
Laporan terbaru Verisk tentang indeks kerusuhan sipil menemukan lebih dari 50 persen dari hampir 200 negara yang dicakup mengalami peningkatan risiko mobilisasi massa antara kuartal kedua dan ketiga 2022, jumlah terbesar negara sejak perusahaan merilis indeks pada 2016.
Daftar negara dengan proyeksi peningkatan risiko terbesar termasuk Bosnia dan Herzegovina, Swiss dan Belanda, menurut laporan yang dirilis pada Jumat.
"Selama musim dingin, tidak akan mengejutkan jika beberapa negara maju di Eropa mulai melihat bentuk kerusuhan sipil yang lebih serius," kata Soltvedt.
Perang Rusia di Ukraina sejak 24 Februari telah mempercepat kenaikan harga-harga pangan, yang mencapai rekor sepanjang masa pada Februari dan lagi pada Maret. Harga-harga energi juga naik tajam dengan Eropa menemukan dirinya di pusat kejatuhan. Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".
"Dan kami masih memiliki beberapa dampak dari pandemi COVID yang berperan dalam hal ini, dengan gangguan rantai pasokan yang ada," tambah kepala analis Jimena Blanco.
Kekeringan yang menghancurkan dan tingkat air yang rendah terkait dengan perubahan iklim di banyak bagian dunia telah memperburuk harga pangan dan energi yang tinggi.
Dari gerakan damai hingga protes kekerasan, kenaikan harga makanan pokok juga menjelaskan peningkatan ketidakpuasan sosial yang mencakup pasar negara maju dan berkembang, menurut laporan tersebut.
Mauritius, Siprus dan Ukraina telah mengalami peningkatan terbesar dalam kerusuhan sosial di kuartal ketiga dibandingkan kuartal kedua, dengan Rusia di tempat ketujuh dan Norwegia di tempat ketiga belas dari daftar.
Baca juga: Negara-negara EU berjuang temukan cara hadapi lonjakan harga energi
Baca juga: Saham Eropa perpanjang aksi jual, dipicu lonjakan harga energi-resesi
Baca juga: Peritel Jerman berencana kembali naikkan harga pangan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: