Pendiri SMRC sebut PAN dan PPP terancam tidak lolos ke parlemen
1 September 2022 16:07 WIB
Tangkapan layar - Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saiful Mujani dalam program Bedah Politik bertajuk “Pergeseran Pemilih Partai Menjelang Pemilu 2024” yang disiarkan di kanal YouTube SMRC TV, dipantau dari Jakarta, Kamis (1/9/2022). ANTARA/Putu Indah Savitri.
Jakarta (ANTARA) - Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saiful Mujani menyebut bahwa PAN dan PPP terancam tidak lolos ke parlemen akibat pemilih partai yang kemungkinan ditarik oleh partai lain.
“Yang paling mengkhawatirkan tidak masuk ke Senayan pada 2024, jika tidak ada kerja ekstrakeras adalah PAN dan PPP,” kata Saiful dalam Program Bedah Politik bertajuk “Pergeseran Pemilih Partai Menjelang Pemilu 2024” yang disiarkan di kanal YouTube SMRC TV, dipantau dari Jakarta, Kamis.
Untuk melihat partai mana yang memiliki pemilih yang loyal dan tidak, SMRC melakukan survei opini publik secara nasional dengan mengajukan pertanyaan pada para pemilih yang ikut Pemilu 2019, “Kalau bapak atau ibu memilih sekarang, partai mana yang akan dipilih?”
Baca juga: SMRC sebut pemilih Gerindra, Golkar, PKB, NasDem, dan PKS dinamis
Yang menarik dari hasil PAN, tutur Saiful, adalah tingginya pemilih partai pada 2019 yang sekarang belum menentukan pilihan, yakni 31,2 persen. Suara yang stabil memilih PAN sekitar 54,2 persen.
Saiful mengatakan bahwa karena suara PAN pada Pemilu 2019 sebesar 6,8 persen, maka jika yang kembali memilih partai ini hanya separuhnya, ada kemungkinan PAN tidak akan lolos ke parlemen pada pemilu mendatang.
Besarnya pemilih PAN yang masih menunggu ini , paparnya, kemungkinan ditarik oleh partai baru yang didirikan oleh Amin Rais, yakni Partai Ummat.
Baca juga: Hasil survei SMRC ungkap pemilih PDIP dan Demokrat stabil
“Begitu Pak Amin Rais tidak ada di situ, dan karena mereka loyal pada Pak Amin Rais, maka mereka akan hijrah juga,” kata Saiful.
Saiful melanjutkan bahwa jika kelompok ini tidak menambah atau menarik suara partai lain, maka baik PAN pimpinan Zulkifli Hasan maupun Partai Ummat bentukan Amin Rais akan mengalami kerugian karena terancam tidak lolos parliamentary threshold 4 persen.
“Keduanya bisa sama-sama tidak lolos kalau mereka tidak menambah kekuatan dari partai lain,” kata Saiful.
Baca juga: Siti Zuhro: Orang Indonesia tidak menghendaki banyak partai
Sementara itu, sebesar 56,7 persen pemilih PPP pada 2019 mengatakan akan kembali memilih PPP. Ada 22,5 persen yang sekarang menyatakan memilih Partai Demokrat, dan yang mengatakan akan memilih PDIP sebesar 8,3 persen.
“Yang mengkhawatirkan bagi PPP adalah pemilih PPP yang belum menentukan pilihan cenderung sedikit, 11 persen. Ini berbahaya. Kalau tidak ada upaya yang ekstra, mungkin partai yang akan mengikuti adalah Hanura yang tidak lolos ke Senayan, padahal PPP pernah ada di Senayan,” kata Saiful.
Saiful mengingatkan bahwa perolehan suara PPP pada Pemilu 2019 adalah 4,5 persen. Jika setengahnya berkurang, maka partai ini akan tidak lolos ke Senayan.
“Yang paling mengkhawatirkan tidak masuk ke Senayan pada 2024, jika tidak ada kerja ekstrakeras adalah PAN dan PPP,” kata Saiful dalam Program Bedah Politik bertajuk “Pergeseran Pemilih Partai Menjelang Pemilu 2024” yang disiarkan di kanal YouTube SMRC TV, dipantau dari Jakarta, Kamis.
Untuk melihat partai mana yang memiliki pemilih yang loyal dan tidak, SMRC melakukan survei opini publik secara nasional dengan mengajukan pertanyaan pada para pemilih yang ikut Pemilu 2019, “Kalau bapak atau ibu memilih sekarang, partai mana yang akan dipilih?”
Baca juga: SMRC sebut pemilih Gerindra, Golkar, PKB, NasDem, dan PKS dinamis
Yang menarik dari hasil PAN, tutur Saiful, adalah tingginya pemilih partai pada 2019 yang sekarang belum menentukan pilihan, yakni 31,2 persen. Suara yang stabil memilih PAN sekitar 54,2 persen.
Saiful mengatakan bahwa karena suara PAN pada Pemilu 2019 sebesar 6,8 persen, maka jika yang kembali memilih partai ini hanya separuhnya, ada kemungkinan PAN tidak akan lolos ke parlemen pada pemilu mendatang.
Besarnya pemilih PAN yang masih menunggu ini , paparnya, kemungkinan ditarik oleh partai baru yang didirikan oleh Amin Rais, yakni Partai Ummat.
Baca juga: Hasil survei SMRC ungkap pemilih PDIP dan Demokrat stabil
“Begitu Pak Amin Rais tidak ada di situ, dan karena mereka loyal pada Pak Amin Rais, maka mereka akan hijrah juga,” kata Saiful.
Saiful melanjutkan bahwa jika kelompok ini tidak menambah atau menarik suara partai lain, maka baik PAN pimpinan Zulkifli Hasan maupun Partai Ummat bentukan Amin Rais akan mengalami kerugian karena terancam tidak lolos parliamentary threshold 4 persen.
“Keduanya bisa sama-sama tidak lolos kalau mereka tidak menambah kekuatan dari partai lain,” kata Saiful.
Baca juga: Siti Zuhro: Orang Indonesia tidak menghendaki banyak partai
Sementara itu, sebesar 56,7 persen pemilih PPP pada 2019 mengatakan akan kembali memilih PPP. Ada 22,5 persen yang sekarang menyatakan memilih Partai Demokrat, dan yang mengatakan akan memilih PDIP sebesar 8,3 persen.
“Yang mengkhawatirkan bagi PPP adalah pemilih PPP yang belum menentukan pilihan cenderung sedikit, 11 persen. Ini berbahaya. Kalau tidak ada upaya yang ekstra, mungkin partai yang akan mengikuti adalah Hanura yang tidak lolos ke Senayan, padahal PPP pernah ada di Senayan,” kata Saiful.
Saiful mengingatkan bahwa perolehan suara PPP pada Pemilu 2019 adalah 4,5 persen. Jika setengahnya berkurang, maka partai ini akan tidak lolos ke Senayan.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: