Riset sebut bermain gim kembangkan kepribadian siswa
1 September 2022 15:07 WIB
Pemaparan hasil riset tim Laboratorium Cognition, Affect, and Well-Being (CAW Lab) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) bersama MABAR.com di Jakarta, Kamis (1/9/2022). ANTARA/Indriani/aa.
Jakarta (ANTARA) - Riset yang dilakukan Tim Laboratorium Cognition, Affect, and Well-Being (CAW Lab) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) bersama MABAR.com menyebutkan bermain gim dapat mengembangkan kepribadian siswa.
“Setidaknya ada empat aspek kognitif dan psikologis utama, yang mana siswa pemain gim tingkat kompetitif lebih unggul dibandingkan siswa lainnya,” ujar Psikolog CAW Lab UI, Dr Dyah T Indirasari, di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan beberapa keunggulan siswa yang termasuk pemain gim kompetitif yakni pada aspek kontrol respons yang membuat orang lebih fokus. Kedua, akurasi yang jauh lebih tinggi. Ketiga, kemampuan regulasi emosi yang lebih baik. Terakhir adalah kepribadian yang tidak impulsif dan tidak rentan stres.
Oleh karena itu, para orang tua tak perlu khawatir lagi jika anaknya bermain gim, karena bermain gim kompetitif dapat membantu pelajar mengembangkan kepribadian. Dengan dukungan dan wadah yang baik, bermain gim kompetitif bisa menjadi sarana aktualisasi diri sekaligus membentuk identitas pelajar cerdas berkarakter, serta mendorongnya menjadi Pelajar Pancasila.
Baca juga: "Game streamer", tren baru meraup pundi rupiah bagi pencinta gim
Baca juga: Kompetisi menulis e-novel gim Mobile Legends bidik 5.000 karya
Adapun riset dilakukan dengan membandingkan tiga grup siswa yakni siswa pemain kompetitif, siswa pemain gim kasual, dan siswa yang bukan pemain gim.
Dalam riset, ketiga grup mendapatkan tugas-tugas yang sama untuk mengukur kemampuan kognitif dan psikologisnya, hasilnya didapati kecenderungan bahwa bermain gim kompetitif lebih baik daripada bermain gim kasual.
Ketua CAW Lab Fakultas Psikologi UI, Agnes Nauli SW Sianipar MSc PhD mengatakan aspek-aspek tersebut merupakan bekal yang kuat dalam mengembangkan kepribadian yang baik bagi individu. Apalagi aspek kognitif seperti fungsi kontrol respons juga merupakan hal yang sangat mendasar dalam berbagai proses belajar akademik, olahraga, dan musik.
Hasil riset turut menunjukkan e-sports dapat melatih daya juang para siswa. Kemampuan itu paling menonjol ditunjukkan oleh grup siswa pemain kompetitif dibandingkan kedua grup lainnya.
“Terdapat sejumlah anggapan bahwa generasi muda saat ini merupakan generasi stroberi atau lembek. Kami menemukan bahwa e-sports justru dapat meningkatkan grit pelajar,” kata Agnes.
Dalam psikologi, kata dia, daya juang dapat ditingkatkan bila seseorang memiliki tujuan, minat terkait tujuan tersebut, dan usaha yang kuat. Ketiga aspek tersebut terdapat di e-sports. Hasil riset juga menunjukkan bahwa grit dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi melalui e-sports
Dari hasil penelitian juga didapati bahwa pemain gim kompetitif menggunakan e-sports sebagai wadah aktualisasi diri dan pembentukan identitas.
CEO dan Co-Founder MABAR.com, Aziz Hasibuan, menilai wadah e-sports dapat menjawab kekhawatiran orang tua maupun guru terkait dampak bermain gim. Sebab, ada sejumlah perbedaan mendasar dari bermain gim secara kompetitif dan kasual.
Pada gim kompetitif atau e-sports, sebuah tim siswa perlu bekerja sama, menjalankan strategi, mengasah akurasi, sementara untuk pemain kasual aspek tersebut kurang terasa.
“Dari hasil riset ini, kami merekomendasikan agar sekolah melakukan intervensi pada minat bermain gim siswa dengan memfasilitasi dan menjadikan sekolah sebagai E-sports Development Center untuk Student Athlete. Dengan demikian, siswa bisa memahami bagaimana mengarahkan hobinya bermain gim untuk mengembangkan karakternya, bukan sekadar kebutuhan hiburan,” kata Aziz.
Hal tersebut juga didorong oleh tingginya minat pelajar terhadap gim e-sport.. Aziz menjelaskan platform MABAR.com dalam waktu kurang dari tiga bulan saja telah memiliki lebih dari 10.000 pengguna dari 1.000 tim e-sports yang berasal dari 800 sekolah di 16 provinsi.*
Baca juga: Setelah gim, Telkomsel incar pertumbuhan pelanggan sektor e-commerce
“Setidaknya ada empat aspek kognitif dan psikologis utama, yang mana siswa pemain gim tingkat kompetitif lebih unggul dibandingkan siswa lainnya,” ujar Psikolog CAW Lab UI, Dr Dyah T Indirasari, di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan beberapa keunggulan siswa yang termasuk pemain gim kompetitif yakni pada aspek kontrol respons yang membuat orang lebih fokus. Kedua, akurasi yang jauh lebih tinggi. Ketiga, kemampuan regulasi emosi yang lebih baik. Terakhir adalah kepribadian yang tidak impulsif dan tidak rentan stres.
Oleh karena itu, para orang tua tak perlu khawatir lagi jika anaknya bermain gim, karena bermain gim kompetitif dapat membantu pelajar mengembangkan kepribadian. Dengan dukungan dan wadah yang baik, bermain gim kompetitif bisa menjadi sarana aktualisasi diri sekaligus membentuk identitas pelajar cerdas berkarakter, serta mendorongnya menjadi Pelajar Pancasila.
Baca juga: "Game streamer", tren baru meraup pundi rupiah bagi pencinta gim
Baca juga: Kompetisi menulis e-novel gim Mobile Legends bidik 5.000 karya
Adapun riset dilakukan dengan membandingkan tiga grup siswa yakni siswa pemain kompetitif, siswa pemain gim kasual, dan siswa yang bukan pemain gim.
Dalam riset, ketiga grup mendapatkan tugas-tugas yang sama untuk mengukur kemampuan kognitif dan psikologisnya, hasilnya didapati kecenderungan bahwa bermain gim kompetitif lebih baik daripada bermain gim kasual.
Ketua CAW Lab Fakultas Psikologi UI, Agnes Nauli SW Sianipar MSc PhD mengatakan aspek-aspek tersebut merupakan bekal yang kuat dalam mengembangkan kepribadian yang baik bagi individu. Apalagi aspek kognitif seperti fungsi kontrol respons juga merupakan hal yang sangat mendasar dalam berbagai proses belajar akademik, olahraga, dan musik.
Hasil riset turut menunjukkan e-sports dapat melatih daya juang para siswa. Kemampuan itu paling menonjol ditunjukkan oleh grup siswa pemain kompetitif dibandingkan kedua grup lainnya.
“Terdapat sejumlah anggapan bahwa generasi muda saat ini merupakan generasi stroberi atau lembek. Kami menemukan bahwa e-sports justru dapat meningkatkan grit pelajar,” kata Agnes.
Dalam psikologi, kata dia, daya juang dapat ditingkatkan bila seseorang memiliki tujuan, minat terkait tujuan tersebut, dan usaha yang kuat. Ketiga aspek tersebut terdapat di e-sports. Hasil riset juga menunjukkan bahwa grit dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi melalui e-sports
Dari hasil penelitian juga didapati bahwa pemain gim kompetitif menggunakan e-sports sebagai wadah aktualisasi diri dan pembentukan identitas.
CEO dan Co-Founder MABAR.com, Aziz Hasibuan, menilai wadah e-sports dapat menjawab kekhawatiran orang tua maupun guru terkait dampak bermain gim. Sebab, ada sejumlah perbedaan mendasar dari bermain gim secara kompetitif dan kasual.
Pada gim kompetitif atau e-sports, sebuah tim siswa perlu bekerja sama, menjalankan strategi, mengasah akurasi, sementara untuk pemain kasual aspek tersebut kurang terasa.
“Dari hasil riset ini, kami merekomendasikan agar sekolah melakukan intervensi pada minat bermain gim siswa dengan memfasilitasi dan menjadikan sekolah sebagai E-sports Development Center untuk Student Athlete. Dengan demikian, siswa bisa memahami bagaimana mengarahkan hobinya bermain gim untuk mengembangkan karakternya, bukan sekadar kebutuhan hiburan,” kata Aziz.
Hal tersebut juga didorong oleh tingginya minat pelajar terhadap gim e-sport.. Aziz menjelaskan platform MABAR.com dalam waktu kurang dari tiga bulan saja telah memiliki lebih dari 10.000 pengguna dari 1.000 tim e-sports yang berasal dari 800 sekolah di 16 provinsi.*
Baca juga: Setelah gim, Telkomsel incar pertumbuhan pelanggan sektor e-commerce
Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: