Jakarta (ANTARA) - Stunting tak hanya disebabkan oleh malnutrisi, tapi juga penyakit kronik, sehingga memberikan imunisasi lengkap pada anak menjadi hal sangat penting, demikian kata Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K).

"Karena salah satu penyebab stunting itu penyakit, maka melengkapi imunisasi pada anak juga bisa berperan penting," kata Piprim saat bertemu ANTARA di Jakarta, Kamis.

Menurut Piprim, anak yang gampang sakit karena tidak menerima imunisasi lengkap akan mengalami gangguan nutrisi karena nafsu makannya terganggu. Pada akhirnya, kata dia, hal tersebut akan menyebabkan anak menjadi stunting.

Baca juga: 86 persen anak di Jakarta Barat sudah terima imunisasi

"Anak yang sehat, nafsu makannya akan baik, makannya juga bisa banyak kan, Insya Allah enggak stunting, kalau dikasih asupan yang benar. Tapi kalau anak itu bolak-balik sakit, bolak-balik dirawat di rumah sakit, tentu akan berpengaruh ke nutrisi yang masuk ke dia. Di sinilah pentingnya melengkapi imunisasi rutin yang sudah digariskan oleh pemerintah," tutur Piprim.

Piprim juga mengatakan bahwa saat anak akan diimunisasi di posyandu, ada pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Sehingga, orang tua bisa mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Saat anaknya kontrol imunisasi, itu harus selalu diperiksa berat badan, panjang badan, dan lingkar kepalanya. Indonesia juga menggunakan buku KIA baik untuk ibu dan anaknya, nanti dicocokkan saja, ada di jalur yang benar atau enggak. Kalau ada penyimpangan, baik dia (grafiknya) datar aja itu sudah enggak bener ya, karena seharusnya naik," kata Piprim.

Sayangnya, menurut Piprim, cakupan imunisasi pada anak di Indonesia menurun drastis sejak pandemi COVID-19. Terbukti, saat ini sudah banyak bermunculan penyakit-penyakit sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti difteri, campak, dan rubella.

"Ada beberapa laporan difteri muncul kembali, rubella, campak, tetanus bahkan, dan ini membuat kita prihatin ya karena selama ini penyakit itu sudah terkendali dengan cakupan imunisasi yang tinggi. Tapi pandemi ini cukup berdampak," ujar Piprim.

Baca juga: Reisa: Imunisasi cegah penyakit berulang penyebab kekerdilan anak

Diketahui, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menggaungkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) sebagai upaya meningkatkan cakupan imunisasi.

Piprim menegaskan kembali bahwa imunisasi sangat penting untuk menghindari Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). "Misalnya saya ambil contoh difteri. Difteri itu adalah sebuah penyakit saluran pernafasan yang kalau anak tertular difteri, saluran nafasnya tersumbat oleh selaput putih," jelas Piprim.

Piprim menambahkan, kematian akibat difteri juga cukup tinggi yakni bisa mencapai 20 persen. Fakta ini lah yang kadang tidak disadari oleh masyarakat.

"BIAN ini kan gratis nih, silakan orang tua berbondong-bondong baik ke puskesmas atau posyandu supaya anak-anak kita kembali catch up lagi imunisasinya," ajak Piprim.

Baca juga: Dokter: Imunisasi beri perlindungan optimal pada anak

Baca juga: Ahli: Sosialisasi BIAN 2022 perlu terus digencarkan

Baca juga: Anak baru sembuh dari COVID-19 boleh divaksin campak rubela