Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung untuk mewujudkan akuakultur Indonesia yang berbasis ekonomi biru karena memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, menyampaikan potensi laut Indonesia sangat besar yang bisa dikembangkan dengan tidak merusak ekosistem laut, tetap sehat dan bisa dinikmati oleh anak cucu secara berkelanjutan.

Tb Haeru mengatakan dalam talk show yang diselenggarakan Universitas Padjadjaran dengan tema “Laut Kita Hidup Kita” bahwa potensi laut di Indonesia mencapai 6,8 juta kilometer persegi. Sementara, potensi lahan total untuk perikanan budidaya saja Indonesia memiliki 17,8 juta hektar, meliputi potensi lahan budidaya laut, payau dan air tawar.

Dia menyebut bahwa Indonesia bisa melakukan berbagai pengembangan perikanan budidaya untuk komoditas unggulan, di antaranya komoditas yang berorientasi ekspor seperti udang, lobster, rumput laut, dan kepiting.

“Dan empat komoditas tersebut memiliki nilai pangsa pasar dunia yang tinggi, contohnya udang, sebagai komoditas perikanan yang diminati di pasar global dan menempati posisi di nomor dua setelah salmon," katanya.

Dia menyebutkan bahwa data BPS tahun 2021 yang diolah Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP menunjukkan nilai ekspor Indonesia untuk udang sebesar 2.229 juta dollar AS. Sementara untuk rumput laut nilai ekspor Indonesia sebesar 345 juta dollar AS.

Saat ini, KKP memiliki target percepatan implementasi pembangunan ekonomi biru. Pemerintah dalam hal ini KKP terus bersinergi dengan berbagai pihak salah satunya para akademisi seperti Universitas Padjajaran.

Menurutnya, kebijakan yang diambil pemerintah dalam bentuk produk regulasi harus berlandaskan pada kajian ilmiah (scientific based) dan juga harus berdasarkan data. Oleh karena itu sangat diperlukan sinergi dengan para akademisi.

Dia menerangkan bahwa percepatan implementasi pembangunan ekonomi biru membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang andal, profesional, berintegritas, serta mampu melakukan pembaharuan atau inovasi hasil riset dari para akademisi.

“Jika kami mendapatkan dukungan dari perguruan tinggi secara kontinu, maka kami akan memiliki kebijakan yang tepat, dengan demikian akan menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas. Ujungnya, akan memberikan kemaslahatan bagi anak bangsa, kemakmuran bagi pembudidaya, dan menciptakan lapangan kerja. Dan tentunya berkontribusi pada devisa, pajak dan pendapatan negara,” kata TB Haeru atau yang akrab disapa Tebe.

Tebe menyebutkan budi daya rumput laut yang telah menerapkan prinsip ekonomi biru terbukti rendah emisi karbon, karena rumput laut menyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis.

Tebe juga menyampaikan guna mengimplementasikan konsep ekonomi biru, KKP telah memiliki lima strategi kebijakan antara lain memperluas wilayah konservasi dengan target 30 persen dari luas laut Indonesia, penangkapan ikan terukur (PIT) berbasis kuota dan zona penangkapan ikan, pengembangan budi daya laut, pesisir, dan air tawar, penanganan sampah laut dengan nilai ekonomi sampah laut dan penataan pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

“Memperluas wilayah konservasi dengan target 30 persen dari luas laut Indonesia, ini menjadi penting karena dengan konservasi yang bagus, nantinya stok ikan juga akan meningkat dan tentunya laut kita semakin sehat," kata Tebe.

Sementara itu, Rektor Universitas Padjajaran (Unpad) Prof Rina Indiastuti menyampaikan bahwa Indonesia harus mempertahankan kesehatan laut melalui berbagai riset, dan menjaganya agar tetap berkelanjutan.

Untuk menjawab hal tersebut, Unpad memiliki beberapa riset seperti marine bioremediasi untuk menjaga kesehatan laut, selain itu riset tentang keanekaragaman biota laut, agar laut tetap terjaga dan lestari.

“Selain itu, Unpad juga mengedepankan program ketahanan pangan, khususnya ikan. Kami juga melakukan riset dan inovasi seperti teknik budidaya kerapu cantang, bawal bintang, dan lobster di Pangandaran. Dengan memiliki laboratorium laut yang cukup luas, serta dibimbing oleh para dosen dan peneliti yang berkompeten, harapannya bisa mengembangkan budidaya laut yang sehat dan dapat diaplikasi oleh masyarakat pembudidaya,” kata Rina.

Baca juga: KKP targetkan PDB perikanan tumbuh 4 - 6 persen 2023
Baca juga: KKP dalami benur RI yang diselundupkan ke Singapura
Baca juga: KKP: PNBP pascaproduksi wujudkan keadilan berusaha