Rupiah melemah seiring sinyal "hawkish" dari pejabat The Fed
1 September 2022 10:19 WIB
Petugas menghitung uang dolar AS dan uang Rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, KCU Melawai, Jakarta, Selasa (16/8/2022). ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah, seiring pernyataan hawkish (dukungan pengetatan moneter) dari pejabat bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).
Rupiah pagi ini melemah 31 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.874 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.843 per dolar AS.
"Dolar AS outlook-nya menguat dibalik masih terjaganya prospek kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve," kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Dolar AS bergerak naik dibalik menguatnya prospek kenaikan suku bunga acuan The Fed, khususnya setelah adanya pernyataan yang cenderung hawkish dari Presiden Fed Cleveland, Loretta Mester semalam.
Mester mengatakan bahwa bank sentral perlu untuk menaikkan suku bunga di atas 4 persen pada awal tahun depan.
Dolar AS juga menguat dibalik permintaan terhadap aset safe haven yang likuid di tengah memanasnya ketegangan AS-Tiongkok terkait Taiwan serta memburuknya penyebaran virus COVID-19 di Tiongkok.
Selanjutnya pada hari ini pasar akan mencari katalis dari data ekonomi AS seperti Unemployment Claims dan ISM Manufacturing PMI yang akan dirilis nanti malam.
Sebelumnya, data ekonomi AS seperti tingkat keyakinan konsumen dan jumlah lowongan pekerjaan AS hasilnya lebih baik dari estimasi dan terlihat tidak terpengaruh oleh kebijakan pengetatan moneter oleh The Fed dan meningkatkan peluang untuk berlanjutnya kebijakan tersebut.
Penguatan dolar AS juga ditopang oleh pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Fed New York John Williams yang mengatakan bahwa bank sentral kemungkinan akan perlu untuk membawa kebijakan suku bunga di atas 3,5 persen dan sangat tidak mungkin menurunkan suku bunga pada 2023.
Pelaku pasar saat ini memperkirakan 70 persen peluangnya untuk The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada September mendatang.
Pada Rabu (31/8) lalu, rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.843 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis pagi melemah 31 poin
Baca juga: Rupiah ditutup stagnan, seiring ekspektasi kebijakan ketat The Fed
Baca juga: Rupiah melemah dibayangi ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed
Rupiah pagi ini melemah 31 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.874 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.843 per dolar AS.
"Dolar AS outlook-nya menguat dibalik masih terjaganya prospek kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve," kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Dolar AS bergerak naik dibalik menguatnya prospek kenaikan suku bunga acuan The Fed, khususnya setelah adanya pernyataan yang cenderung hawkish dari Presiden Fed Cleveland, Loretta Mester semalam.
Mester mengatakan bahwa bank sentral perlu untuk menaikkan suku bunga di atas 4 persen pada awal tahun depan.
Dolar AS juga menguat dibalik permintaan terhadap aset safe haven yang likuid di tengah memanasnya ketegangan AS-Tiongkok terkait Taiwan serta memburuknya penyebaran virus COVID-19 di Tiongkok.
Selanjutnya pada hari ini pasar akan mencari katalis dari data ekonomi AS seperti Unemployment Claims dan ISM Manufacturing PMI yang akan dirilis nanti malam.
Sebelumnya, data ekonomi AS seperti tingkat keyakinan konsumen dan jumlah lowongan pekerjaan AS hasilnya lebih baik dari estimasi dan terlihat tidak terpengaruh oleh kebijakan pengetatan moneter oleh The Fed dan meningkatkan peluang untuk berlanjutnya kebijakan tersebut.
Penguatan dolar AS juga ditopang oleh pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Fed New York John Williams yang mengatakan bahwa bank sentral kemungkinan akan perlu untuk membawa kebijakan suku bunga di atas 3,5 persen dan sangat tidak mungkin menurunkan suku bunga pada 2023.
Pelaku pasar saat ini memperkirakan 70 persen peluangnya untuk The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada September mendatang.
Pada Rabu (31/8) lalu, rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.843 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis pagi melemah 31 poin
Baca juga: Rupiah ditutup stagnan, seiring ekspektasi kebijakan ketat The Fed
Baca juga: Rupiah melemah dibayangi ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: