Desakan itu disampaikan dalam sebuah audiensi di Mexico City pada Selasa (30/8), yang bertepatan dengan peringatan Hari Internasional Korban Penghilangan Paksa.
Kemajuan tampak terjadi awal bulan ini dalam kasus-kasus penculikan paling terkenal di Meksiko ketika seorang mantan jaksa agung ditangkap dan didakwa terlibat dalam kasus hilangnya 43 mahasiswa pada 2014.
Kasus tersebut kini dianggap oleh pemerintah sebagai kejahatan negara.
Namun, fakta bahwa 52 ribu mayat tak dikenal ditemukan dan 105 ribu orang dilaporkan hilang –-lima ribu di antaranya terjadi pada Mei lalu, menurut data resmi– para aktivis mengatakan masih banyak yang harus dilakukan.
Dalam audiensi tersebut, kerabat korban dan aktivis sama-sama mengeluhkan kurangnya keadilan dan penyelidikan efektif dalam kasus-kasus orang hilang.
"Kami hampir tak melihat hasil apa pun dan jumlah orang hilang dan mayat tak dikenal bertambah dari hari ke hari," kata Leticia Hidalgo, pendiri kelompok peduli orang hilang, FUNDENL, di Negara Bagian Nuevo Leon.
Hidalgo adalah ibu seorang anak yang hilang sejak 2011.
Kerabat-kerabat korban lain dalam audiensi itu meneriakkan seruan tentang keadilan. Mereka mengaku tak lagi meminta Presiden Andres Manuel Lopez Obrador untuk menggelar dengar pendapat tentang penculikan karena merasa frustrasi.
Ketua HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Michelle Bachelet mengatakan lewat video di acara itu bahwa impunitas yang mengakar dan "model keamanan" yang cacat harus diperiksa ulang.
Bahkan petinggi HAM pemerintah Meksiko Alejandro Encinas mengakui bahwa "segala tindakan yang telah diambil untuk menyelesaikan masalah ini tidak berhasil."
Dia menambahkan bahwa mendapatkan keadilan telah menjadi sesuatu yang sulit bagi keluarga korban, mengingat sejauh ini baru ada 36 vonis dalam kasus penghilangan paksa di negara itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Eks Jaksa Agung Meksiko terancam didakwa menghilangkan 43 mahasiswa
Baca juga: Meksiko: Hilangnya 43 mahasiswa adalah kejahatan negara