Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing daring di Jakarta, Selasa, menyebut kejadian bencana pada pekan ini adalah yang paling banyak dibandingkan pekan sebelumnya di bulan Agustus.
Abdul mengatakan bencana hidrometeorologi masih mendominasi, disamping kejadian bencana geologi yang terjadi pada pekan ini.
"Sembilan puluh empat persen dari kejadian bencana ini sebagai bencana hidrometeorologi, enam persennya bencana geologi yaitu gempa yang terjadi di Bengkulu dan di Mentawai," ujar Abdul.
Abdul mencatat dalam tiga minggu ke belakang di bulan Agustus, bencana yang paling mendominasi yakni hidrometeorologi kering, yakni kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla), dibandingkan bencana hidrometeorologi basah.
Baca juga: Dua bencana berbeda bentuk nyata perubahan iklim tingkat lokal
Namun di minggu-minggu terakhir Agustus, menurut Abdul, kembali hidrometeorologi basah yang dominan, yang artinya hidrometeorologi kering yang dialami di tahun ini berjalan sangat singkat.
"Juli-Agustus ini kita memiliki waktu kering di mana karhutla itu dominan sangat-sangat singkat. Minggu ini, 22 hingga 28 Agustus ini kita sudah berbalik lagi hidrometeorologi basah yang sangat dominan, di mana kejadian banjir ini merata hampir di seluruh Indonesia mulai dari Aceh, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Sorong tadi yang yang menjadi perhatian," ujar Abdul.
Dia mengimbau agar hal ini menjadi merupakan alarm peringatan dini bahwa kini sudah mulai bergeser lagi potensi bencana ke hidrometeorologi basah, meskipun potensi karhutla masih ada.
Baca juga: BNPB: Lima tahun terakhir bencana hidrometeorologi mendominasi
Baca juga: BNPB: Kejadian bencana karhutla terbanyak selama sepekan