Bentrokan maut di Baghdad akibatkan sedikitnya 17 tewas
30 Agustus 2022 08:19 WIB
Pendukung pemimpin populis Irak Muqtada Al Sadr bentrok dengan pendukung Kerangka Koordinasi, sekelompok partai Syiah, di Zona Hijau, Baghdad, Irak, 29 Agustus 2022. (ANTARA/Reuters/Thaier Al-Sudani/as)
Baghdad (ANTARA) - Bentrokan hebat antarakelompok Syiah dalam Pemerintah Irak dukungan Iran terjadi di Baghdad dan menewaskan sedikitnya 17 orang pada Senin malam.
Para pendukung ulama dan politikus Syiah yang berpengaruh, Muqtada Al Sadr, dan pendukung milisi pro-Iran saling melempar batu di dekat Zona Hijau, kawasan kantor pemerintah dan kedutaan asing.
Bentrokan semakin intens dengan penggunaan senjata. Suara senapan mesin dan ledakan terdengar, kilatan suar terlihat di atas Zona Hijau.
Sedikitnya 17 orang kehilangan nyawa dan sejumlah lainnya terluka, menurut polisi dan petugas medis.
Insiden itu terjadi sehari setelah Sadr menyatakan mundur dari politik, keputusan yang menurutnya adalah respons atas kegagalan pemimpin dan partai Syiah lain mereformasi Pemerintah Irak yang korup.
Pernyataan Sadr itu mendorong pendukungnya menyerbu Zona Hijau, yang dulu dijadikan istana oleh diktator Saddam Hussein, dan terlibat bentrokan dengan seteru mereka. Sebelumnya, pendukung setia Sadr telah menduduki gedung parlemen selama berminggu-minggu.
Militer Irak memberlakukan jam malam di seluruh negeri dan meminta demonstran untuk meninggalkan Zona Hijau.
Sadr mengatakan kemudian bahwa dirinya melakukan mogok makan sebagai protes atas penggunaan senjata oleh pihak-pihak yang bertikai.
Perseteruan antara Sadr dan musuh-musuh politiknya di kalangan Syiah– kebanyakan didukung oleh Iran–telah memicu rangkaian kekerasan baru di Irak ketika negara itu berjuang mengatasi krisis akibat perang berkepanjangan, sanksi, konflik internal dan korupsi yang merajalela.
Sejak 2003, berbagai kelompok di Irak terlibat konflik sektarian dan persaingan politik di antara kubu-kubu dan suku-suku yang berbeda.
Rangkaian kekerasan yang terjadi baru-baru ini melibatkan pendukung Sadr, termasuk milisi bersenjata berat, di satu sisi serta tentara dan paramiliter saingannya yang didukung Iran di sisi lain.
Ketegangan meningkat sejak Sadr memenangi pemilu pada Oktober tahun lalu dan berusaha membersihkan pemerintah dari kelompok-kelompok dukungan Iran.
Dia secara tiba-tiba menarik mundur semua anggota aliansinya dari parlemen pada Juni setelah gagal membentuk pemerintahan yang bersih dari lawan-lawan politiknya.
Ketegangan memuncak pada Senin ketika bentrokan terjadi antara petempur Brigade Perdamaian yang mendukung Sadr dan anggota pasukan keamanan Irak yang menjaga Zona Hijau. Namun, para milisi pro-Iran sepertinya juga terlibat dalam bentrokan maut itu.
Reuters tidak bisa memastikan siapa menembak siapa dalam insiden Senin malam itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Irak panggil dubes Turki terkait pengeboman mematikan di resor wisata
Baca juga: Petempur Syiah Irak rebut pangkalan udara dari ISIS
Baca juga: Bom mobil di mal Bagdad tewaskan tujuh orang
Para pendukung ulama dan politikus Syiah yang berpengaruh, Muqtada Al Sadr, dan pendukung milisi pro-Iran saling melempar batu di dekat Zona Hijau, kawasan kantor pemerintah dan kedutaan asing.
Bentrokan semakin intens dengan penggunaan senjata. Suara senapan mesin dan ledakan terdengar, kilatan suar terlihat di atas Zona Hijau.
Sedikitnya 17 orang kehilangan nyawa dan sejumlah lainnya terluka, menurut polisi dan petugas medis.
Insiden itu terjadi sehari setelah Sadr menyatakan mundur dari politik, keputusan yang menurutnya adalah respons atas kegagalan pemimpin dan partai Syiah lain mereformasi Pemerintah Irak yang korup.
Pernyataan Sadr itu mendorong pendukungnya menyerbu Zona Hijau, yang dulu dijadikan istana oleh diktator Saddam Hussein, dan terlibat bentrokan dengan seteru mereka. Sebelumnya, pendukung setia Sadr telah menduduki gedung parlemen selama berminggu-minggu.
Militer Irak memberlakukan jam malam di seluruh negeri dan meminta demonstran untuk meninggalkan Zona Hijau.
Sadr mengatakan kemudian bahwa dirinya melakukan mogok makan sebagai protes atas penggunaan senjata oleh pihak-pihak yang bertikai.
Perseteruan antara Sadr dan musuh-musuh politiknya di kalangan Syiah– kebanyakan didukung oleh Iran–telah memicu rangkaian kekerasan baru di Irak ketika negara itu berjuang mengatasi krisis akibat perang berkepanjangan, sanksi, konflik internal dan korupsi yang merajalela.
Sejak 2003, berbagai kelompok di Irak terlibat konflik sektarian dan persaingan politik di antara kubu-kubu dan suku-suku yang berbeda.
Rangkaian kekerasan yang terjadi baru-baru ini melibatkan pendukung Sadr, termasuk milisi bersenjata berat, di satu sisi serta tentara dan paramiliter saingannya yang didukung Iran di sisi lain.
Ketegangan meningkat sejak Sadr memenangi pemilu pada Oktober tahun lalu dan berusaha membersihkan pemerintah dari kelompok-kelompok dukungan Iran.
Dia secara tiba-tiba menarik mundur semua anggota aliansinya dari parlemen pada Juni setelah gagal membentuk pemerintahan yang bersih dari lawan-lawan politiknya.
Ketegangan memuncak pada Senin ketika bentrokan terjadi antara petempur Brigade Perdamaian yang mendukung Sadr dan anggota pasukan keamanan Irak yang menjaga Zona Hijau. Namun, para milisi pro-Iran sepertinya juga terlibat dalam bentrokan maut itu.
Reuters tidak bisa memastikan siapa menembak siapa dalam insiden Senin malam itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Irak panggil dubes Turki terkait pengeboman mematikan di resor wisata
Baca juga: Petempur Syiah Irak rebut pangkalan udara dari ISIS
Baca juga: Bom mobil di mal Bagdad tewaskan tujuh orang
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022
Tags: