Saham Asia jatuh, dolar dan imbal hasil obligasi naik tajam
29 Agustus 2022 14:31 WIB
Arsip Foto - Sejumlah pekerja yang memakai masker pelindung, di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), tercermin pada papan elektronik yang menampilkan harga saham Jepang di luar sebuah pialang di Tokyo, Jepang, Selasa (5/10/021). ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/am.
Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia merosot tajam pada perdagangan Senin sore, karena meningkatnya risiko kenaikan suku bunga yang lebih agresif di Amerika Serikat dan Eropa mendorong imbal hasil obligasi dan dolar AS naik tajam.
Janji Ketua Federal Reserve Jerome Powell tentang kebijakan "sakit" untuk menahan inflasi membatalkan harapan bahwa bank sentral akan bergerak untuk menyelamatkan pasar seperti yang sering terjadi di masa lalu.
Pesan keras juga didorong oleh anggota dewan Bank Sentral Eropa (ECB) Isabel Schnabel, yang memperingatkan selama akhir pekan bahwa bank sentral sekarang harus bertindak tegas untuk memerangi inflasi, sekalipun jika langkah itu menyeret ekonomi mereka ke dalam resesi.
Hal itu memicu penurunan tajam di Euribor berjangka karena pasar memperkirakan risiko ECB bisa menaikkan suku bunga 75 basis poin bulan depan dan puncak yang lebih tinggi untuk suku bunga.
"Tindakan utama menjinakkan inflasi adalah pekerjaan nomor satu untuk The Fed dan Funds Rate perlu mencapai tingkat pembatasan 3,5-4,0 persen," kata Jason England, manajer portofolio obligasi global di Janus Henderson Investors.
"Suku bunga harus tetap lebih tinggi sampai inflasi diturunkan ke target mereka 2,0 persen, sehingga penurunan suku bunga yang masuk ke pasar untuk tahun depan, terlalu dini."
Pasar berjangka sekarang memperkirakan sekitar 73 persen kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin pada September dan melihat suku bunga memuncak pada 3,75 persen hingga 4,0 persen dan bertahan di sana lebih lama.
Banyak yang mungkin bergantung pada apa yang ditunjukkan oleh angka gaji Agustus pada Jumat ini (2/9/2022). Analis memperkirakan kenaikan moderat 285.000 menyusul kenaikan luar biasa 528.000 pada Juli.
Pesan hawkish bukanlah yang ingin didengar Wall Street dan kontrak berjangka S&P 500 turun lebih lanjut 0,9 persen, setelah merosot hampir 3,4 persen pada Jumat (26/8/2022). Nasdaq berjangka kehilangan 1,2 persen, dengan saham teknologi tertekan oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat. EUROSTOXX 50 berjangka turun 1,3 persen setelah peringatan suku bunga ECB.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang jatuh 2,0 persen, penurunan harian terbesar dalam dua bulan. Indeks Nikkei Jepang ditutup menukik 2,6 persen, KOSPI Korea Selatan berakhir merosot 2,2 persen, Hang Seng Hong Kong turun 0,7 persen dan indeks saham unggulan CSI300 China berakhir melemah 0,4 persen.
Paduan suara agresif dari bank-bank sentral mengangkat imbal hasil jangka pendek secara global, sementara selanjutnya membalikkan kurva obligasi pemerintah karena investor pada akhirnya memperkirakan penurunan ekonomi.
Imbal hasil AS dua tahun melonjak sembilan basis poin menjadi 3,489 persen, tertinggi sejak akhir 2007 dan jauh di atas imbal hasi obligasi 10-tahun pada 3,13 persen. Imbal hasil juga naik di seluruh Eropa dengan keuntungan dua digit di Italia, Spanyol dan Portugal.
Semuanya menguntungkan mata uang safe-haven dolar AS sehingga melesat ke level tertinggi baru dua dekade di 109,450 terhadap sekeranjang mata uang utama, menembus level tertinggi sebelumnya pada Juli.
Dolar mencapai puncak lima minggu terhadap yen dan terakhir naik 1,0 persen di 138,94, dengan bullish ingin menguji kembali puncak Juli di 139,38.
Sterling merosot ke level terendah 2,5 tahun di 1,1653 dolar karena Goldman Sachs memperingatkan Inggris sedang menuju resesi. Euro sedang berjuang di 0.9920 dolar, dan tidak jauh dari palung dua dekade minggu lalu di 0.99005 dolar.
"Euro/dolar dapat tetap di bawah paritas minggu ini," kata Joseph Capurso, kepala ekonomi internasional di CBA.
"Kekhawatiran keamanan energi akan tetap menjadi yang utama minggu ini karena Gazprom akan menutup jalur pipa utamanya untuk mengirimkan gas ke Eropa Barat selama tiga hari dari 31 Agustus hingga 2 September," tambahnya. "Ada kekhawatiran pasokan gas tidak dapat dihidupkan kembali setelah penutupan."
Kekhawatiran itu membuat gas alam berjangka di Eropa melonjak 38 persen minggu lalu, menambah bahan bakar lebih lanjut memicu inflasi.
Kenaikan dolar dan imbal hasil telah menjadi hambatan bagi emas, yang turun menjadi 1.722 dolar AS per ounce.
Baca juga: Saham Asia turun, bank sentral janjikan kenaikan suku bunga agresif
Baca juga: Pasar saham Asia naik di tengah kehati-hatian jelang pidato Powell
Baca juga: Saham Asia naik, harapan kesepakatan audit dorong teknologi China
Janji Ketua Federal Reserve Jerome Powell tentang kebijakan "sakit" untuk menahan inflasi membatalkan harapan bahwa bank sentral akan bergerak untuk menyelamatkan pasar seperti yang sering terjadi di masa lalu.
Pesan keras juga didorong oleh anggota dewan Bank Sentral Eropa (ECB) Isabel Schnabel, yang memperingatkan selama akhir pekan bahwa bank sentral sekarang harus bertindak tegas untuk memerangi inflasi, sekalipun jika langkah itu menyeret ekonomi mereka ke dalam resesi.
Hal itu memicu penurunan tajam di Euribor berjangka karena pasar memperkirakan risiko ECB bisa menaikkan suku bunga 75 basis poin bulan depan dan puncak yang lebih tinggi untuk suku bunga.
"Tindakan utama menjinakkan inflasi adalah pekerjaan nomor satu untuk The Fed dan Funds Rate perlu mencapai tingkat pembatasan 3,5-4,0 persen," kata Jason England, manajer portofolio obligasi global di Janus Henderson Investors.
"Suku bunga harus tetap lebih tinggi sampai inflasi diturunkan ke target mereka 2,0 persen, sehingga penurunan suku bunga yang masuk ke pasar untuk tahun depan, terlalu dini."
Pasar berjangka sekarang memperkirakan sekitar 73 persen kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin pada September dan melihat suku bunga memuncak pada 3,75 persen hingga 4,0 persen dan bertahan di sana lebih lama.
Banyak yang mungkin bergantung pada apa yang ditunjukkan oleh angka gaji Agustus pada Jumat ini (2/9/2022). Analis memperkirakan kenaikan moderat 285.000 menyusul kenaikan luar biasa 528.000 pada Juli.
Pesan hawkish bukanlah yang ingin didengar Wall Street dan kontrak berjangka S&P 500 turun lebih lanjut 0,9 persen, setelah merosot hampir 3,4 persen pada Jumat (26/8/2022). Nasdaq berjangka kehilangan 1,2 persen, dengan saham teknologi tertekan oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat. EUROSTOXX 50 berjangka turun 1,3 persen setelah peringatan suku bunga ECB.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang jatuh 2,0 persen, penurunan harian terbesar dalam dua bulan. Indeks Nikkei Jepang ditutup menukik 2,6 persen, KOSPI Korea Selatan berakhir merosot 2,2 persen, Hang Seng Hong Kong turun 0,7 persen dan indeks saham unggulan CSI300 China berakhir melemah 0,4 persen.
Paduan suara agresif dari bank-bank sentral mengangkat imbal hasil jangka pendek secara global, sementara selanjutnya membalikkan kurva obligasi pemerintah karena investor pada akhirnya memperkirakan penurunan ekonomi.
Imbal hasil AS dua tahun melonjak sembilan basis poin menjadi 3,489 persen, tertinggi sejak akhir 2007 dan jauh di atas imbal hasi obligasi 10-tahun pada 3,13 persen. Imbal hasil juga naik di seluruh Eropa dengan keuntungan dua digit di Italia, Spanyol dan Portugal.
Semuanya menguntungkan mata uang safe-haven dolar AS sehingga melesat ke level tertinggi baru dua dekade di 109,450 terhadap sekeranjang mata uang utama, menembus level tertinggi sebelumnya pada Juli.
Dolar mencapai puncak lima minggu terhadap yen dan terakhir naik 1,0 persen di 138,94, dengan bullish ingin menguji kembali puncak Juli di 139,38.
Sterling merosot ke level terendah 2,5 tahun di 1,1653 dolar karena Goldman Sachs memperingatkan Inggris sedang menuju resesi. Euro sedang berjuang di 0.9920 dolar, dan tidak jauh dari palung dua dekade minggu lalu di 0.99005 dolar.
"Euro/dolar dapat tetap di bawah paritas minggu ini," kata Joseph Capurso, kepala ekonomi internasional di CBA.
"Kekhawatiran keamanan energi akan tetap menjadi yang utama minggu ini karena Gazprom akan menutup jalur pipa utamanya untuk mengirimkan gas ke Eropa Barat selama tiga hari dari 31 Agustus hingga 2 September," tambahnya. "Ada kekhawatiran pasokan gas tidak dapat dihidupkan kembali setelah penutupan."
Kekhawatiran itu membuat gas alam berjangka di Eropa melonjak 38 persen minggu lalu, menambah bahan bakar lebih lanjut memicu inflasi.
Kenaikan dolar dan imbal hasil telah menjadi hambatan bagi emas, yang turun menjadi 1.722 dolar AS per ounce.
Baca juga: Saham Asia turun, bank sentral janjikan kenaikan suku bunga agresif
Baca juga: Pasar saham Asia naik di tengah kehati-hatian jelang pidato Powell
Baca juga: Saham Asia naik, harapan kesepakatan audit dorong teknologi China
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: