Melbourne (ANTARA) - Harga minyak beragam di awal perdagangan Asia pada Senin, karena investor menyeimbangkan ekspektasi OPEC akan memangkas produksi untuk mendukung harga terhadap kekhawatiran yang dipicu oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang mengatakan Amerika Serikat (AS) akan menghadapi pertumbuhan yang lambat "untuk beberapa waktu".

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merangkak naik 2 sen menjadi diperdagangkan di 93,08 dolar AS per barel pada pukul 00.03 GMT, menambah kenaikan 0,6 persen pada Jumat (26/8/2022).

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 27 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 100,72 dolar AS per barel, memangkas kenaikan 1,7 persen pada sesi sebelumnya.

Dalam pidatonya pada Jumat (26/8/2022), Powell mengatakan mengekang inflasi "kemungkinan akan membutuhkan periode pertumbuhan di bawah tren yang berkelanjutan" dan akan "membawa rasa sakit bagi rumah tangga dan bisnis", yang mengguncang pasar ekuitas sementara meningkatkan dolar.

Indeks dolar terus menguat pada Senin ke 109,16, naik 0,3 persen di awal perdagangan Asia. Dolar yang lebih kuat membebani minyak karena membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Baca juga: Harga minyak naik, dipicu sinyal OPEC bakal pangkas produksi

Namun, harga minyak telah didukung oleh pembicaraan dari Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, bahwa mereka dapat memangkas produksi untuk menyeimbangkan pasar.

Uni Emirat Arab sejalan dengan pemikiran Saudi tentang kebijakan produksi, sebuah sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada Jumat (26/8/2022), sementara kementerian perminyakan Oman juga mengatakan pihaknya mendukung upaya OPEC+ untuk menjaga stabilitas pasar.

Sebuah sumber pekan lalu mengatakan OPEC akan mempertimbangkan pemotongan produksi untuk mengimbangi setiap peningkatan dari Iran jika sanksi minyak dicabut, bila Teheran setuju untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.

"Fokus pedagang akan beralih kembali ke faktor penawaran-permintaan, dengan negosiasi nuklir AS-Iran sedang berlangsung," kata analis CMC Markets, Tina Teng.

Harga juga didukung tanda-tanda meningkatnya permintaan, sebagian karena harga gas alam yang lebih tinggi di Eropa yang mendorong pembangkit listrik dan pengguna industri untuk beralih ke solar dan bahan bakar minyak, kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Baca juga: Harga minyak Asia naik, ditopang tanda-tanda membaiknya permintaan

Baca juga: Harga minyak naik di Asia, dipicu potensi pengurangan pasokan OPEC+