Kiev (ANTARA) - Keenam reaktor milik pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina selatan masih belum tersambung ke jaringan distribusi listrik negara itu, kata Energoatom, sehari pascakebakaran di dekatnya yang diduga akibat serangan roket.

Namun, perusahaan energi nuklir Ukraina ​​itu menuturkan bahwa saat ini tidak ada masalah dengan mesin atau sistem keselamatan di fasilitas tersebut.

Menurut Energoatom, listrik untuk kebutuhan PLTN Zaporizhzhia sendiri saat ini dipasok dari jaringan listrik Ukraina dan upaya untuk menghidupkan sambungan ke dua reaktor yang masih berfungsi di pembangkit itu kini masih berlangsung.

Dalam pidato pada Kamis, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyalahkan serangan Rusia atas pemadaman tersebut dan menuding Moskow "memposisikan Ukraina dan seluruh warga Eropa... selangkah lebih dekat ke bencana radiasi."

Pejabat yang ditunjuk Rusia di kawasan Zaporizhzhia menyalahkan kebakaran dan pemadaman listrik itu kepada pasukan Ukraina.

PLTN Zaporizhzhia --terbesar di Eropa-- memasok sekitar 20 persen listrik bagi Ukraina sebelum Moskow melancarkan invasi pada 24 Februari.

Pasukan Rusia menduduki Zaporizhzhia pada awal Maret, meski para teknisi Ukraina di Energoatom masih menjalankan tugasnya.

Selama dua pekan terakhir kawasan di sekitar PLTN itu telah dihantam sejumlah serangan. Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas serangan tersebut.

Pemimpin negara-negara Barat sebelumnya menuntut Rusia agar mengembalikan Zaporizhzhia ke Ukraina, sementara Sekjen PBB menyerukan agar fasilitas itu "dilucuti".

Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah menyampaikan niatnya untuk mengirim misi guna memeriksa kerusakan di PLTN tersebut.

Sumber: Reuters

Baca juga: IAEA kunjungi PLTN Zaporizhzhia usai negosiasi
Baca juga: IAEA rundingkan pengiriman misi ke PLTN Zaporizhzhia
Baca juga: Zelenskyy dan Guterres bahas ekspor biji-bijian dan PLTN Zaporizhzhia