Chicago (ANTARA) - Kasus cacar monyet di beberapa kota besar AS tampaknya menurun, sesuai dengan tren yang terlihat di Eropa, dan para ahli optimistis wabah itu mungkin telah memuncak di tempat-tempat yang paling parah terkena virus itu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya pada Kamis mengatakan kasus cacar monyet yang dilaporkan secara global menurun 21 persen minggu lalu, setelah tren peningkatan infeksi selama sebulan, tetapi mencatat bahwa kasus AS terus meningkat.
Namun, beberapa ahli AS percaya bahwa kasus mulai menurun sebagian besar berdasarkan kekebalan dari infeksi sebelumnya dan perubahan perilaku seiring dengan meningkatnya kesadaran akan penyakit tersebut.
Itu tidak berarti penyakit itu akan tertahan, para ahli itu memperingatkan. Sejak akhir Mei, Amerika Serikat telah mencatat hampir 17.000 kasus cacar monyet.
Wabah itu, yang sejauh ini telah mencapai 80 negara di luar Afrika, di mana virus itu muncul, sebagian besar ditularkan di antara pria penyuka sesama jenis kelamin dan biseksual.
Cacar monyet, yang menyebar melalui kontak dekat dengan individu yang terinfeksi dan luka berisi nanah yang umum pada penyakit ini, jarang berakibat fatal.
Peluncuran vaksin Jynneos Bavarian Nordic berjalan lambat karena persediaan suntikan yang rendah, yang juga disetujui untuk mencegah cacar.
Tetapi kesadaran yang meningkat akan risiko dan peningkatan kekebalan tampaknya memperlambat penyebaran.
"Sangat mungkin bahwa epidemi memuncak pada minggu lalu," kata Dr. Gerardo Chowell, seorang pakar penyakit menular di Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negara Bagian Georgia.
Sumber: Reuters
Baca juga: Media: Tak ada bukti vaksin cacar monyet jangkau kelompok rentan di AS
Baca juga: Riset ungkap 99 persen kasus cacar monyet di AS menimpa kaum pria
Baca juga: Cacar monyet muncul di 7 negara bagian Amerika Serikat
Pakar ingatkan cacar monyet di AS bisa memuncak
26 Agustus 2022 08:30 WIB
Ilustrasi cacar monyet (ANTARA/Dok/Brian W.J. Mahy/HO via Reuters). (Dok ANTARA)
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022
Tags: