Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan peningkatan kualitas riset dan inovasi yang diperkuat dengan strategic foresight menjadi kunci mewujudkan masa depan bank sentral digital dan hijau.

"Salah satu perwujudan transformasi dalam membangun bank sentral digital masa depan adalah dengan penerbitan mata uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC)," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) ke-16 dan Call for Papers di Jakarta, Kamis.

Perry Warjiyo menyampaikan tiga aspek utama terkait penerbitan CBDC yakni pertama, pentingnya penerbitan CBDC sebagai salah satu mandat bank sentral dalam proses penciptaan uang digital mencerminkan pilar kedaulatan suatu negara dan sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah.

Baca juga: BI: Penerbitan rupiah digital tak hilangkan peredaran uang tunai

Kedua, distribusi CBDC dapat dilakukan melalui sistem wholesale atau grosir dan/atau ritel dengan mengadopsi Distributed Ledger Technology (DLT).

Ketiga, terdapat tiga prasyarat penerbitan CBDC yang meliputi pengembangan desain konseptual, membangun infrastruktur yang mengintegrasikan sistem pembayaran dengan pasar uang secara Integrasi, Interkoneksi, dan Interoperabilitas (3I), serta bersinergi bersama bank sentral lainnya mengembangkan platform digital CBDC terbaik yang mendukung ekspansi transaksi antar negara.

Ia pun menegaskan masa depan bank sentral perlu didukung dengan penguatan pada tiga aspek kunci yaitu pertama, bank sentral di masa depan harus mengembangkan proses penciptaan uang secara digital. Aspek kunci kedua adalah bank sentral perlu mengoptimalkan penerapan digitalisasi dan teknologi dalam proses perumusan kebijakan.

Baca juga: Ekonom: CBDC dorong pembangunan infrastruktur digital terpadu

Ketiga, memperkuat langkah-langkah dalam menghadapi tantangan ekonomi dan keuangan hijau dengan membangun bisnis proses berbasis digital. Dengan tiga aspek kunci tersebut, bank sentral harus mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi era baru ekonomi keuangan digital dan hijau.

"Bank sentral harus mengambil peran utama dalam menavigasi ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif," tuturnya.

Konferensi internasional BMEB dan Call for Papers tahun ini mempresentasikan 50 dari 231 karya tulis ilmiah terbaik di bidang ekonomi, moneter, dan keuangan baik dari dalam maupun luar negeri.

Karya tulis terbaik tersebut berasal dari 14 negara yaitu Indonesia, Vietnam, Inggris, Malaysia, India, China, Armenia, Pakistan, Australia, Qatar, Fiji, Nigeria, Amerika Serikat, dan Italia.

Baca juga: BI: Desain acuan mata uang digital bank sentral masih belum selesai