Washington (ANTARA) - Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, setelah Arab Saudi menyatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dapat mempertimbangkan untuk memangkas produksi, meskipun ada sinyal ekonomi bearish dari para bankir bank sentral dan tekanan dari penurunan ekuitas.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 34 sen menjadi diperdagangkan di 95,23 dolar AS per barel pada pukul 00.16 GMT, sementara minyak mentah berjangka Brent terdongkrak 51 sen menjadi diperdagangkan di 101,73 dolar AS per barel.

Kedua kontrak acuan minyak mentah menyentuh tertinggi tiga minggu pada Rabu (24/8/2022) setelah menteri energi Saudi mengisyaratkan kemungkinan pemotongan produksi.

Sumber OPEC kemudian mengatakan kepada Reuters bahwa setiap pemotongan oleh kelompok produsen dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, kemungkinan akan bertepatan dengan kembalinya minyak Iran ke pasar jika Teheran menyetujui kesepakatan nuklir dengan kekuatan dunia.

Iran mengatakan telah menerima tanggapan dari Amerika Serikat terhadap teks "final" Uni Eropa untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan negara-negara besar.

Perdagangan telah bergejolak minggu ini karena spekulan mencoba untuk menebak menjelang simposium Federal Reserve AS pada Jumat (26/8/2022) apakah bank sentral lebih cenderung memperlambat kenaikan suku bunga atau tetap agresif sampai menurunkan inflasi ke target 2,0 persen.

Data pemerintah AS menunjukkan permintaan bensin yang lesu pada Rabu (24/8/2022), yang menandakan perlambatan signifikan dalam kegiatan ekonomi.