Palangka Raya (ANTARA) - Petani program lumbung pangan di Kalimantan Tengah mengalami peningkatan produktivitas dan pendapatan usaha tani setelah dua tahun mengikuti program yang dicanangkan oleh pemerintah tersebut.

Ketua Kelompok Tani Sumber Rezeki di Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah Hartoyo di Palangka Raya, Rabu, mengatakan produktivitas padinya meningkat setelah bergabung dengan program lumbung pangan (food estate).

"Kalau sebelum ada food estate kan paling produksi sekitar tiga ton gabah per hektare. Sekarang berhubung ada bantuan pupuk dan benih, Alhamdulillah produksi naik 1 sampai 1,5 ton per hektare," katanya.

Ada sebanyak 64 petani dengan luas lahan 100 hektare di kelompok Sumber Rezeki yang bergabung sejak food estate dimulai pertengahan 2020.

Hartoyo mengatakan harga gabah kering panen sebelumnya sekitar Rp4.700 per kg. Namun saat ini mencapai Rp5.000 per kg dan bahkan bisa Rp5.700 per kg lantaran jalan menuju ke wilayah lumbung pangan sudah dibangun dan beraspal yang memudahkan petani mengangkut dan menjual.

"Untuk penjualan hasil panen, itu lebih mudah. Dulu, kami kalau menjual pakai kapal. Sekarang, Alhamdulillah jalan sudah aspal. Ini lebih memudahkan kami untuk mengeluarkan hasil panen," katanya.

Selama bergabung pada program food estate, kata Hartoyo, pihaknya memperoleh sejumlah bantuan dari Kementerian Pertanian seperti alat dan mesin pertanian (alsintan), bantuan benih dan pupuk, hingga perbaikan infrastruktur yang menunjang penjualan hasil panen.

Hartoyo menjelaskan produktivitas empat ton gabah kering panen per hektare bisa mengantongi keuntungan sekitar Rp8 juta, dengan tanam padi dua kali dalam setahun.

Ketua Kelompok Tani di Desa Sidomulyo Kabupaten Wonosobo Saiful Rokib yang mengikuti program food estate sejak 2021 kembali menanam bawang putih setelah lama meninggalkan komoditas tersebut dikarenakan tidak menguntungkan.

Saiful mengatakan petani Sidomulyo mau kembali menanam bawang putih karena Kementan sudah menyiapkan pembeli siaga sebagai mitra petani dengan harga yang sudah disepakati sebelum tanam dengan pembeli siaga. Bahkan, ketika harga di pasar membaik, harga kesepakatan bisa naik.

Petani juga mendapatkan mendapatkan bantuan bibit, mulsa plastik, dan pupuk. "Ini memudahkan, kami bergairah lagi menanam bawang putih," jelas Saiful.

Saiful juga mengatakan petani mendapatkan manfaat berupa aneka ragam akses informasi terkait pertanian. Selain informasi budi daya, kata Saiful, kelompok tani juga mendapatkan informasi terkait teknologi pertanian mutakhir, pemasaran hasil, hingga akses permodalan. Petani yang tidak tergabung dalam food estate pun jadi terberdayakan.

"Di food estate ini banyak sekali pendidikan-pendidikan pertanian. Termasuk informasi permodalan dari KUR (kredit usaha rakyat) yang bagus. Ada juga beberapa pelatihan-pelatihan yang semakin gencar. Jadi, di wilayah (kelompok tani) lain kena juga (mendapatkan) imbas dari food estate, semuanya baik," katanya.

Baca juga: Pemprov Kalteng gandeng IPB sukseskan PSN Food Estate
Baca juga: Pengamat: Food Estate dinilai bisa atasi penyusutan lahan pertanian
Baca juga: Kementerian PUPR terus dukung pengembangan "food estate" di Kalteng